Aneka Aturan 'Aneh' Mendaki Puncak Carstensz
Aneka Aturan 'Aneh' Mendaki Puncak Carstensz
Afif Farhan - detikTravel
Puncak Carstensz dilihat dari helikopter (Fitraya/detikTravel)
Timika - Lain padang lain belalang,
lain gunung lain juga aturannya. Untuk mendaki Puncak Carstensz, tim
jurnalis pun dibekali aneka pengetahuan serta aturan-aturan yang cukup
aneh dan unik.
Puncak Carstensz di rangkaian Pegunungan Jaya Wijaya, Papua merupakan titik tertinggi di Indonesia yang mencapai 4.884 mdpl. Alam dan budaya di sana, seolah shock therapy bagi para pendaki yang membuatnya menjadi aturan tak tertulis namun harus tetap ditaati.
"Soal buang air besar, jangan sembarangan buang air besar. Sebab, hutan-hutan di sini itu sebenarnya kebun masyarakat. Jadi harus tahu dulu atau tanyalah kalau mau buang air besar di sini boleh nggak ya?" papar ketua tim pemandu Ekspedisi Jurnalis ke Carstensz 2015, Hendricus Mutter kepada awak media di Hotel Kamoro, Timika, Kamis (13/8/2015) malam.
Asal tahu saja, kebun-kebun di sana tidak dilengkapi pagar. Kebun-kebunnya ada di kawasan sepanjang jalur Sugapa menuju Ugimba yang dihuni oleh Suku Moni dan Dani. Sehingga, baiknya tanya dulu dengan porter yang merupakan masyarakat setempat. Sebab sanksinya, siap-siap didenda sampai jutaan rupiah.
Berikutnya, soal binatang di sepanjang jalur pendakian 61 km dari Sugapa sampai Lembah Danau-danau alias basecamp terakhir sebelum ke Puncak Carstensz. Ada hutan, rawa sampai savana yang akan dilewati dan ternyata tidak ada bintang buas lho!
"Binatang buas mah aman, tidak ada. Saya sekali-kali cuma melihat ular tapi itu kecil. Paling nanti hanya ketemu anjing hutan dan mereka tidak gigit kok," kata Hendricus yang sudah 9 kali menjadi pemandu turis ke Puncak Carstensz.
Selanjutnya soal para porter, ada satu larangan yang Hendricus tegaskan. Saat ngobrol-ngobrol dengan porter jangan sekali-sekali membahas tema setan.
"Mereka itu takut sama setan. Saya pernah iseng mau cerita setan eh malah diomelin. 'Jangan cerita nanti dia datang!', begitu katanya," ujar Hendricus sembari tertawa.
Kemudian, adalah soal cuaca. Meski cuaca di wilayah-wilayah sekitar Puncak Carstensz, Timika misalnya, cukup cerah tapi itu tidak berlaku di puncaknya. Hujannya tidak menentu yang harus mewajibkan para pendaki menaruh raincoat di bagian tas paling mudah dijangkau untuk langsung bisa dipakai.
"Kalau beruntung, nanti kita merasakan tiga hujan. Hujan air, hujan salju dan hujan es," katanya.
Terakhir, yang paling penting yakni soal backpack yang dibawa. Hendricus menegaskan, jangan membawa banyak barang. 5 Kilogram saja beratnya, sudah cukup.
"Makin dikit barang bawaan, makin baik. Yang berat-berat kasih porter. Perjalanan kita ini sangat jauh," terang Hendricus
detikTravel dan sejumlah jurnalis media nasional lain sebagai tim Ekspedisi Jurnalis ke Carstensz 2015 akan memulai perjalanan ke Sugapa pada Sabtu (15/8) mendatang. Pertama naik pesawat dari Timika ke Sugapa, lalu lanjut jalan kaki sampai ke Puncak Carstensz.
Mungkin, masih banyak 'aturan' aneh lainnya yang bakal tim jurnalis rasakan sendiri. Tapi itu nanti. Sekarang kami hanya minta doa untuk bisa membentangkan bendera Merah Putih dan mengeksplore keindahan Puncak Carstensz demi Anda, para pembaca!
(aff/fay)
Puncak Carstensz di rangkaian Pegunungan Jaya Wijaya, Papua merupakan titik tertinggi di Indonesia yang mencapai 4.884 mdpl. Alam dan budaya di sana, seolah shock therapy bagi para pendaki yang membuatnya menjadi aturan tak tertulis namun harus tetap ditaati.
"Soal buang air besar, jangan sembarangan buang air besar. Sebab, hutan-hutan di sini itu sebenarnya kebun masyarakat. Jadi harus tahu dulu atau tanyalah kalau mau buang air besar di sini boleh nggak ya?" papar ketua tim pemandu Ekspedisi Jurnalis ke Carstensz 2015, Hendricus Mutter kepada awak media di Hotel Kamoro, Timika, Kamis (13/8/2015) malam.
Asal tahu saja, kebun-kebun di sana tidak dilengkapi pagar. Kebun-kebunnya ada di kawasan sepanjang jalur Sugapa menuju Ugimba yang dihuni oleh Suku Moni dan Dani. Sehingga, baiknya tanya dulu dengan porter yang merupakan masyarakat setempat. Sebab sanksinya, siap-siap didenda sampai jutaan rupiah.
Berikutnya, soal binatang di sepanjang jalur pendakian 61 km dari Sugapa sampai Lembah Danau-danau alias basecamp terakhir sebelum ke Puncak Carstensz. Ada hutan, rawa sampai savana yang akan dilewati dan ternyata tidak ada bintang buas lho!
"Binatang buas mah aman, tidak ada. Saya sekali-kali cuma melihat ular tapi itu kecil. Paling nanti hanya ketemu anjing hutan dan mereka tidak gigit kok," kata Hendricus yang sudah 9 kali menjadi pemandu turis ke Puncak Carstensz.
Selanjutnya soal para porter, ada satu larangan yang Hendricus tegaskan. Saat ngobrol-ngobrol dengan porter jangan sekali-sekali membahas tema setan.
"Mereka itu takut sama setan. Saya pernah iseng mau cerita setan eh malah diomelin. 'Jangan cerita nanti dia datang!', begitu katanya," ujar Hendricus sembari tertawa.
Kemudian, adalah soal cuaca. Meski cuaca di wilayah-wilayah sekitar Puncak Carstensz, Timika misalnya, cukup cerah tapi itu tidak berlaku di puncaknya. Hujannya tidak menentu yang harus mewajibkan para pendaki menaruh raincoat di bagian tas paling mudah dijangkau untuk langsung bisa dipakai.
"Kalau beruntung, nanti kita merasakan tiga hujan. Hujan air, hujan salju dan hujan es," katanya.
Terakhir, yang paling penting yakni soal backpack yang dibawa. Hendricus menegaskan, jangan membawa banyak barang. 5 Kilogram saja beratnya, sudah cukup.
"Makin dikit barang bawaan, makin baik. Yang berat-berat kasih porter. Perjalanan kita ini sangat jauh," terang Hendricus
detikTravel dan sejumlah jurnalis media nasional lain sebagai tim Ekspedisi Jurnalis ke Carstensz 2015 akan memulai perjalanan ke Sugapa pada Sabtu (15/8) mendatang. Pertama naik pesawat dari Timika ke Sugapa, lalu lanjut jalan kaki sampai ke Puncak Carstensz.
Mungkin, masih banyak 'aturan' aneh lainnya yang bakal tim jurnalis rasakan sendiri. Tapi itu nanti. Sekarang kami hanya minta doa untuk bisa membentangkan bendera Merah Putih dan mengeksplore keindahan Puncak Carstensz demi Anda, para pembaca!
(aff/fay)
sumber : http://travel.detik.com
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
Tidak ada komentar :
Posting Komentar