GUIDE NAIK GUNUNG # MERBABU # LAWU # PRAU # SEMERU # DST # 085.643.455.685 # 7A722B86

Kami adalah salah satu penyedia jasa layanan pemandu dan event organizer naik Gunung di Pulau Jawa. Kami juga menyediakan beberapa jadwal pendakian yang bisa diakses dan diakses dalam website ini. Gunung yang sering kami kunjungi diantaranya Gunung Merbabu, Gunung Prau, Gunung Lawu, dan lainnya.

GUA PINDUL # RAFTING OYA # OFFROAD # GUA INDAH # GUA SI OYOT # 085.643.455.685 # 7A722B86

Kami adalah salah satu agen resmi reservasi Gua Pindul, Rafting Oya dan Off Road. Keuntungan reservasi melalui kami ialah mendapatkan penawaran terbaik dari kami dan tanpa antri. #Pemandu Lokal #Transport Lokal 'PAJERO' #Ban #Pelampung #Asuransi #Wedang Pindul #Toilet Banyak #Parkiran Luas

TELAGA WARNA # KAWAH SIKIDANG # GUNUNG SIKUNIR # 085.643.455.685 # 7A722B86

Dieng Plateau mempunyai potensi alam yang luar biasa indahnya sehingga sangat kami sarankan untuk mengunjunginya. Selain Telaga Warna, Kawah Sikidang dan Candi Arjuna dalam beberapa bulan terakhir baru booming Gunung Sikunir dan Gunung Prau

RESTO INDRAYANTI # MALIOBORO # PRAMBANAN # BOROUBUDUR # 085.643.455.685 # 7A722B86

Resto Indrayanti merupakan obyek wisata baru yang sekarang menjadi tujuan wisata di Yogyakarta. Malioboro menjadi tujuan akhir wisata belanja. Mari yang berminat mengunjungi segera menghubungi admin.

AVANZA # INNOVA # ELF # ELF LONG # HIACE # BIG & MICRO BUS # 085.643.455.685 # 7A722B86

Kami mempunyai berbagai macam armada dengan harga bersahabat. Kami menyarankan bagi calon wisatawan apabila hendak mencari armada untuk liburan direncanakan jauh jauh hari guna mendapatkan pelayanan yang terbaik dari kami.


Gunung Latimojong – Puncak Tertinggi di Sulawesi

Exploregunung.com – Gunung Latimojong merupakan gunung populer di Indonesia dan merupakan destinasi pendakian favorit bagi pendaki dari seluruh dunia. Popularitas gunung Latimojong terutama karena gunung Latimojong merupakan gunung yang masuk dalam The Seven Summit Indonesia. Gunung Latimojong juga merupakan gunung tertinggi di pulau Sulawesi, jadi bisa dibayangkan betapa menggiurkannya gunung ini di mata para pendaki. Gunung ini sesungguhnya merupakan deretan dari beberapa gunung dengan beberapa puncak, dan Rante Mario merupakan puncak tertinggi dari gunung Latimojong ini. Gunung ini memiliki ketinggian 3.430 mdpl, dan merupakan gunung tertinggi kelima di Indonesia. Perlu diketahui bahwa gunung eksotis kebanggaan masyarakat Sulawesi ini bukan merupakan gunung berapi aktif.
Gunung Latimojong
Gunung Latimojong
Bagi kamu yang belum tahu bahwa gunung Latimojong terletak di Kabupaten Enrekang Provinsi Sulawesi Selatan. Beberapa puncak dari deretan pegunungan Latimojong adalah puncak Latimojong (2800 mdpl), puncak Pantealoan (2500 mdpl), puncak Rante Mario (3478 mdpl), puncak Pokapinjang (2970 mdpl), puncak Sinaji (2430 mdpl), puncak Rante Kambola (3083 mdpl), puncak Nenemori (3397 mdpl), puncak Sikolong (2754 mdpl), dan puncak Bajaja (2700 mdpl). Dari puncak-puncak tersebut, puncak tertingginya yaitu puncak Rante Mario merupakan puncak yang paling banyak menarik minat para mendaki untuk menggagahinya. Selain menjadi puncak tertinggi di gunung Latimojong, puncak Rante Mario juga merupakan puncak tertinggi di Sulawesi, jadi bisa dibayangkan betapa excitednya kita jika berada puncak Rante Mario ini.
Selain puncak Rante Mario, gunung Latimojong juga memiliki puncak tertinggi kedua di Sulawesi yaitu puncak Nenemori. Apa yang akan ditemukan pendaki pada jalur pendakian adalah hutan montana atau hutan pegunungan. Karena ekosistem hutan yang masih sangat alami, maka pendaki bisa saja menemukan binatang-binatang langka seperti babi rusa atau anoa. Hutan montana yang ada di sepanjang jalur pendakian merupakan tantangan tersendiri, yang dapat membuat adrenalin seorang pendaki semakin memuncak-muncak. Trek yang dihadapi pendaki sebagian besar adalah ranting-ranting pohon dan bebatuan yang licin.

Akses Menuju Gunung Latimojong

Untuk mencapai puncak tertinggi gunung Latimojing, pendaki bisa menempuh jalur pendakian dengan starting point yaitu kecamatan Baraka. Di Kecamatan Baraka ini pendaki bisa melakukan berbagai preparasi sekaligus mempersiapkan fisik menjelang pendakian ke puncak Rante Mario. Setelah fix dengan berbagai persiapan, pendaki bisa menggunakan jasa transportasi jeep menuju Desa Latimojong. Desa Latimojong juga sering disebut dengan Desa Rante Lemo, mobil jeep biasanya hanya bisa sampai di desa ini. Setelah itu pendaki bisa melanjutkan perjalanan dengan jalan kaki dan melewati Dusun Karuaja. Perjalanan dari Desa Latimojing ke Dusun Karuaja bisa menghabiskan waktu 1,5 jam. Setelah itu pendaki terus berjalan dan akan menemukan desa selanjutnya yaitu Desa Karangan. Di desa Karangan ini terdapat sungai eksotis yaitu sungai Salu Karangan. Pendaki bisa beristihata di rumah-rumah warga dan berjalan-jalan disekitar sungai.
Setelah itu pendaki bisa meneruskan perjalanan menuju Pos 1dengan mengikuti jalur sungai Salu. Di sepanjang perjalanan, pendaki akan menemukan berbagai jalan yang bercabang yang sering digunakan pemburu untuk menemukan buruannya. Setelah itu pendaki harus terus melalui perjalanan menuju Pos 2 yang sering disebut juga Pos Goa Sarung Pakpak. Di Pos 2 ini trek akan sedikit menurun, dan terdapat banyak sumber mata air. Menuju Pos 3 dan 4 jalanan akan semakin menantang, pendaki akan menghadapi jalanan menanjak nan terjal dengan kemiringan hampir 80 %.


Di Pos 5 (Soloh Tama) pendaki akan menemukan dataran luas yang bisa dijadikan basecamp sementara. Pos ini juga mempunyai aliran sungai dan sering dijadikan tempat beristirahat sementar untuk mencapai puncak. Setelah itu pendaki masih harus terus melalui Pos 6 sampai 7. Di Pos 7 pendaki bisa melihat beberapa deretan puncak gunung Latimojing dan juga permukaaan kaki gunung Latimojing. Pos 7 merupakan dataran luas yang mempunyai jalur pendakian bercabang, untuk mencapai puncak Rante Mario, pendaki harus mengambil jalur kiri. Setelah itu trek pendakian lumayan curam dengan medan berbatu. Setelah melewati 7 pos, pendaki akhirnya bisa menginjakan kaki di permukaan tertinggi di Sulawesi ini.

Gunung Latimojong – Puncak Tertinggi di Sulawesi

Gunung Latimojong: Perjalanan Panjang Untuk 3.478 Mdpl


Dalam mendaki gunung, gua gak terlalu punya ambisi besar kayak harus mendaki gunung apalah-apalah di tahun apalah-apalah. Gua mendaki gunung as simply as ya udah manjat yuk cus karena diajakin temen atau karena emang udah gatel banget.
Tapi, tanpa sadar, ternyata gua juga jadi ikut keracun sama 7 Summit-nya Indonesia. Dan pendakian ke Gunung Latimojong yang baru-baru saja gua lakukan, ternyata merupakan pendakian 7 Summit Indonesia ketiga gua –setelah gunung sejuta umat, Gunung Rinjani dan Gunung Semeru
Dan, inilah ceritanya…
***
BRAK BRAK BRAK
“Penumpang  harap tetap duduk sebelum pesawat benar-benar mendarat sempurna..”
Perasaan gua campur aduk, antara gelisah, senang, excited, watir, bercampur dengan pengen banget turun karena udah kebelet pipis sampe ke ujung ubun-ubun.
Sejurus kemudian, gua dan Shinta, yang berangkat bareng dari Jakarta ketemu Mas Dikta, partner gua waktu bikin project Setapak Pendaki, si penulis SetapakKecil.com yang lagi celingukan ditemani gundukan keril dan tas-tas kecil. 
Perlahan tapi pasti, team Latimojong Gemes berkumpul. Lidya, Kipli, yang udah sampai duluan di Makassar dari pagi datang menjemput ke bandara bareng Bang Ipang dan Bojes, dua orang yang bakal memandu kami selama di Makassar-Sulawesi. Terakhir, muncul si Anna dan Sulis, rombongan dari Jakarta yang jadi korban delay-nya maskapai penerbangan, you know, Layen.
00.30am - Rabu
Full team, kami beranjak menuju ke basecamp Bang Ipang buat prepare perjalanan Makassar-Karangan, desa terakhir yang jadi basecamp buat pendakian Gunung Latimojong.
03.00
"Eh, kita jadinya naik A*anza nih? Buset! Gak jadi naik Li**na?@seru gua melihat mobil yang bakal memboyong kami. 
"Yawla! Sembilan orang! Belum kerilnya! 10jam! Yawla!" pekik gua lagi menyadari betapa gua dan teman-teman harus desek-desekan satu mobil.
Mas Dikta yang emang berwajah putih mulus bikin iri para wanita bintang iklan sabun muka, makin pucat pasi.
Gua mendadak pegel duluan membayangkan apa yang bakal gua lalui 10 jam ke depan. Ah ya udah lah ya, #TempelAja Salonpas ntar kalo pegel banget.
05.30 
"Eh! Kayaknya ada yang jatoh deh!" kata Sulis membangunkan kami semua yang lagi tidur-tidur ayam. 
Mau tidur beneran juga susah. Di depan Bang Ipang dan Bojes nyetir, tengah ada Sulis, Shinta, Kipli, dan Lidya, belakang ada gua, Mas Dikta, Anna, beragam jajanan, sepatu, matras, hingga besi yang menyembul di sofanya. 
Mobil tetap melaju. Tapi penuh dengan keraguan. Akhirnya kami memutuskan berhenti --sekaligus ngelempengin badan-- dan membiarkan Bang Ipang dan Bojes berlari-lari ke belakang demi mengecek benar-gaknya ada barang yang jatoh. Soalnya, semua keril ada di kap mobil.
"Iya. Beneran ada yang jatoh nih. Keril merah..." kata Bojes sambil membopong kerilnya.
".....keril aku....." sambut Mas Dikta semakin lemas dan pucat pasi.
09.00am
"Bang Cen, akhirnya makan apa?" seru anak-anak yang lagi lahap banget makan Coto Makassar yang penuh dengan daging sapi dan jeroannya. 
"Makan kuah Coto Makassar pake lontong dan kacang." 
Yha. Buat orang yang gak makan daging sapi atau kambing, gua cuma bisa ngelus dada di lokasi yang banyak banget makanan khas dengan olahan daging-daging merah tadi.
10.00am
"Nah ini, Gunung Nona. Kenapa disebut Gunung Nona, karena katanya mirip 'nona'nya perempuan." kata Bang Ipang sambil ngikik. 
“Masa sih bang?” tanya Sulis. 
“Kalo gak percaya, cek dulu gih ke wc, hahahaha.”
Kami semua ikutan ngikik. Tapi bentar doang, di Sulawesi mataharinya ada sebelas. Panas banget gak ada obat!
12.00pm
Kami berhenti lagi buat belanja logistik di Pasar Baraka. Mengingat ini satu-satunya lokasi yang masih lengkap semua logistiknya. Masuk-masuk ke dusun nanti, terutama Karangan, kayaknya bakalan susah.
14.00pm
"Kita makan siang di sini dulu ya. Jeep ke Karangan masih di bawah, katanya sejam lagi baru sampe." kata Bang Ipang.
Jadi, menuju Karangan dari Baraka perlu ganti kendaraaan. Selain jalanan masih jelek, A*anza juga kayaknya gak bakal mampu melintasinya. Cuma kendaraan 4 wheel drive aja kayaknya yang mampu melintasi.
Latimojong bener-bener ya, panjang banget kayaknya. Udah hampir 12jam dari Makassar, dari gak bisa tidur, bisa tidur bentar, hingga kebangun benjol kejedot-jedot jendela mobil, masih belum sampe-sampe juga ke Karangan.
16.00pm
Petualangan ke Karangan dimulai dari sini. Team Latimojong Gemes bertambah 3 orang asli Makassar yang berangkat bareng jeep kami, Daus, Risky, dan Takim. Makin banyak orang makin murah sewanya, tapi makin banyak orang makin serem sekaligus seru. 
Jadi, di dalem jeep palingan maksimal isi 6 orang, depan 3 orang, sisanya agak keluar-keluar. Tentunya dengan keril di kap jeep. Tapi, keseruan dimulai saat gua dan beberapa orang memutuskan untuk duduk di kap jeep, yang lainnya di depan jeep. 
Asli, medan menuju Karangan itu ekstrem banget!
Dari jalanan sempit yang cuma cukup buat satu mobil, jembatan kayu yang terlihat rapuh, tanjakan curam tapi sempit, turunan dan belokan tajam, sampe bener-bener melintasi sungai. Oiya, not forget to mention kehebohan menghadapi ranting-ranting pohon di perjalanan, mengingat gua, Mas Dikta, Kipli, dan Lidya duduk di kap jeep. Asli, super seru!
18.00pm
Hujan ekstra-deras menyambut rombongan kami sesampainya di Karangan. Setelah reda, kami langsung bergegas menuju rumah Kepala Desa yang juga jadi basecamp pendakian.
Kalau menurut rencana, harusnya kami cuma beberes sebentar dan langsung mendaki hingga Pos 2, apa daya, Kepala Desa bilang, hari ini udah banyak pendaki yang bergerak. Pos 2 yang katanya sempit banget, gak bakal muat kalau ditambahi kami.
Akhirnya, kami menyerah juga dan milih ngelempengin badan barang semalam biar besoknya dalam kondisi prima menghadapi medan pendakian Latimojong yang terkenal cadas.
Tak lupa gua heboh minta ditempelin Salonpas di bahu, kaki, dan punggung gua biar besok udah ilang pegel-pegelnya.
***
“Wih ada bang Acen!” sapa seseorang excited banget kayaknya ngeliat gua lagi menggeh-menggeh berkeringat di jalur pendakian batas vegetasi kebun kopi penduduk dan hutan. Oh man, dari desa Karangan ke pos 1 aja jalurnya begitu deh. Bikin napas abis. Gaspol!
“Wih! Halo! Tapi, gua gak tau siapa lo, nih…” balas gua jujur.
“Yaelah, jangan jujur-jujur amat gitu juga kali bang, sedih nih gua. Silent reader Jalanpendaki nih, bang! Hehe. Ditunggu cerita Latimojongnya.” lanjutnya, kayaknya ngerti banget kalo gua agak sedikit bingung dan awkward.
“Makanya seringin komen. Hahhaa. Heh, lu gila, ini gua baru nyampe pos satu, ceritanya masih jauh! Hahaha. Tengkyu dah baca Jalanpendaki, yes ! Siapa nama lu?”
“Nanang, bang. Salam kenal dah.”
Kemudian ada sepasang pendaki lewat permisi.
“Nah, mendaki tuh pasangan kayak gitu bang, jangan sendiri mulu!”
Demi Dewa! Salah apa Tapasya di kehidupan sebelumnya? Kenapa ada orang baru kenal aja mengina-dina diriku yang malang ini?
“Bodo amat! Lu juga manjat sama laki semua, bye!”

Meninggalkan Nanang yang menyebalkan dan minta digetok tripod, eh gua ketemu pembaca Jalanpendaki lainya lagi bernama Dhika. Duh gua jadi happy deh banyak papasan sama pembaca. Kalau nanti kita papasan di jalan, jangan pada sombong yak! Nyapa aja, aku anaknya gak gigit kok, paling nyinyir doang. Wkwk.
Gua terus bergerak maju menuju pos 2. Ambisinya sih, team gua bisa mencapai pos 7 malam ini. Jadi besok muncak lebih dekat dan bisa segera balik. Mengingat jadwal roadshow ke lokasi-lokasi kece padet banget mumpung lagi di Sulawesi. 
Trek gunung Latimojong terkenal berat. Gua kasi tau aja, dari desa Karangan menuju Pos 1 itu vegetasinya masih kebun kopi. Gak begitu jauh, kira-kira cuma sejam, tapi nanjak dan sangat panas. Kamu harus ingat, Sulawesi mataharinya ada sebelas.
Pos 1 menuju pos 2 itu udah masuk vegetasi hutan. Tapi jalur pendakiannya ini kayak lereng gunung. Typical jalur sempit berakar basah dan sebelahan sama jurang. Gak terlalu lama juga, cuma sekitar 1,5 jam. Yang paling surprise, pas udah mau deket pos 2, ada semacam tebing kecil gitu yang harus dilalui. Ada semacam tali pengaman dari rotan yang bisa pegangan hidup. 
Buat gua sih seru, buat Mas Dikta ternyata gak. 
Saat gua ngerekam dia lagi melintasi itu tebing, Mas Dikta kepleset gitu aja dan hampir merosot ke jurang. Untung pegangan. Sebagai teman yang baik, gua tentu aja ngakak dulu. Baru nolongin. Eh, itu baik apa jahat sik? Haha.
Pos 2 sebenernya lokasi yang enak banget buat ngecamp. Ada goa, ada air terjun, dan juga punya lapak tanah rata. Sayangnya itu tadi, cuma sedikit. Paling cuma cukup buat 2-3 tenda mencar-mencar. Untung aja semalem beneran gak nekat jalan, sesampainya di pos 2, ternyata rame banget pendaki! Gak sampe umpel-umpelan kayak di Semeru sih, tapi tetep aja tempat seupil kalo keramean jadi begah.
Pos 2 ke Pos 3 ini yang paling diantisipasi sama semua orang. Jalur paling terjal se-Latimojong. Treknya tuh uhuy banget. Tingkat kemiringannya bener-bener menantang, ditambah jalur yang licin abis ujan. Mantep. Tapi, keuntungannya, cuma makan waktu sebentar, sekitar 30 menit lah.
Pos 3 ke Pos 4, gak ada yang spesial selain berada di dalam trek hutan hujan tropis yang gelap dan membosankan. Waktu tempuhnya juga normal, mungkin sekitar sejam. Namun, mulai meleburkan jarak antara team. Dari yang gak kenal jadi makin saling kenal. Dari udah saling kenal, mulai ceng-cengan satu sama lain.
Begitu juga Pos 4 ke Pos 5. 
Masih di dalam hutan. Tambahannya, cuma berjarak paling jauh dari pos-pos yang tadi. Mungkin sekitar 2 jam. Ditambah hujan. Komplit. Sampai di Pos 5, team memutuskan stay. Mengingat trek yang kayaknya biasa tapi toh nyatanya warbiyasak ini telah merenggut waktu dari pagi hingga senja menjelang. Lagipun, di Pos 5 ini, lapak bener-bener mendukung buat ngebangun tenda. Bukan rumah tangga.
“Lho, Bang Ipang mana, Shin?” tanya gua ke Shinta. 
Shinta yang seharusnya jadi paling bontot ditemani Bang Ipang justru malah sampai ke Pos 5 barengan Mas Dikta yang emang jalan mager-mageran. 
“Di belakang banget, Mas. Dia bawain keril aku. Tadi aku kena kakinya…” jawab Shinta memelas.
Gua yang punya cita-cita gegoleran, lenyap begitu saja. Kesian sama Bang Ipang bawa dua keril, gua memutuskan turun menjemputnya.
“Bang, liat temen saya bawa keril depan belakang gak?” berutung, gua masih ketemu sama beberapa pendaki yang mau nanjak.
“Yang rambutnya kriwil ya? Kerilnya ijo? Itu tadi lagi sama orang-orang Jawa di bawah. Tapi jauh banget….” Jawabnya.
“Apa masih di pos 4, bang?” tanya gua lagi
“Gak sih, tapi mungkin belum ada 25% lah dari pos 4.”
Yampun! Hampir aja gua tadi lupa bawa headlamp, ternyata Bang Ipang masih jauh banget!
Pelan tapi pasti, senja berubah menjadi malam. Baru berasa betapa gelap dan mencekamnya ini hutan Latimojong. Mana ternyata pendaki yang gua baru tanya itu orang terakhir yang gua temuin. 
Teplak. Teplak. Teplak.
Lah, ngapa tiba-tiba sol sepatu gua mangap gini? Sejak kapan? Duh, ganggu pake banget.
SREK. SREK. SREK. HNGGG.
Ih, apaan tuh? 
Bulu kuduk gua merinding. Ada suara-suara gak asik yang tiba-tiba muncul di sekitar gua. Mana gua lagi mandek di jalan ngiket sepatu mangap pake rafia lagi. Duh, kalo ada yang muncul-muncul gimana?
Kelar ngiket sepatu, gua terus beranjak turun menghiraukan rasa takut gua.
HNGGG. SREK. SREK.
Hm. Suara itu lagi. Demi Dewa, Tapasya harus berbuat apa?
Penasaran, gua malah senter kanan kiri ke arah suara sok misterius sialan itu. 
HNGG. SREK. SREK. BRUK.
“AAAAAAAA!!!”
Bersambung.
 
Sumber dan Kunjungi : http://www.jalanpendaki.com

Gunung Latimojong: Perjalanan Panjang Untuk 3.478 Mdpl

Gunung Slamet 3428 Mdpl Via Bambangan Purbalingga Jawa Tengah

05 s/d 8 Februari 2016

Gunung Slamet Februari 2016 (kiri ke kanan: Irfan, Pinky, Putri, Saya sendiri, Hendri dan Bang Othep)


Gunung Slamet merupakan salah satu gunung aktif di Indonesia, dengan ketinggiannya 3.428 Mdpl. Gunung Slamet adalah gunung tertinggi di Jawa Tengah dan gunung tertinggi ke-2 di Pulau Jawa setelah Gunung Semeru di Jawa Timur. Gunung Slamet ini terletak di 5 kabupaten yaitu Kabupaten Brebes, Banyumas, Purbalingga, Tegal dan Kabupaten Pemalang.

Gunung Slamet ini memiliki beberapa jalur yang biasa didaki oleh para pendaki, yaitu:
1. Jalur Bambangan - Purbalingga
2. Jalur Baturraden - Purwokerto
3. Jalur Guci - Tegal
4. Jalur Kaliwadas - Brebes
5. Jalur Kaligua - Bumiayu
6. Jalur Dukuhliwung - Tegal

Pendakian gunung Slamet via Bambangan adalah jalur legal yang paling banyak didaki oleh para pendaki. Gunung Slamet ini juga menjadi destinasi pendakian favorit para pendaki termasuk saya dan team kali ini. Dan jalur Bambangan inilah yang akan saya dan teman-teman lewati.

Seperti biasa besok jum'at sebelum berangkat malamnya saya mempersiapkan semua keperluan mendaki. Untuk barang-barang yang disiapkan hampir samalah yah seperti tulisan saya sebelumnya. Please check aja...jangan anggep remeh barang-barang wajib yang harus dibawa apalagi logistik. Kalo emang mau sharing cost seperti saya kali ini ya bagi-bagilah siapa bawa apa yang adil biar ga kekurangan logistik pas nanjak ampe turun.

Jalur pendakian Gunung Slamet via Bambangan

Jum'at, 05 Februari 2016

Meeting Point kali ini kita semua janjian di Terminal Kampung Rambutan jam 9 malam, walaupun saya dan Pinkai agak telat karena jauh banget dari kantor akhirnya sampai lebih kurang jam 10 malam. Team kita kali ini ada 6 orang seperti yang bisa kamu liat di foto paling atas.

Jam 10 malam kamipun naik bus dari Terminal Kampung Rambutan Jakarta menuju Jawa Tengah. Busettt berhubung ini bus terakhir yang kita naik, ga ber AC pula panas dan saya dudukpun dapet di belakang. Dan kabar 'bagusnya' bagian belakang itu semuanya para pendaki. Lebih tepatnya hampir setengah penghuni bus adalah para pendaki, keliatan dari tas-tas gede yang berjejer dibelakang bus ampe nutupin kaca bagian belakang bus. Sampe bagian tengah bus dari depan ampe belakang semua isinya kerir. Alhasil kalo mau lewat ampe musti ngelangkah segede-gedenya biar bisa ngelewatin kerir. Oallahhhh nikmat di nikmatin aja perjalanan kali ini, mungkin karena pas libur imlek juga kali yah jadi rame banget.
Malampun semakin larut, perjalanan masih panjang dan sayapun tertidur...

Sabtu, 06 Februari 2016

Paginya...masih didalam bus yang sama dan penumpang yang sama. Saya dan teman-teman yang dudukpun kami tersebar ada yang didepan, tengah dan belakang dan kami cuma bisa pasrah mau sampai ketujuan jam berapa. karena jalannya bus yang cukup pelan dari semalam jadi saya agak takut aja kesiangan sampai ke basecamp Bambangan jam berapa.

Nah untuk transport selanjutnya setelah bus ini, temen saya Hendri sudah mengkoordinir semuanya jadi saya dan teman-teman yang lain tinggal terima beres. Jadi saya mohon maaf kalau tidak bisa memberikan informasi detail soal bagaimana transportnya kesini. Singkat cerita jam 11 siang kamipun turun dari bus didepan sebuah Pertamina tapi saya lupa nama daerahnya apa. Disitu sudah menunggu mobil carry hitam dan dua orang yang dari tadi sudah tek tokan ama Hendri. 

Kami berenam siap-siap dan masukin tas ke mobil, perjalanan selanjutnya adalah dari Pertamina itu ke basecamp. Lebih kurang 2 jam man waktu yang dibutuhkan untuk sampai di basecamp. Cuaca saat itupun mendung dan lumayan berkabut, makin ke basecamp makin berkabut. Saya cuma bisa pasrah dan berdoa sama Allah semoga siang itu sampai besok ga ujan. Mungkin karena imlek kali yah bawaannya mau ujan aja, tapi yang ga enaknya kalo ujan gini kan pasti berkabut dan ga bakalan dapet view dipuncak.

Basecamp Bambangan, Sabtu 06 Februari 2016

Posko Informasi basecamp Bambangan 
Basecamp Pendakian Gunung Slamet Bambangan - Purbalingga Jawa Tengah

Bang Othep lagi re-packing ulang dan itu semua kerir kita :)
Lebih kurang 2 sampai 1,5 jam kami di basecamp, kami re-packing ulang, ke toilet dulu, makan siang, sholat dll. Dan persiapan mendaki lainnya, saat itu kondisi di basecamp lumayan rame karena pas weekend dan tanggal merah imlek itu tadi. Setelah selesai kamipun berdoa bersama sebelum memulai pendakian, walaupun cuaca beneran mendung dan udah gerimis malahan berkabut banget banget. Ya apa boleh buat ga mungkin kan nunggu besok lagi, dan kami mulai pendakian juga lumayan udah siang yaitu jam 2 an. Seperti biasa ga afdol kalo ga foto dulu di gerbang pendakian, dan kami berenampun foto dulu donk.

Gerbang Pendakian (see...kabutnya keren banget kan, kayak di kayangan saya)

Basecamp - Pos 1 (Pondok Gembirung)

Perjalanan dari basecamp ke Pos 1 treknya berupa jalan setapak di antara ladang pertanian warga yang tanamanya berupa sayur-sayuran yang subur dan terawat banget, keliatan pertanian disini cukup maju dan teratur. Menurut saya treknya cukup landai, ya tapi tetep ada nanjaknyalah namanya juga mendaki. Walaupun pendangan kami cukup terbatas hanya beberapa meter karena kabut tebel banget dan pemirsahh akhirnya gerimis cintapun turun. Ya Allah... akhirnya baru mulai mendaki aja udah ujan, jadi kami udah pakai jas ujan dari mulai pendakian. 

Tapi kami masih bisa melihat indahnya pemandangan ladang warga dan tebing hijau disana. Jarak tempuh menuju pos 1 ini cukup panjang sih menurut saya bisa 1-1,5 jam dan bisa lebih balik lagi tergantung kekuatan dan gaya jalan kamu masing-masing. Patokan menuju Pos 1 ini adanya lapangan yang lumayan luas, setelah lapangan luas ini trek mulai menanjak hingga Pos 1. Ditengah perjalanan bakalan ketemu dua warung yang jual minuman panas, gorengan dll. Dan kondisi warung di Pos 1 cukup besar sih menurut saya bisa duduk-duduk santai dulu sebentar.

Pos 1 (Pondok Gembirung)
Pos 1 (Pondok Gembirung) - Pos 2 (Pondok Walang)

Trek yang dilalui menuju Pos 2 mulai menanjak, dan pohon-pohonnya lebih rapat dan hutannya lebih lebat tidak sepeti tadi sebelum Pos 1 yang lebih didominasi oleh pohon pinus dan masih cukup terbuka. Dan hujan masih turun walau belum terlalu lebat tapi cukup bikin jalur lumayan becek dan licin banget. Normal perjalanan adalah 1 jam dari Pos 1 ke Pos 2, balik lagi tergantung cara jalan kamu dan berapa lama berenti berentinya. Tidak cukup lama akhirnya kita sampai di Pos 2, lalu break lagi sebentar karena ada warung gitu dan ada jual makanan dan minuman panas. Lumayanlah buat angetin badan secara lagi ujan broo...

 Pos 2 (Pondok Walang)

Pos 2 (Pondok Walang)

Pos 2 (Pondok Walang) - Pos 3 (Pondok Cemara)

Trek menuju Pos 3 hampir sama dengan sebelumnya menanjak dan banyak pohon-pohon besar. Karena ujan ga berenti-berenti juga walalupun gerimis tapi bisa dibilang cukup banyak gerimisnya dari tadi dan jalanan beneran makin licin pemirsah. Tetep semangat dan terus jalan aja walau badai menghadang...lagu kali ah. Tapi akhirnya ditengah perjalanan sebelum Pos 3 hujan turun sangat lebat dan kami semua akhirnya berenti dulu dan berteduh disalah satu pohon yang cukup besar dengan para pendaki yang lain. Dan kalo ga salah ini sudah mulai sore ditambah cuaca begini jadilah mulai gelap dan kami semua pasang headlamp dulu baru melanjutkan perjalanan.

Untuk estimasi waktu dari Pos 2 menuju Pos 3 ini sebenernya ga terlalu lama normalnya adalah 30 menit s/d 1 jam man. Tergantung gaya jalan kamu yah dan kenapa selalu saya bilang gitu biar saya ga disalahin ntar kalo tiba-tiba ada yang komplen 'kok saya jalannya malah 2 jam lebih dll' yo wes... makanya saya bilang tergantung kondisi tubuh, cuaca dan lainnya. Di Pos 3 ini kami istirahat sebentar dan makan dulu serta saya ganti baju karena basah banget, takut kedinginan. Udah lumayan malem sih karena cuaca ujan gini dan hutanpun sangat lebat.

Pos 3 (Pondok Cemara) (i'm sorry guys...saya ga bisa ambil foto karena kondisi waktu itu berkabut parah dan ujan jadi saya terpaksa comot image from google)

Pos 3 (Pondok Cemara) - Pos 4 (Pondok Samaranthu)

Perjalanan menuju Pos 4 ini trek nya ngelewatin hutan yang masih cukup lebat dan lembab. Eh bukan lembab lagi tapi sangat basah, karena menuju Pos 4 sudah hujan lebat tapi kadang gerimis. Jadi perjuangannya double mulai dari jalanan nanjak yang licin dan sudah mulai gelap. Ditambah sudah cukup malam kami sampai di Pos 4 ini. Kalo ga salah jam 8 atau 9 malam yah? Lupa juga karena hujan jadi trek menjadi lebih berat yang kami lewatin. Sampai di Pos 4 ini sudah ada yang mendirikan tenda, lebih kurang sekitar 3 sampai 4 tenda. 

Akhirnya karena kita semua memilih untuk istirahat dulu sebentar di Pos 4, Irfan dan Hendri sudah berniat untuk mendirikan tenda disini. Karena masih ada lahan yang cukup datar walau miring dikit. Serta menurut beberapa pendaki yang turun dari tadi mulai dari Pos 8 ampe Pos 5 udah penuh banget ama tenda. Jadi takutnya kalaupun kami sampai di Pos 5 sudah tidak ada space. So, Bang Othep dan Pinkai duluan jalan ke Pos 5 untuk ngecek tempat jika mungkin masih ada maka Bang Othep akan turun lagi kasih info ke kita lalu Pinki nungguiin di Pos 5. 

Singkat ceritanya, karena udah gelap ujan dan kedinginan dan masih menunggu Bang Othep yang belum juga datang. Hendri dan Irfan akhirnya mulai membuka tenda sampai tendanya jadi donk. Abis itu Bang Othep dateng dan bilang kalau masih ada tempat di Pos 5. Wew..zonk banget akhirnya kita rapi-rapi lagi Hendri dan Irfan tutup tenda dan cusss kita lanjut ke Pos 5. 

Dan saya juga baru tahu kalau di Pos 4 ini menurut beberapa pendaki usahakan jangan mendirikan tenda disini. Ya ada mistis-mistisnya gitu...konon katanya pos angker. Dari namanya 'Samaranthu' alias hantu tak terlihat. Begitulah mitosnya...
Soal estimasi waktu pendakian dari Pos 3 menuju Pos 4 normalnya adalah 45 menit sampai 1 jam man.

Pos 4 (Pondok Samaranthu) (and again sorry guys, karena saya tetep ingin menampilakan image nya jadi terpaksa saya comot lagi di google karen cuaca yang tidak memungkinkan untuk saya ambil foto saat itu)

Pos 4 (Pondok Samaranthu) - Pos 5 (Samyang Rangkah)

Melanjutkan kembali cerita saya sebelumnya, perjalanan dari Pos 4 ke Pos 5 kami lanjutkan. Dalam kondisi gelap, hujan dan sudah mulai capek. Trek yang dilalui masih konstan yaitu mendaki terus sampai Pos 5. Dan estimasi waktu menuju Pos 5 lebih kurang 30 menit s/d 1 jam. 
Dan Pos 5 ini menjadi pilihan banyak pendaki untuk mendirikan tenda, tapi banyak juga yang memilih Pos 6 karena jaraknya tidak terlalu jauh. Kamipun mendirikan tenda di Pos 5 ini agak turun sedikit dari pos 5 karena kondisi yang sangat penuh dengan tenda. 

Beberes dulu, ganti pakaian, bersih-bersih dll akhirnya kami baru bisa tidur sekitar jam 12 malam, dan kondisi cuaca malah makin parah. Hujan makin lebat dan disertai petir yang nyambung terus ampe subuh. Kami berlima tidur 1 tenda, dan tenda kami pinggirnya juga rembes kena ujan dari luar karena ga pake flysheet. Oya Pinky emang ga tidur ditenda kami, tadi pas dia duluan ama Bang Othep dia dititip di tenda besar cowo di Pos 5. Mungkin karena sudah malam juga dan gelap ujan dan sangat licin jadi agak riskan jalan ketas jam segini.


Pos 5 (Samyang Rangkah) (Nah yang ini saya foto sendiri tapi pas turun yah karena pas naik masih gelap)

Pos 5 (Samyang Rangkah) - Pos 6 (Samyang Jampang) - Minggu 7 Februari 2016

Normalnya kalau mau summit mulai jalan menuju puncak itu start sekitar jam 3 atau 4 pagi. Tapi karena kami sudah sangat kecapek an dan tidur malampun sudah larut jadi bangunnya pun agak telat. Biasanya saya jam 4 pagi sudah keluar tenda nyari pojokan, kalo yang ini bisa ditahan karena mungkin masih ujan gede gitu. Mau bangun males banget malah sempet kepikiran ga mau summit ajalah dengan kondisi cuaca seperti ini. Tapi apalah daya kalo ga sampe puncak ntar malah PR balik lagi ke Slamet. Hahahahahah... jadi muncullah semangat baru jadi jam 5 kita siap-siap semuanya bawa sedikit bekal makanan, minuman, headlamp dan jas hujan pastinya ga lupa kamera buat foto-foto di puncak. Jam 6 kita lanjut perjalanan menuju Pos 6.

Oya di Pos 5 ini sekedar informasi kalau disini terdapat sumber air musiman yang hanya ada saat musim hujan saja. Disini juga ada warung tapi tidak buka sampai malam. Untuk estimasi waktu sendiri dari Pos 5 menuju Pos 6 lebih kurang 30 menit, karena jaraknya memang tidak terlalu jauh. Tapi yang bikin kita lebih lama jalannya karena licin banget jadi extra hati-hati.

Untuk treknya sendiri lebih sempit jadi saat berpapasan dengan pendaki lain harus bergantian. Akhirnya jam 7 an lewat dikit kami sampai di Pos 6, dan pos ini tidak terlalu luas. Disini kami tidak break tapi langsung jalan lagi masih dengan kondisi agak gerimis.

Pos 6 (Samyang Rangkah) agak aneh moso' Pos 6 di papannya Samyang Rangkah sama ama di Pos 5 sedangkan di peta yang saya dapat namanya Samyang Jampang :/(Image taken from google)

Pos 6 (Samyang Jampang) - Pos 7 (Samyang Kendit) 

Kami sadar udah ga dapet sunrise lagi karena emang udah siang juga, tapi kami tetep mau summit attack. Gerimis masih ada walau intensitasnya cukup berkurang, saya sih berharap jangan turun hujan lagi karena kuatir sampe puncak ga dapet view. Trek dari pos 6 ke Pos 7 jalur mulai terbuka dan pemandangan sekitarpun mulai terlihat cantiknya walau masih sedikit kabut. Sebelum Pos 7 ada dataran yang bisa dijadikan lokasi untuk mendirikan tenda, setelah itu tinggal melewati satu tanjakan lagi maka kita sampai di Pos 7. 

Dan di Pos 7 ini terdapat warung yang merupakan warung terakhir sebelum sampai puncak. Lumayan lah ngaso dulu, ngeteh, makan goreng pisang tambah tenaga, yang cowo-cowo pada mau ngopi dulu. Jadi kami semua memutuskan untuk istirahat di Pos 7 sesaat. Sambil nambah tenaga..

Pos 7 (Samyang Kendit)

Pos 7 (Samyang Kendit)
Pos 7 (Samyang Kendit)

Pos 7 (Samyang Kendit) - Pos 8 (Samyang Jampang)

Estimasi waktu perjalanan dari Pos 7 ke 8 lebih kurang 20 menit, dan ini adalah jarak Pos terdekat di gunung Slamet. Setengah jalan saya sudah keluar dari hutan lebat, dari sini pemandangan tebing-tebing gunung Slamet sudah bisa terlihat. Tidak cukup lama saya dan teman-teman samai di Pos 8 yang ditandai dengan plang di sisi kiri jalur. 

 Pos 8 (Samyang Jampang)
Pos 8 (Samyang Jampang)  

Pos 8 (Samyang Jampang) - Pos 9 (Pelawangan)

Menuju Pos terakhir yaitu Pos 9 trek yang dilewati berupa tanah berumput dan pemandangan yang terbuka. Dari sini kalau sedang tidak berkabut maka pandangan akan lepas bisa ngeliat puncak gunung Slamet yang berpasir dan berbatu. Dan lumayan banyak juga pendaki yang mendirikan tenda disini, karena memang dekat dengan puncak. Tapi yang perlu diperhatikan adalah angin berhembus akan lebih kencang karena tidak ada pohon yang menahan. Lebih kurang saya sampai di Pos 9 Pelawangan ini sekitar jam 9 pagi. Estimasi waktu dari Pos 8 ke Pos 9 sekitar 25 s/d 40 menit ya.

Pos 9 (Pelawangan) *Abaikan orang-orang nya yah karena foto buru-buru


Pos 9 (Pelawangan) - Puncak

Pos 9 adalah Pos terakhir yang akan kita lewati, dan merupakan batas vegetasi untuk sampai puncak gunung Slamet artinya tidak ada lagi tumbuhan sama sekali sampai puncak. Trek dan jalur selanjutnya yang akan kita lewati menuju puncak berupa tanah merah berpasir dan berbatu kecil dan besar yang mudah sekali longsor dan jatuh saat di pinjak. Jadi pendaki harus lebih hati-hati dan memilih batu yang lumayan kokok untuk di injak. Perjalanan menuju puncak saya lewati dengan pelan dan kondisi saat itu berkabut jadi pandangan saya cuma beberpa meter saja. 

Dan menurut saya ini adalah jalur tersulit yang akan kita lewati di gunung Slamet ini. Treknya mirip dengan trek pasir gunung Semeru di Jawa Timur dimulai dari batas vegetasi. Lumayan beberapa kali saya dan Irfan berhenti untuk minum dan mengatur nafas lalu baru kami melanjutkan perjalanan. Lebih kurang 1 jam perjalanan saya dan Irfan sampai di atas di pertigaan jika kekiri akan turun ke kawah gunung Slamet dan ke kanan jalan menjuju puncak. Kalau kamu ke kawah maka aroma belerang sangat kuat sebenarnya dari puncakpun aroma belerang akan tercium juga. 

Karena masih cukup berkabut walau sudah tidak hujan, biasanya di sisi barat kita bisa melihat gunung Ciremai dan di sisi timur akan tampak gunung Sindoro dan Sumbing. Dan saya akhirnya sampai di atap tertinggi Jawa Tengah, yaitu puncak gunung Slamet. Ditandai dengan adanya sebuah plang bertuliskan "Mt Slamet 3428", dan ada memoriam berbentuk segitiga bertuliskan nama 6 orang pendaki yang meninggal di gunung Slamet. Rasa syukur yang ga henti-hentinya saya ucapkan hingga bisa sampai disini, bisa sampai disini dengan kondisi jalan yang lebih berat karena hujan. Tidak lupa saya dan teman-teman foto-foto dulu, dan kami sampai di puncak Slamet sekitar jam 10 pagi.

Dan telah puas di puncak tidak terlalu lama lalu kamipun turun sekitar jam 11 siang menuju Pos 5. Dan perlu diperhatikan turun juga ga kalah susahnya cari injekan yang lumayan kuat biar ga jatoh kebawah. Dan kabut tebel lagi pas saya turun, kalo bisa pas turun jangan sendiri minimal berdua supaya bisa saling bantu pegangan karena trek yang cukup curam dan sulit. Pemandangan dari Pos 9 ke Pos 8 cantik banget deh, liat aja ntar foto-foto saya. Tapi sayangnya di Pos 8 kebawah turun hujan yang sangat lebat jadi ampe ga keitung deh berapa kali saya jatoh dan kepleset. Ampe badan lumpur semua, dan sepatu jadi double beratnya karena banyak banget lumpur yang nempel. Tadinya saya berdua Irfan karena Putri dan Hendri udah duluan didepan saya. Jadilah di Pos 5 entah saya yang keduluan ato Irfan yang duluan dan kondisi hujan serta sangat rame jadi saya pikir udah di Pos 5 juga dibawahnya dikit udah tenda kita. 

Drama dikit saya terus jalan donk ampe ga sadar udah ngelewatin tenda, heran ga keliatan aja gitu. Akhirnya saya sampai di Pos 4, hujan makin deres udah jam 3 sore pula, laper dan udah kedinginan capek banget. Trus saya duduk aja ampe di samperin ama bapak-bapak katanya kalo lupa ya udah kita turun ke basecamp aja, saya bilang ga papa pak saya tunggu aja semoga temen saya nyusul. Dan bener donk ga lama Irfan dateng dari jauh dibalik tetesan hujan cie..udah kayak super hero dateng. Walau sebel juga dikit abis dia duluan sih...Hahaha selalu ada cerita dari setiap gunung yang saya datengin. Jadi kita jalan lagi menuju tenda dan ganti baju, makan, beberes dan kita semua turun sekitar jam 4.30 sore. Yap cukup sore untuk turun...

Trek dari Pos 9 menuju puncak 

Yeay..puncak gunung Slamet

Kawah gunung Slamet

Puncak gunung Slamet

foto bareng team di puncak

Puncak

Bareng team

Love you guys

Puncak rame banget

Sepatu yang sudah menemani perjalanan saya ke beberapa gunung


Perjalanan turun dari puncak berkabut banget

Jalan turun yang terjal

Pohon diketinggian

Pemandangan turun yang cantik sebelum Pos 7

 Pemandangan turun yang cantik sebelum Pos 7

Pemandangan turun yang cantik sebelum Pos 7

Saat kami turun sekitar jam setengah 5 sore kondisi masih hujan, bukan gerimis lagi dan yang pasti saya berusaha secepat mungkin turun agar tidak kemalaman. Singkat cerita jam 9 malam man saya dan teman-teman sampai di Pos 1. Jalan beneran sangat licin, becek luar biasa dan saya kepleset berkali-kali, di Pos 1 kita istirahat sebentar ada yang makan mie dan saya minum 3 gelas teh panas dan beberapa biscuit. Karena saya ga bisa duduk lama-lama karena sepatu saya udah basah dan kaki saya udah kedinginan jadi memustuskan untuk duluan turun ke basecamp dengan Bang Othep berdua. Untungnya Bang Othep punya lampu terang banget jadi cukup mempermudah jalan turun kami melewati jalan yang licin. Dan ada 5 orang cowo juga yang pengen turun bareng karena mereka ga punya alat penerang.

Sebelum sampai di basecamp kami melalui jalur air mengalir yang cukup deras jadi bisa sekalian cuci sepatu. Jam 12 malam saya, Bang Othep dan 5 cowo yang tadi barengan sampai di basecamp dengan selamat. Saya langsung memilih mandi, beberes, makan lalu tidur di basecamp sambil menunggu teman saya yang lain datang. Pinky dan Hendri sampai jam 2 dini hari pagi, sedangkan Putri dan Irfan memilih untuk buka tenda di bawah Pos 1 karena kondisi kaki Putri yang sakit dan sudah sangat kelelahan. Irfan dan Putri sampai di basecamp jam 8 pagi. Akhirnya kami semua re-packing dan lalu siap-siap meninggalkan basecamp lalu pulang ke Jakarta.

Sekian cerita perjalanan saya menuju atap tertinggi di Jawa Tengah yaitu Gunung Slamet, semoga bisa menjadi inspirasi untuk teman-teman yang lain.
Catatan :
- Kalo ada kontak dengan basecamp ada baiknya menanyakan bagaimana kondisi cuaca disana
- Selalu packing basah di kerir dan bawa jas hujan, alat penerang, baju ganti jaket baju kupluk sarung tangan yang hangat serta logistik yang cukup.
- Jangan paksakan diri kalo memang sudah tidak memungkinkan untuk melanjutkan perjalanan.
- Selalu berdoa, sholat dan minta penjagaan 24 jam kepada Allah SWT. Jangan pernah takabur karena semuanya bisa saja terjadi.
- Ikuti semua aturan yang telah diteteapkan oleh warga disana.
Tidak lupa bersyukur kepada Allah SWT untuk kesempatan, kekuatan, penjagaan, dan kesehatan yang telah diberikan. Untuk mama tercinta yang telah memberikan doa selalu untuk anak bungsunya di rantau. 
Pesen Saya "Jangan pernah membatasi kemampuan diri sebelum kamu mencobanya" :)
Salam "Wanita penikmat alam ciptaan Allah SWT"
Salam Lestari!


Diposkan oleh

Gunung Slamet 3428 Mdpl Via Bambangan Purbalingga Jawa Tengah