Melanjutkan perjalanan kami melewati Secang - Kota Temanggung - Kledung -
Kalikajar Wonosobo. Berhenti sebentar di SPBU Kledung lalu menuju
warung makan "LIZA" warung ini terletak tempat di samping jalan menuju Basecamp Pendakian Sumbing via Garung.
Berbekal GPS yang dibawa Agus kami optimis dan mampu akan sampai di basecamp Bowongso, maklum basecamp ini
sangatlah awan bagi kami. GPS menunjukkan jalan terdekat...namun itu
ternyata malah menjadi bumerang bagi kami, setelah masuk gang beraspal
pertama tepatnya di selatan jalan menuju basecamp Garung, awal
perjalan jalan beraspal mulus namun lama-lama berubah menjadi jalan
berbatu seperti di sungai. Karena kami tidak menemukan Desa Bowongso
kami bertanya dengan beberapa warga setempat hingga kami bertemu dengan 2
pemuda warga Jengger, mereka dengan ramah bersedia menunjukkan jalan
menuju basecamp yang kebetulan searah dengan rumah mereka. Kata
mereka ini adalah jalan tikus, wajar saja jalan tanah berbukit dan
berlembah. Setelah itu kami melanjutkan sendiri perjalanan menuju basecamp dan
di tengah perjalanan motor yang di kendarai Agung dan Agus kehabisan
bensin...Ya Tuhannnn cobaan apa ini...kemudian kami putuskan Saya dan
Fauzi untuk mencari basecamp. 5 menit kemudian Saya menemukan basecamp. Setelah
bensin Saya dapat Saya dan Fauzi bergegas kembali menjemput Agung dan
Agus. Alhamdulillah 10 menit kemudian kami berempat sampai basecamp dengan selamat. Sambutan super ramah menandakan selamat datang bagi kami.
|
Basecamp Bowongso |
|
Hiasan Menarik di Basecamp |
|
Peta : Sumber PLAT-G Adventure |
Sebelumnya kami dijelaskan mengenai jalur pendakian nanti. Simaksi di
sini sebesar Rp 10.000,00/Orang dan parkir motor Rp 5.000,00/Motor.
setelah ISHOMA tepat pukul 13.00 WIB Kami mulai melangkah menuju Sumbing
yang saat itu hujan sudah mulai reda.
|
Trek menuju Gardu Pandang |
Kaki mulai melangkah menapaki jalan berbatu yang tertata rapi. Sepanjang
kanan-kiri jalan beberapa warga yang dengan ramah menyapa dan tersenyum
kepada kami. Anak-anak berjilbab dan berpeci dengan malu yang seakan
ingin berbaur dengan kami. Kampung yang sangat didambakan setiap
Pendaki.
35 menit berjalan Gardu Pandang yang kami idam-idamkan tak kunjung
terlihat. Beruntungnya kami saat itu mendapat tumpangan mobil pick-up dari
teman-teman pendaki yang berasal dari bawah Desa Bowongso. Mereka patut
ditiru, berbagi dengan pendaki lain tanpa pamrih. Obrolan singkat
menemani kami sekedar untuk berterimakasih dan mengakrabkan diri. Dan
mereka tak henti-hentinya membuat candaan yang sedikit kami tak
mengerti, dengan bahasa setengah "ngapak" menurut saya. hehe
5 menit berada di atas mobil sampailah kami di depan batas ladang dengan
vegetasi, tak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada mas-mas tadi
dan Pak Supir tentunya. Mas-mas tadi rutin mendaki katanya, setahun 2
kali pantas saja langkah kakinya cepat sekali hingga kami tertinggal
dari rombongan mereka.
Sepanjang jalur menuju Gardu Pandang terdapat 3 cabang walaupun nantinya
semuanya akan sampai ke Gardu Pandang, namun 2 cabang lainnya adalah
jalur motor yang mengangkut pendaki di Gardu Pandang.
|
Agus di Gardu Pandang |
Yap...1 jam dari basecamp kami sampai di Gardu Pandang, kenapa
dinamai Gardu Pandang, karena disini kita dapat melihat Desa Bowongso
dan sekitarnya dari sini begitu juga ladang perkebunan yang memanjakan
mata. Namun sayang saat itu cuaca berkabut tebal jarak pandang mata
hanya sekitar 100 m.
Untuk sampai di Pos 1 membutuhkan waktu sekitar 1,5 jam dari basecamp dengan
jalan santai. Dengan kondisi medan yang masih alami, vegetasi masih
rapat, dan trek yang rimbun membuat perjalanan menjadi nyaman.
|
Trek menuju Pos 1 |
|
Agung sedang berjuang |
Dalam perjalanan menuju Pos 2 gerimis mulai menemani langkah kecil kami,
bergegas kami memakai mantrol guna menghindari kebasahan. Di trek ini
kami juga menjumpai beberapa Pendaki yang sedang turun gunung, mereka
tampak berlumuran lumpur akibat kejamnya hujan siang itu.
Ada yang mencuri perhatian Saya disini, 2 Pendaki cantik berhijab yang
dengan ramah menjelaskan kepada Saya dan Fauzi tentang gambaran trek di
atas...MasyaAllah...moment seperti ini adalah bonus berharga bagi Saya
wkwk.
Hujan semakin nekat membasahi tubuh kami, carier basah, sepatu
basah, muka tak karuan...ahh tetap akan ku nikmati perjalanan ini. Di
tengah perjalanan kami istirahat sejenak sekedar untuk isi tenaga berupa
makan sniker, madurasa, ataupun gula jawa. Tidak lupa saling tukar
barang bawaan untuk menjaga kekuatan fisik. Suasana mulai cair disini,
satu persatu dari kami mulai menunjukkan kepribadian aslinya, yang
paling tampak adalah Agus yang ternyata orangnya cerewet hha.
Pukul 16,45 kami sampai di Pos 2 (Pos Bogel). Semuanya sibuk
sendiri-sendiri di sini, Agung yang tampak nikmat sekali makan masakan
ayam yang dibeli tadi, Agus dan Fauzi yang tampak berfoto-foto dengan
kocak, dan saya sendiri yang sibuk bertanya-tanya dengan pendaki lain
untuk menentukan dimana kami akan camp.
Rencana kami camp di Pos 3 batal, akhirnya kami camp di Pos 2 dengan pertimbangan hujan yang tak kunjung reda dan saran dari mas-mas Pendaki tadi. Ok fix tenda
kami dirikan disini. Dirikan tenda berempat, berteman sunyi, angin
syahdu, hujan rintik, kabut menerpa perlahan...nyanyian alam yang luar
biasa.
Setelah beres-beres dan sholat tentunya, kami masak yang hangat-hangat
pelengkap malam itu. Kopi, energen, angetsari mencoba meringakan
dinginnya malam itu. Tidak lupa sosis goreng, tempe goreng dan telur
bebek rebus jadi pelengkap nasi yang kami santap. Suasana yang hanya ada
dalam pendakian.
Dinginnya malam itu berbanding terbalik dengan obrolan hangat yang kami
ciptakan...bercanda...tertawa untuk sekedar melepas lelah perjalanan
tadi. Sebelum tidur Saya dikejutkan dengan basahnya sleeping bag Saya, tak apalah sekali-kali tidur tanpa sleeping bag...ternyata dingin juga coy haha.
Pukul 19.40 kami mulai tidur...di rumah berdinding pertemanan...berpagar kebersamaan...beratapkan persaudaraan.
Minggu 8 Mei 2016
Pukul 04.15 Saya dibangunkan suara adzan subuh yang
berkumandang...ternyata masih terdengar walaupun lirih. Agus Agung dan
Fauzi bergantian terbangun. Buka pintu tenda dan...alam memberikan kabar
gembira, alam seakan memberitahu kepada kami bahwa cuaca mendukung
untuk menuju puncak pagi ini. Lampu Kota Wonosobo tampak bersanding
nyaman dengan gagahnya Gunung Sindoro yang beratapkan bintang-bintang.
Setelah sholat dan membuat minuman penghangat, perjalanan kami lanjutkan
dengan terget awal Pos 3. Barang bawaan kami bawa kecuali tenda guna
mencegah hilangnya barang yang kini semakin marak terjadi di Gunung.
Tidak lupa kami berfoto-foto dulu.
|
Agung di Pos 2 berlatar Gn. Sindoro |
|
Aku gak diajak coy |
|
yee..sekarang diajak |
Pemandangan menuju Pos 3 ini sangat indah gaes, Gn. Sindoro, Gn. Prau, Dieng Plateu,
dan Gn. Slamet juga tampak dari kejauhan. Sabana yang luasss banget
berhiaskan embun yang masih menempel pada ranting dan dahan, sungguh
trek yang sangat indah yang pertama kali saya dapat bagi saya pribadi.
Namun disini tidak bisa menikmati sunrise karena jalur ini berada di sisi barat Gn. Sumbing.
|
Awal trek menuju Pos 3 |
|
Masih menuju Pos 3 |
|
Super Sindoro |
|
Bayangan Gn. Sumbing |
|
Saya |
|
Hai Gn. Slamet jauh disana...tunggu kedatanganku |
|
Keren coy |
|
Tapi ini lebih keren coy |
Untuk mencapai Pos 3 ada 2 cabang jalur, kiri adalah jalur yang curam
dan kanan adalah jalur zorro atau jalur zig-zag. Kami sarankan lewat
jalur zorro yang lebih landai.
Pukul 09.39 sampailah kami di Pos 3 (Pos Zorro). Pos ini tidak bisa untuk camp dikarenakan tidak ada tanah datar sama sekali.
|
Pos 3 |
Sebenarnya untuk ke puncak tinggal 1 jam lagi dari Pos 3. Namun melihat
kondisi cuaca dan yang utama tim sudah kelelahan, maka pendakian
berhenti 50 m di atas Pos 3. Ok fix tidak apa-apa...dalam tulisan
ini sekaligus Saya meminta maaf kepada Agung Agus Fauzi karena saat itu
Saya sangat berambisi sampai ke puncak hehe. Semangat saya memang
selalu menggebu-gebu kawan...apalagi kalau puncak sudah di depan mata.
Sebelum kembali ke camp kami puaskan berfoto-foto dulu. Tidak
lupa Saya dan Fauzi memungut sampah yang "sengaja" ditinggal oleh
Pendaki yang tidak bertanggungjawab di sepanjang trek ini, sayang sekali
kan trek secantik ini ada sampahnya.
Pukul 11.30 kami sampai di tempat camp dan ternyata kami adalah kloter terakhir long weekend kali
ini. Karena tenda kami adalah tenda satu-satunya yang masih bertahan
disini, yang membuat Gunung Sumbing seperti milik kami sendiri.
Selesai packing suara gemuruh halilintar terdengar dari puncak
yang seakan mengingatkan pada kami untuk segera turun. Pukul 13.00 kami
tinggalkan Pos 2 dengan berjalan santai 45 menit kemudian kami sampai
Pos 1. Hujan kembali menguyur habis saat kami sampai Gardu Pandang
sekaligus kado manis perjalanan pulang ke basecamp. Di tengah
perjalanan hanya candaan yang menguatkan langkah kaki kami, dengan
sisa-sisa tenaga perlahan langkah semakin melambat karena trek yang
berubah seperti aliran sungai. Disini kami juga ditawari tumpangan motor
oleh seorang petani setempat, dengan ramah kami menolaknya hehe kasihan
bapaknya.
Pukul 15.45 kami telah sampai di basecamp. Masak mie dan minuman hangat bekal perjalanan pulang ke Jogja nanti. Setelah itu kami repacking, berpamitan kepada mas-mas basecamp juga pendaki asal Bekasi.
Dalam perjalanan pulang ini kami lewat jalan yang benar setelah minta denah dari basecamp.
Dengan rute yang sama Wonosobo-Temanggung-Magelang-Jogja. Akhirnya
sekitar pukul 10 malam kami sampai Imogiri dan kembali melakukan
rutinitas sehari-hari.
Informasi :
Simaksi : Rp 10.000,00 / Orang
Parkir motor : Rp 5.000,00 / Motor
Basecamp
- Gardu Pandang : 1,5 jam
Gardu Pandang
- Pos 1 : 1 jam
Pos 1
- Pos 2 : 2
jam
Pos 2
- Pos 3 : 2,5
jam
Pos 3
- Puncak : 1 jam
Total : 8 jam
Photo from : ig @Fhafa_24
@SinggihDewan
Kumpulan Foto :
|
Sabana Sumbing |
|
Kemiringan trek |
|
Sayang tertutup kabut |
|
Isi tenaga dulu |
|
Pemuda harapan bangsa |
|
Betapa tingginya kami saat itu |
|
Selamat siang Sindoro |
|
Kondisi trek 1 jam sebelum puncak |
|
Fauzi berselimut kabut |
|
Perjanan turun menuju camp |
|
Di gunung pun mereka tetap rajin belajar |
|
trek 1 jam menuju puncak |
|
Yang aslinya lebih indah |
|
#BeHi-Tech |
|
Selamat tinggal sumbing |
Terimakasih sudah membaca
Tidak ada komentar :
Posting Komentar