Pendakian Gunung Penanggungan yang Tanggung
Pendakian Gunung Penanggungan yang Tanggung
Jawa Timur memang surganya pendakian gunung, dari gunung yang tidak
begitu tinggi sampai gunung tertinggi di Jawa pun ada. Setiap gunung
menawarkan sensansi tantangan pendakian dan kekayaan hayati yang
berbeda-beda. Kali ini aku akan membahas mengenai gunung yang pas untuk
pendaki pemula dengan pemandangan yang tidak kalah dari gunung
beribu-ribu mdpl lainnya. Yes, this is it! Gunung Penanggungan. Memiliki
tinggi tidak sampai 2.000 mdpl, gunung ini akan menjadi pilihan yang
tepat menghabiskan waktu melihat kelap-kelip suasana malam
Mojokerto-pasuran dan sekitarnya dari ketinggian.
Gunung Penanggungan (dahulu bernama Gunung Pawitra)
berketinggian 1.653 mdpl adalah gunung berapi kerucut (tidak aktif) yang
terletak di Jawa Timur, Indonesia. Posisinya berada di dua kabupaten,
yaitu Kabupaten Mojokerto dan Kabupaten Pasuruan berjarak sekitar 55 km
dari Surabaya. Gunung Penanggungan merupakan gunung kecil yang berada
pada satu kluster dengan Gunung Arjuna dan Gunung Welirang yang jauh
lebih besar. Meski tidak begitu tinggi, Gunung Penanggungan tetap mampu
menghadirkan sensasi pendakian yang memicu adrenalin. Pemandangan alam
yang dimilikinya juga sangat cantik. Dari puncak bayangan saja, sudah
dapat dinikmati pemandangan Gunung Welirang dan Gunung Arjuna yang
gagahnya berhadapan langsung dengan Gunung Penanggungan.
Banyak yang menyebut Gunung Penanggungan ini sebagai miniatur dari Gunung Semeru
karena bentuknya yang mirip dengan gunung tersebut. Sebutan ini merujuk
pada kondisi puncak Penanggungan yang mirip Puncak Mahameru. Kondisinya
hampir sama yaitu hamparan puncaknya yang sama-sama terdapat pasir dan
batuan yang luas dengan terdapat semacam batas vegetasi. Dari kejauhan
kondisi puncak gunung Penanggungan seperti gunung Semeru yang terlihat
zona hijau dan zona abu-abu. Ditilik dari kepercayaan Jawa kuno, Gunung
Penanggungan memang memiliki keterkaitan dengan Gunung Semeru, Gunung
Tertinggi di Pulau Jawa. Konon, Gunung Penanggungan adalah potongan dari
Gunung Meru dari India (dipercaya sebagai gunung Semeru) yang
dipindahkan oleh para dewa untuk menjaga keseimbangan pulau Jawa (dari
berbagai sumber).
Gunung Penanggungan merupakan sebuah gunung yang memiliki nilai
penting bagi umat Hindu di Jawa. Di lereng-lereng gunung ini terdapat
situs-situs percandian yang menguatkan status Gunung Penanggungan
sebagai gunung suci bagi umat Hindu. Menurut informasi pendaki netizen
lain, bila mendaki dengan jalur Jolotundo akan melewati sebuah batu
panjang yang dikenal dengan Batu Talang yang panjangnya mencapai sekitar
7 km tidak terputus. Kemudian dapat ditemui juga Candi Putri, Candi
Pure, Candi Gentong, Candi Shinto, Candi Carik serta Candi Lurah.
Jalur pendakian Gunung Penanggungan tidak hanya dari jalur Jolotundo
saja. Berikut rangkuman jalur pendakian Gunung Penanggungan:
- Betro, Desa Wonosunyo, Kecamatan Gempol : Jalur ini dimulai dari arah utara Gunung Penanggungan yaitu Kabupaten Pasuruan.
- Petirtaan Jalatunda Desa Seloliman, Kecamatan Trawas: Pendakian melalui jalur ini bermula dari Petirtaan Jalatunda Desa Seloliman.
- LMDH Tamiajeng, Desa Tamiajeng Kecamatan Trawas : Jalur pendakian Tamiajeng merupakan jalur yang paling ramai dilalui. Sehingga jalannya pun sudah kelihatan jalan setapak yang sering dipakai mondar-mandir. Dalam jalur ini terdapat 4 pos yang berada di bawah puncak bayangan
- Kecamatan Ngoro : Pada Jalur ini ada yang memulai dari desa Kunjoro Wesi atau Desa Jedong Kecamatan Ngoro
Dari berbagai jalur di atas, aku dan Basyar memilih untuk mendaki
gunung Penganggungan via desa Tamiajeng karena jalur tersebut paling
ramai dipakai. Pikir kami, karena kami tidak cukup persiapan fisik dan
dadakan memutuskan untuk mendaki gunung Penanggungan, jalur ini memang
pas kami gunakan. Kami berangkat dari Surabaya menuju Tamiajeng menempuh
jarak sekitar 55 km. Kami memulai tracking jam 2 siang setelah lapor di
pos perijinan dan memarkir kendaraan. Perlu diingat, sepanjang jalur
pendakian via Tamiajeng ini tidak ada sumber air, jadi siap-siap bawa
bekal air yang banyak ya agar tidak dehidrasi. Untuk perlengkapan yang
kami bawa kurang lebih sama seperti di posting pendakian gunung
Panderman di sini
Sebagaimana jalur pendakian gunung pada umumnya, jalur pendakian
Gunung Penanggungan ini juga didominasi oleh track menanjak dengan
kemiringan lebih dari 40 derajat.Hanya
di awal jalur pendakian saja yang agak datar, setelahnya kita akan
dihajar track menanjak. Walau tracknya tidak sepanjang gunung-gunung
yang memiliki ketinggian lebih dari 3.000 mdpl, tetap membutuhkan
kekuatan fisik yang cukup untuk melakukan pendakian ini. Sering kali
kami sedikit terpelesat karena kondisi jalan setapak yang berkerikil
tajam. Sepanjang jalan, kami melihat pemandangan dari celah–celah pohon
kaliandra, puncak Gunung Bekel yang merupakan anak gunung Penanggungan,
rumah penduduk, pabrik dan sawah.
Kami membutuhkan waktu 3 jam untuk bisa sampai ke puncak bayangan.
Jam 5 sore kami memutuskan untuk mendirikan tenda di sini dan akan
melanjutkan summit attack pada pagi harinya agar santai. Waktu tempuh
sendiri untuk mencapai puncak Penanggungan dari puncak bayangan sekitar 1
jam. Kami enggan membawa carrier kami sampai ke puncak karena kondisi
track menuju ke sana sangat curam. Sesuai rencana, kami mendaki gunung
Penanggungan ini hanya untuk liburan saja, melepas penat dari jadwal
kuliah yang sangat padat.
Pendakian ini sukses membuat kaki kami pegal. Akan tetapi, lelah dan
pegal kami sukses diganjar dengan pemandangan yang luar biasa.
Arjuna-Welirang membentang dengan indahnya di hadapan kami berdiri tanpa
awan yang menghalangi pandangan kami. Puncak bayangan adalah dataran
yang lumayan luas didominasi ilalang dan rerumputan tanpa adanya pohon
berukuran besar. Angin yang kencang sukses menghantam tenda kami,
sehingga kami mendirikan tenda lagi dengan posisi di balik pepohonan
kecil. Hal ini untuk mengurangi hembusan angin kencang yang menghantam
tenda kami.
Malam hari di puncak bayangan sangat menyenangkan. Suhu di atas sini
tidak begitu dingin dibanding dengan gunung-gunung lainnya. Suhu di atas
sekitar 15 derajat celcius. Kami menghabiskan waktu kami dengan
menikmati makanan dan minuman hangat, mengobrol, mendengarkan playlist
favorit kami di bawah taburan bintang di langit yang sangat cerah serta
menikmati pemandangan lampu kota Mojokerto-Pasuruan. What a perfect
Friday night!(sorry, no photos taken by me at night)
Paginya, kami bersiap untuk melanjutkan perjalanan kami menuju puncak
Penanggungan. Kami meninggalkan segala perlengkapan dan logistik kami
di puncak bayangan. Akan tetapi tidak lama kemudian terdengar suara
petasan dinyalakan dari kejauhan. Sesaat setelah itu, terlihat api
dengan cepat menyambar ilalang dan rerumputan kering. Sial! Ada saja
orang gila seperti itu bermain petasan di atas gunung. Dengan sigap para
pendaki memadamkan api dengan peralatan seadanya juga menggunakan
dahan-dahan pohon hijau memadamkan api tersebut. Beruntung, api tidak
sampai menyebar luas dan menghanguskan daerah sekitar puncak bayangan.
Jujur, aku mempunyai phobia terhadap api. Aku takut setengah mati
melihat insiden itu dari kejauhan. Aku merengek kepada Basyar agar
segera turun gunung saja. Akhirnya Basyar menuruti kata-kataku dan
mengurungkan niat untuk melanjutkan perjalanan kami. Tanggung memang,
tinggal sedikit lagi tapi tidak dilanjutkan. Biar saja, toh tujuan untuk
refreshing sudah tercapai.
Kami segera membereskan tenda dan perlengkapan kami dan akhirnya
turunlah kami dengan selamat. Sepanjang perjalanan turun, kami
bergantian menggunakan jalur pendakian yang ramai. Banyak sekali
wajah-wajah anak SMP yang menggunakan perlengkapan pendakian seadanya
seperti hanya memakai sandal jepit dan tidak membawa tenda. Tak ada
tanda-tanda keseriusan mereka peduli akan keselamatan pendakian mereka.
Sepanjang perjalanan kami juga menemui banyak pendaki yang cidera karena
mendaki gunung ini. Walaupun gunung ini tidak terlalu tinggi, jangan
disepelekan. Dari informasi yang kami dapatkan, gunung ini juga sudah
beberapa kali memakan korban jiwa. Jadi, kesekian aspek yang perlu
diperhatikan adalah safety. Menurutku, hal ini wajib diperhatikan oleh
pendaki saat mendaki gunung seperti apa pun. Last but not the least,
tetap ikut jaga alam kita ya. Jangan membuang sampah sembarangan. Bawa
sampah kita turun ya!
Sumber : https://gilangramadani.wordpress.com
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
Tidak ada komentar :
Posting Komentar