|
Sumbing sudah di depan mata, bung! |
Dahulu kala aktivitas mendaki gunung merupakan hal yang tidak pernah
berani aku impikan. Jangankan mendaki gunung, lari keliling lapangan
beberapa putaran saja sudah ngos-ngosan hehe. Memang sebelum mendaki
Gunung Sumbing ini aku sudah pernah mendaki Gunung Bromo waktu SD dan
Gunung Andong waktu kuliah semester awal, tetapi pendakian Gunung
Sumbing inilah aku pertama kali merasakan "the real muncak" (Bromo dan
Andong lebih ke piknik kayaknya :p).
Aku ikut pendakian ini bermula dari ajakan temanku kuliah, Satrio dan
Uud, yang ingin muncak. Singkat cerita terkumpullah 10 pendaki yang
akan ikut yaitu aku, Satrio, Uud, Fira, Lina, Wanda, Juniwar, Dani,
Fandy, dan Mas Rendy. Semua pendaki ini merupakan para pejuang skripsi
jurusan fisika UNNES, kecuali si Juniwar yang merupakan mahasiswa
jurusan olahraga semester IV. Awalnya kami merencanakan untuk mendaki
Gunung Merbabu, tetapi karena pertimbangan dari sesepuh (Mas Rendy)
akhirnya diputuskan destinasi beralih ke Gunung Sumbing.
Rabu 4 Mei 2016, hari yang dinanti akhirnya tiba. Setelah melakukan
persiapan semaksimal mungkin kami pun berangkat menggunakan motor dari
kawasan UNNES ke basecamp pendakian Gunung Sumbing via Sipetung yang
terletak di Kecamatan Kledung, Temanggung pukul 07.00. Jalur Sipetung
yang tergolong baru ini kami pilih karena salah satu anggota kami, Dani,
ingin langsung pulang ke Purbalingga setelah muncak sehingga lebih
efektif apabila pendakian lewat Temanggung. Alasan yang tak kalah
penting adalah karena pada jalur Sipetung ini terdapat sumber air di
tengah perjalanan. Ohya, sebelum kami ke basecamp pendakian kami menuju
ke rumah Fira di Kota Temanggung dahulu untuk sarapan pagi sehingga kami
baru tiba di basecamp sekitar 10.30.
Setibanya di basecamp kami terlebih dahulu melakukan registrasi dengan
membayar retribusi sebesar Rp 5000,00 per orang (sudah termasuk
penitipan motor) dan melakukan pemanasan ringan. Setelah dirasa siap,
kami semua pun berangkat menuju gapura Sipetung dengan cara mengantar
bergantian menggunakan motor. Cara ini kami lakukan untuk menghemat
tenaga, terutama para cewek, karena apabila ditempuh dengan jalan kaki
maka membutuhkan waktu 1 jam perjalanan. Lha yang terakhir gimana? Ya
jalan kaki hihi (Mas Rendy dan Fandy berkorban). Sebenarnya bisa juga
menyewa ojek dari basecamp sampai ke Pos 1 dengan tarif Rp 20.000,00
tapi... ya taulah... mahasiswa. Pukul 14.00 kami semua telah berkumpul
di gapura Sipetung. Setelah berdoa bersama, perjalanan muncak kami pun
dimulai.
|
Vos Satrio siap jemput 'penumpang' lagi |
|
Para vrincess bobok dulu nungguin para vos datang |
Gapura - Pos 1
Medan pada etape pertama ini belum terlalu terjal dan vegetasinya berupa
hutan pinus dan semak-semak yang cukup lebat. Kurun waktu yang kami
tempuh untuk mencapai pos 1 ini dari gapura kurang lebih 30 menit. Pada
pos 1 ini terdapat tanah yang cukup lapang untuk mendirikan banyak tenda
dan gardu pandang ala-ala camping ground pramuka gitu. Berhubung tenaga
kita (masih) berlebih, maka diputuskan kita tidak berhenti di Pos 1 dan
langsung melanjutkan perjalanan.
|
Peta jalur pendakian |
Pos 1 - Kyai Santri
Dari sini medan mulai terasa terjal dan kami harus menembus hutan yang
cukup lebat. Tenaga kami sedikit demi sedikit terkuras hingga harus
beberapa kali berhenti untuk setidaknya minum dan mengatur nafas. Kami
pun sampai di Kyai Santri sekitar pukul 16.00. Setibanya di Kyai Santri
kami beristirahat cukup lama dan tak lupa melaksanakan solat asar
terlebih dahulu.
|
Aja lali marang Gusti |
Kyai Santri - Pos 2
Sekitar jam 17.00 kami pun melanjutkan perjalanan. Etape ini masih belum
banyak berubah dari sebelumnya, hutan lebat dan makin terjal. Aku sudah
lupa pukul berapa kami tiba di pos 2, yang pasti udah gelap xD. Di pos 2
kami hanya istirahat sebentar saja sekitar 5 menitan untuk lanjut
sampai sumber air yang notabene tidak terlalu jauh dari pos 2. Ohya,
jangan bayangkan sumber airnya berupa sungai atau apalah-apalah ya
karena ini hanya berupa pipa saluran air yang sengaja dijebol. Awalnya
kami bingung kok ada plang 'sumber air' tapi gak ada apa-apa. Eeh
ternyata setelah dicari-cari ketemulah pipa penyelemat ini, hoho. Sangat
amat disarankan untuk mengisi ulang persediaan air sebanyak-banyaknya
di sini karena selepas ini sudah tidak ada lagi sumber air yang bisa
diandalkan. Sebetulnya ada lagi sih sumber air selepas pos 3, tapi
sewaktu kami ke sana ternyata airnya kering.
Pos 2 - Lembah Suci
Perjalanan yang kian malam mengharuskan kami berjalan pelan dengan
bantuan senter. Lama kami berjalan, perut sudah mulai lapar dan tenaga
pun sudah mencapai limit. Ternyata tidak terasa waktu sudah menunjukkan
pukul 10 malam. Rencana kami untuk ngecamp di Lembah Suci terpaksa kami
batalkan dan kami memutuskan untuk mencari tanah lapang terdekat untuk
memasak dan mendirikan tenda. Ah ya, waktu kami ngecamp di sini ada
pengalaman mistis yang dialami oleh teman-teman cowok. Katanya sih waktu
akan mau tidur tenda mereka seperti digaruk-garuk orang dari luar
padahal tidak ada siapa-siapa. Untungnya para cewek tidak merasakan
kejadian mistis apapun. Jarang-jarang nih cowok peka hihi.
|
Tenda kami |
Pagi harinya sekitar jam 4 para cewek sudah bangun sedangkan para cowok
baru terbangun jam 5 pagi. Pemandangan Gunung Sindoro dan lautan awan di
depan tenda kami tentu tidak kami lewatkan begitu saja. Foto menjadi
hal wajib bagi kami. Setelah puas berfoto kami pun sarapan pagi dengan
roti bakar dan selanjutnya mulai berkemas untuk lanjut ke Lembah Suci
sekitar pukul 07.00. Surprise! Ternyata letak lembah suci dari tempat
camping kami hanya butuh berjalan sekitar 5 menitan saja. Kami semua
tertawa atas kekonyolan kami karena kalau saja kami bersabar sedikit
saja maka kami bisa tidur lebih nyaman dan lapang semalam. Fyi, tenda
para cowok sempat melorot semalam karena tempat mereka tidak begitu
landai sehingga mereka tidak bisa tidur dengan nyaman. Poor they :p
|
Roti bakar dulu kakak |
Sesampainya di Lembah Suci, kami mengeluarkan perkakas masak untuk
memasak sarapan (lagi). Kali ini menunya adalah mie, sop, plus tempe
goreng. Sekitar pukul 09.00 kami pun melanjutkan perjalanan menuju
puncak hanya bersembilan karena Mas Rendy berbaik hati tinggal menjaga
tenda kami. Katanya beliau pengen tidur aja soalnya semalem gak bisa
tidur blas gara-gara insiden tenda melorot, bwahaha.
|
Masak lagi di Lembah Suci |
Lembah Suci - Pos 3
Berbeda dengan perjalanan sebelumnya, kali ini perjalanan tidak lagi
menyibak hutan melainkan menyusuri sabana. Satu hal yang patut
diketahui, jalur via Sipetung ini tidak ada trek 'bonus' sama sekali.
Pandangan kami ketika melihat padang sabana itu landai ternyata hanya
kamuflase saja. Dijejali tanjakan terus menerus membuat kami semakin
kelelahan hingga tak terasa 2 botol air ukuran 1,5 liter yang kami bawa
dari Lembah Suci hanya tinggal setengah botol saja sesampainya di Pos 3
sekitar pukul 11.00. Ya, ini kesalahan kami karena hanya membawa air 2
botol saja untuk 9 orang dalam perjalanan ke puncak. Sempat galau apakah
kami akan lanjut atau tidak. Akhirnya setelah berembug kami memutuskan
untuk lanjut saja sambil berharap selepas Pos 3 ada sumber air.
|
Pos 3 |
Pos 3 - Lemah Putih
Sumber air yang kami harapkan ternyata kering. But... miracle was coming
to us! Di perjalanan menuju Lemah Putih ini kami bertemu rombongan lain
dari Jakarta yang akan turun. Salah satu temanku memberanikan diri
bertanya kepada mereka apakah kami boleh meminta setengah botol air
dan.. diperbolehkan! Bahkan mereka memberi satu botol air penuh.
Alhamdulillah. Terima kasih kakak-kakak, jasa kalian sangat tak
terlupakan ^^
|
Medan di Lemah Putih |
Lemah Putih - Puncak
Semangat kami makin membara sesampainya di Lemah Putih. Tidak hanya
karena puncak sudah semakin dekat, tetapi juga karena kami akhirnya
bertemu dengan pendaki lain dari jalur Garung yang notabene memang jalur
paling ramai. Fyi, sebelumnya kami tidak bertemu pendaki lain via
Sipetung sehingga serasa jalur itu jalur pribadi kami wkwk. Medan Lemah
Putih ini berupa jalan lahar yaitu berupa batu-batuan yang labil
sehingga diperlukan ekstra hati-hati agar tidak terpeleset. Akhirnya
sekitar pukul 13.00 kami sudah sampai di Puncak Buntu. Sayang ketika
kami sampai di sana kabut tebal menyelimuti kami sehingga pemandangan
Gunung Sindoro tertutup. Tidak sampai setengah jam kami akhirnya turun
kembali agar tidak kemalaman di jalan.
|
Wajah udah gak bisa dikondisikan ._. |
Perjalanan turun
|
Sesepuh request foto dulu di Lembah Suci sebelum turun ^^v |
Singkat cerita kami sampai kembali di Lembah Suci sekitar pukul 16.00.
Setelah solat dan berkemas, kami pun melanjutkan perjalanan sekitar
pukul 17.00. Perjalanan turun kali ini agak sedikit berbeda karena
ketika kami turun
ternyata kami malah banyak berpapasan dengan pendaki yang akan naik. Hal
itu bisa dipahami karena pada hari kamis dan jumat ini merupakan hari
libur. Hari yang semakin malam membuat perjalanan turun kami tidak
semulus yang kami kira. Jalan yang gelap membuat kami tetap harus
berjalan perlahan sehingga itu membuat tumit kaki sangat sakit. Hal itu
diperparah lagi dengan seringnya kami terpeleset karena jalan tidak
begitu terlihat meski menggunakan senter. Pokoknya sangat amat kapok
turun gunung saat malam! Setelah penuh perjuangan kami pun sampai ke
basecamp kembali pukul 01.00 dini hari. Setelah tidur semalam di
basecamp kami pun pergi ke rumah Fira untuk sarapan dan lanjut pulang ke
Semarang (kecuali Dani yang pulang ke Purbalingga). Fyuuh~
Perjalanan yang menyenangkan, kah? Ya, tentu saja!
Enggak kapok? Naik gunung itu kayak ibarat kata 'kapok lombok'. Awalnya bilang kapok, tapi nanti nagih lagi :D
Last but not least, thanks guys for this amazing experience :)
Tidak ada komentar :
Posting Komentar