GUIDE NAIK GUNUNG # MERBABU # LAWU # PRAU # SEMERU # DST # 085.643.455.685 # 7A722B86

Kami adalah salah satu penyedia jasa layanan pemandu dan event organizer naik Gunung di Pulau Jawa. Kami juga menyediakan beberapa jadwal pendakian yang bisa diakses dan diakses dalam website ini. Gunung yang sering kami kunjungi diantaranya Gunung Merbabu, Gunung Prau, Gunung Lawu, dan lainnya.

GUA PINDUL # RAFTING OYA # OFFROAD # GUA INDAH # GUA SI OYOT # 085.643.455.685 # 7A722B86

Kami adalah salah satu agen resmi reservasi Gua Pindul, Rafting Oya dan Off Road. Keuntungan reservasi melalui kami ialah mendapatkan penawaran terbaik dari kami dan tanpa antri. #Pemandu Lokal #Transport Lokal 'PAJERO' #Ban #Pelampung #Asuransi #Wedang Pindul #Toilet Banyak #Parkiran Luas

TELAGA WARNA # KAWAH SIKIDANG # GUNUNG SIKUNIR # 085.643.455.685 # 7A722B86

Dieng Plateau mempunyai potensi alam yang luar biasa indahnya sehingga sangat kami sarankan untuk mengunjunginya. Selain Telaga Warna, Kawah Sikidang dan Candi Arjuna dalam beberapa bulan terakhir baru booming Gunung Sikunir dan Gunung Prau

RESTO INDRAYANTI # MALIOBORO # PRAMBANAN # BOROUBUDUR # 085.643.455.685 # 7A722B86

Resto Indrayanti merupakan obyek wisata baru yang sekarang menjadi tujuan wisata di Yogyakarta. Malioboro menjadi tujuan akhir wisata belanja. Mari yang berminat mengunjungi segera menghubungi admin.

AVANZA # INNOVA # ELF # ELF LONG # HIACE # BIG & MICRO BUS # 085.643.455.685 # 7A722B86

Kami mempunyai berbagai macam armada dengan harga bersahabat. Kami menyarankan bagi calon wisatawan apabila hendak mencari armada untuk liburan direncanakan jauh jauh hari guna mendapatkan pelayanan yang terbaik dari kami.

Tampilkan postingan dengan label Gunung Lawu. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Gunung Lawu. Tampilkan semua postingan

Kisah Mistis Dari Gunung Lawu

Diposting oleh admin
JALUR GUNUNG LAWU

Kisah Mistis Dari Gunung Lawu 

Gunung Lawu yang terkenal angker dan menyimpan misteri dengan tiga puncak utamanya : Harga Dalem, Harga Dumilah dan Harga Dumiling yang dimitoskan sebagai tempat sakral di Tanah Jawa.Harga Dalem diyakini masyarakat setempat sebagai tempat pamoksan Prabu Bhrawijaya Pamungkas, raja terahir dinasti wijaya dari kerajaan majapahit, Harga Dumiling diyakini sebagai tempat pamoksan Ki Sabdopalon,dan ki noyo genggong, punokawan prabu brawijaya pamungkas, dan Harga Dumilah merupakan tempat pertapaan sang ratu adil.
Konon ceritanya, dan disitu juga pernah ada seorang pertapa muda yg kondang kesaktianya, dia bernama JAKA PAMUNGKAS, beliau adalah raja kerajaan mandala yg menurut cerita rakyat posisinya ada didaerah gunung lawu itu, namun tepatnya hingga sekarang belum dapat terkuak, kerajaan misteri itu bernama kerajaan mandala surya wilwa tikta (majapahit 2) hargo dumilah juga penuh misteri yang sering dipergunakan sebagai ajang  olah batin kanuragan bertapa dan meditasi.
KISAH SANG LAWU
Konon kabar yang sering beredar kabar bahwa gunung Lawu merupakan pusat kegiatan spiritual di Tanah Jawa dan ada hubungan dekat Kisah Mistis Dari Gunung Lawudengan tradisi dan budaya keraton, semisal upacara labuhan setiap bulan Sura (muharam) yang dilakukan oleh Keraton mataram Surokarto dan Yogyakarta. Dari visi folklore, ada kisah mitologi setempat yang menarik dan menyakinkan sebenarnya penguasa gunung Lawu sekarang adalah sang ratu adil/imam mahdi/kalki avatar, sehingga memang tempat itu begitu berwibawa dan berkesan angker bagi penduduk setempat atau siapa saja yang bermaksud tetirah dan mesanggrah.
Siapapun yang hendak pergi ke puncaknya bekal pengetahuan utama adalah tabu-tabu atau weweler atau peraturan-peraturan yang tertulis yakni larangan-larangan untuk tidak melakukan sesuatu, baik bersifat perbuatan maupun perkataan, dan bila pantangan itu dilanggar si pelaku diyakini bakal bernasib naas.
Cerita dimulai dari masa akhir kerajaan Majapahit (1400 M). Alkisah, pada era pasang surut kerajaan Majapahit, bertahta sebagai raja adalah Sinuwun Bumi Nata Bhrawijaya Ingkang Jumeneng kaping 9 (Pamungkas). Dua istrinya yang terkenal ialah ratu suhita ibunda pangeran bondan kejawen/lembu peteng, nenek moyang keraton mataram. Dan putri campa (dewi dwara wati) ibunda Raden fatah (pangeran hasan jimbun). Hasan / fatah / jinbun, setelah dewasa menghayati keyakinan yang berbeda dengan ayahandanya yang beragama Budha. Jinbun Fatah seorang muslim. Dan bersamaan dengan pudarnya Majapahit, Jinbun Fatah nekat mendirikan Kerajaan di Glagah Wangi (Demak Bintoro) yang awalnya kadi paten.
Melihat situasi dan kondisi yang demikian itu , masygullah hati Sang Prabu. Akankah jaman Kerta Majapahit dapat dipertahankan,kerana biar bagaimanapun pemegang syah putra mahkota adalah pangeran bondan kejawen/lembu peteng, yg saat itu berguru di desa tarub kec. tawang harjo kab. grobogan porwodadi, namun jiwa dan hati sang pangeran sangatlah lembut, beliau mengihlaskan tanah demak menjadi milik adiknya.
Namun kerana pangeran bondan kejawen mengalah, menimbulkan emosi bagi iparnya yaitu Girindriya wardhana keturunan kediri, sehingga terjadilah konflik di dalam istana majapahit, dan membuat prabu brawijaya merasa tidak tahan dengan perselisihan antara putra putranya itu. sehingga sang prabu brawijaya mendatangi raden fatah di demak, untuk meminta kepada sang sultan demak itu agar bersedia kembali menjadi negara bagian dari majapahit, di bawah pemerintahanya.
Namun usaha sang prabu gagal, karena para wali tidak menyetujui kewibawaan islam di bawah non islam, juga sang prabu brawijaya telah menjelaskan bukankah setelah sang prabu raja raja majapahit juga memeluk agama islam sebagaimana demak bintoro, karena putra mahkota majapahit yaitu pangeran bondan kejawen adalah muslim. namun benar benar usaha yg sia sia, para wali dan sentono demak bintoro tetap menolok untuk menjadi bawahan majapahit setelah menjadi negeri yang merdeka.
Sebagai raja yang bijak, pada suatu malam, dia pun akhirnya bermeditasi memohon petunjuk Sang Maha Kuasa. Dan wisik pun datang, pesannya : sudah saatnya cahaya Majapahit memudar dan wahyu kedaton akan berpindah ke kerajaan yang baru tumbuh serta masuknya agama baru (Islam) memang sudah takdir dan tak bisa terelakkan lagi.
Pada malam itu pulalah Sang Prabu dengan hanya disertai pemomongnya yang setia Sabdopalon diam-diam meninggalkan keraton dan melanglang praja dan pada akhirnya naik ke Puncak Lawu. Sebelum sampai di puncak, dia bertemu dengan dua orang umbul (bayan/ kepala dusun) yakni Dipa Menggala dan Wangsa Menggala. Sebagai abdi dalem yang setia dua orang umbul itu pun tak tega membiarkan tuannya begitu saja. Niat di hati mereka adalah mukti mati bersama Sang Prabu . Syahdan, Sang Prabu bersama tiga orang abdi itupun sampailah di puncak Harga Dalem.
Saat itu Sang Prabu bertitah : Wahai para abdiku yang setia sudah saatnya aku harus surut, aku harus pergi meninggalkan dunia ramai ini. Kepada kamu Dipa Menggala, karena kesetiaanmu kuangkat kau menjadi penguasa gunung Lawu dan membawahi semua mahluk gaib (peri, jin dan sebangsanya) dengan wilayah ke barat hingga wilayah Merapi/Merbabu, ke Timur hingga gunung Wilis, ke selatan hingga Pantai selatan , dan ke utara sampai dengan pantai utara dengan gelar Sunan Gunung Lawu.
Dan kepada Wangsa Menggala, kau kuangkat sebagai patihnya, dengan gelar Kyai Jalak. Sampai pada suatu hari anak cucuku akan bertapa didalam gua hargo dumilah, dia adalah keturunan lembu putih (arab) dan lembu peteng (jawa). Sehingga kenapa pangeran bondan kejawen di gelari pangeran lembu peteng karena anak turunannyalah yang selalu bertapa di gunung lawu, termasuk jaka pamungkas yg sekarang menjadi raja keraton lawu (mandala).
Suasana pun hening dan melihat drama semacam itu, tak kuasa menahan gejolak di hatinya, Sabdopalon dan noyo genggong pun memberanikan diri berkata kepada Sang Prabu: Bagaimana mungkin ini terjadi Sang Prabu? Bila demikian adanya hamba pun juga akan turut serta dengan Sang Prabu, hamba akan naik ke Harga Dumiling dan meninggalkan dua orang tuan dan abdi itupun berpisah dalam suasana yang mengharukan.
Singkat cerita Sang Prabu Barawijaya pun muksa di Harga Dalem, dan Sabdopalon beserta noyogenggong moksa di Harga Dumiling. Tinggallah Sunan Lawu Sang Penguasa gunung dan Kyai Jalak yang karena kesaktian dan kesempurnaan ilmunya kemudian menjadi mahluk gaib yang hingga kini masih setia melaksanakan tugas sesuai amanat Sang Prabu Brawijaya.
Tempat-tempat lain yang diyakini misterius oleh penduduk setempat selain tiga puncak tersebut yakni:  Sendang Inten, Sendang Drajat, Sendang Panguripan, Sumur Jalatunda, Kawah Candradimuka,pat Kepanasan/Cakrasurya, dan Pringgodani. Bagaimana situasi Majapahit sepeninggal Sang Prabu? Konon sebagai yang menjalankan tugas kerajan adalah prabu girindriya wardhana setelah pangeran bondan kejawen tidak bersedia meneruskan pemerintahan di keraja`an majapahit itu, beliau lebih memilih menetap didesa tarub dengan istrinya Dewi nawangsih puti dari kiageng tarub dengan Dewi nawang wulan (legenda rakyat Dewi nawang wulan  adalah Bidadari).
Makam Lembu peteng ( Raden Bondan Kejawan ) Terletak ± 10 KM sebelah timur kota Purwodadi tepatnya di Dusun Barahan, Desa Tarub, Kec. Tawangharjo, Kab. Grobogan. Yang merupakan salah satu obyek wisata ziarah yang di miliki Kec. Tawangharjo. Raden Bondan Kejawan merupakan anak menantu dari KA Joko Tarub, yakni suami dari Nawangsih  (putri KA Joko Tarub + Dewi Nawang wulan).
Sedangkan tentang prabu mandala sri rajasa jaka pamungkas sekarang masih misteri seperti apakah gerangan beliau, cuman legendanya dia pernah atau memang masih mengembara di belahan bumi nusantara majapahit yg sampai kenegeri campa (rusia) diantara para musyafir yg pernah bertemu dan mengenal beliau berkata bahwa sekarang beliau telah lama tidak terlihat lagi, hanya diantara mereka menjelaskan dia sering di panggil jaka poleng. dengan ciri ciri fisik berambut gondrong senang memakai pakaian adat jawa, dan memiliki dua tanda di kedua lengannya diantaranya Rajah kala cakra. Juga beliau memiliki luka bakar, itu sedikit ciri ciri fisik sang raja yg dituturkan oleh beberapa orang yg pernah mengenalnya.
Juga masih banyak tempat tempat bekas beliau bertapa diantaranya di puncak merapi (garuda) di hargo jembangan gunung muria, gunung sumbing, gunung selamet, gunung kelir muria, gunung kelud, gunung semeru dan masih banyak mungkin daerah daerah yg lainnya, yg mencolok yaitu di desa gentan surojoyo, pencongan dan ngadirogo, kec. sapuran wonosobo, ketiga desa itu berjejer dan waktu beliau disana beliau bersama dengan permaisurinya yaitu Ratu satu Ratna galih candra wiyana ayu ning tiyas, Beliau memiliki dua orang ratu tetapi yg termashur adalah sang Ratu  1 (ratna galih candra wiyana ayu ning tiyas).
PENGUASA GUNUNG LAWU
Gunung Lawu memiliki beberapa tingkatan penguasa, yaitu :
Penguasa tertinggi di gunung Lawu adalah keluarga bangsa jin yang berwujud kuda sembrani, yaitu kuda berbulu putih kebiruan, bersayap, dan bertanduk lurus lancip di kepalanya, dan keluarga bangsa jin berwujud burung sebesar rumah (tinggi badan + 6 meter). Mereka tinggal di bagian puncak gunung Lawu. Masing-masing mereka berkekuatan sampai 1000 kali lipat kesaktiannya Ibu Ratu Kidul. Masing-masing berkomunitas dengan sejenisnya / keluarganya saja. Mereka tidak bersikap sebagai penguasa wilayah. Selama keberadaan mereka tidak diusik maka mereka juga tidak akan bereaksi negatif.

Penguasa lapis kedua gunung Lawu adalah sesosok bangsa jin bertubuh besar dan gempal, bertelanjang dada dan berkepala botak, yang hidup sendiri dengan tingkat kesaktian sekitar 300 kali kesaktian Ibu Ratu Kidul. Sosok jin inilah yang menunjukkan sikap sebagai penguasa gunung Lawu dan berkuasa atas semua mahluk halus di bawah kekuasaannya. Semua mahluk halus di sekitar gunung Lawu menghormati keberadaannya, karena dia juga menjadi pengayom mereka dan manusia yang tinggal di sekitar gunung Lawu. Tetapi selama ini dia tidak menonjolkan kekuasaannya (tidak meminta penghormatan secara khusus), dan tidak dikenal oleh masyarakat setempat, karena dimensinya yang tinggi yang menyebabkannya tidak terlihat oleh manusia walaupun mampu melihat gaib. Selama suasana di gunung Lawu aman damai itu sudah cukup baginya. Dia juga menghormati mahluk halus lain di gunung Lawu yang lebih sakti darinya, karena juga menjadi tempatnya meminta bantuan jika suatu saat ada gangguan.

Penguasa lapis ketiga gunung Lawu adalah beberapa komunitas mahluk halus di bagian lereng gunung Lawu. Salah satunya adalah komunitas yang dipimpin oleh bangsa jin bersosok seperti manusia laki-laki tinggi besar yang bergelar Kyai Jalak. Keberadaan semua komunitas mahluk halus itu bersifat menjaga kesakralan dan ketentraman kehidupan di gunung Lawu. Mereka juga menghormati mahluk halus lain di gunung Lawu yang lebih sakti dari mereka, karena juga menjadi tempat mereka meminta bantuan jika suatu saat ada gangguan.

Kisah Mistis Dari Gunung Lawu

6 Hal Penting Yang Harus Kamu Tahu Sebelum Mendaki Gunung Lawu via Cemoro Sewu


20160403_110202

Menurut beberapa pendaki, pendakian Gunung Lawu via Cemoro Sewu adalah yang paling mudah jika dibandingkan beberapa jalur lain seperti Cemoro Kandang dan Candi Cetho. Tapi, semudah-mudahnya pendakian Gunung Lawu via Cemoro Sewu, tetap saja melelahkan

Hampir semua bagian track pendakian di Cemoro Sewu berupa jalan berbatu. Inilah yang menjadi tantangan paling berat karna kita mau tak mau harus berjalan selangkah demi selangkah. Bahkan saat turun. Mau sedikit berlari juga cukup beresiko karna kalau terpeleset, susah untuk dibayangkan bagimana jadinya.

Jalur Cemoro Sewu sendiri bisa dikatakan sebagai jalur pendakian favorite di Gunung Lawu. Base camp Cemoro Sewu merupakan kawasan wisata yang mana setiap sore biasanya akan banyak orang yang nongkrong di pinggir jalan untuk ngadem sambil menikmati berbagai jananan seperti pentol bakso atau jagung bakar. Kios-kios yang menjual berbagai souvenir juga banyak terdapat di kawasan ini.

Jika kamu ingin mendaki Gunung Lawu via Cemoro Sewu untuk pertama kali, berikut ini adalah beberapa hal yang sebaiknya kamu tahu

1. KTP mu akan ditahan

Sejak peristiwa kebakaran yang terjadi pada musim kemarau panjang tahun 2015 lalu, aturan pendakian di Gunung Lawu semakin diperketat. Pasca kebakaran tersebut jalur Cemoro Sewu sempat beberapa kali ditutup untuk memulihkan ekosistem yang ada. Setelah dibuka, beberapa aturan baru mulai diterapkan. Salah satunya adalah dengan menahan KTP para pendaki. Entah apakah penahanan KTP ini ada hubungannya dengan kebakaran atau tidak, yang jelas tujuannya pasti baik.

Jika kamu mendaki bersama beberapa teman, kamu cukup mengumpulkan satu KTP saja. Dalam satu kelompok, kita diperbolehkan hanya mengumpulkan satu KTP.

2. Persiapan fisik hukumnya wajib

Gunung Lawu via Cemoro Sewu
Walau beberapa pendaki mengatakan bahwa jalur Cemoro Sewu relatif mudah dibandingkan beberapa jalur lain, tapi mudahnya jalur pendakian Gunung Lawu tetaplah susah. Ada 5 buah pos yang akan kita lewati sebelum sampai ke puncak dengan waktu tempuh masing-masing pos sekitar 1,5 jam. Di awal-awal kita akan dihadapkan pada track berbatu yang tertata rapi. Kelihatannya pendakian akan berjalan mudah saat kita melewati track awal ini. Namun, setelah kita melewati pos 1, track batu yang tadinya tertata rapi berubah menjadi bongkahan batu-batu besar. Track seperti inilah yang akan kita lewati sepanjang perjalanan dari pos 1 sampai pos 5

Perjalanan sepanjang pos 1 sampai 5 akan semakin berat karna kemiringan medan pendakian yang lebih dari 50 derajat dan konstan. Kita tidak akan menemui track datar sama sekali. Disinilah kekuatan fisik dan mental kita akan diuji. Melihat medan yang demikian, maka mempersiapkan fisik adalah hal yang wajib sebelum kamu memutuskan untuk melakukan pendakian Gunung Lawu via Cemoro Sewu

3. Bawa logistik secukupnya

Warung Sederhana di Gunung Lawu
Salah satu hal yang paling disukai para pendaki jika melakukan pendakian Gunung Lawu via Cemoro Sewu mungkin adalah banyaknya warung di beberapa pos pendakian. Bahkan, ada penjual makanan yang rela capek-capek mendaki sambil menggendong bakul berisi nasi dan gorengan, demi mengais rejeki. Kecuali di pos 3 dan 4, semua pos pendakian di Gunung Lawu via Cemoro Sewu ada bangunan permanen untuk warung, namun tidak semua warung tersebut buka setiap saat. Warung-warung tersebut biasanya akan buka pada hari Jum’at, Sabtu dan Minggu karna pada hari-hari tersebut jumlah pendaki biasanya akan lebih banyak

Nah, dengan banyaknya warung yang ada di sepanjang jalur pendakian, kita tak perlu membawa logisik yang terlalu banyak saat mendaki Gunung Lawu via Cemoro Sewu. Cukup membawa logisik seperlunya saja. Kalau lapar kamu bisa mampir ke warung-warung yang ada di setiap pos. Hitung-hitung turut mendukung perputaran ekonomi penduduk lokal.
 ðŸ™‚

4. Perihal mendirikan tenda

Kecuali di pos 4, semua pos di jalur Cemoro Sewu terdapat bangunan semacam pendopo yang bisa digunakan para pendaki untuk beristirahat. Banyak pendaki yang pada akhirnya menjadikan pendopo-pendopo tersebut sebagai tempat bermalam, beberapa dari mereka bahkan mendirikan tendan di pendopo tersebut. Kegiatan mendirikan tenda di pendopo ini sebenarnya kurang etis karna bisa mengurangi space dan kesannya pendopo tersebut hanya milik kelompok tertentu.

Ada aturan baru tidak tertulis yang diterapkan pada masing-masing pendopo di tiap-tiap pos. Para pendaki kini dilarang untuk mendirikan tenda di pendopo.

5. Sumber air

Salah satu hal menyenangkan lain dari jalur Cemoro Sewu adalah adanya dua sumber yang bisa kita manfaatkan untuk berbagai keperluan. Warung-warung yang ada di pos pendakian juga memanfaatkan kedua sumber air ini. Dua sumber air tersebut adalah sebuah sendang di pos banyangan 3 (sebelum pos 1) serta di atas pos 5 (sebelum puncak)

6. Keindahan Gunung Lawu baru akan kita dapatkan setelah sampai pos 4

Padang sabana Gunung Lawu
Perjalanan paling berat dalam pendakian Gunung Lawu via Cemoro Sewu adalah dari pos 1 sampai pos 4. Medan yang kita lewati hanyalah berupa bebatuan yang terus menanjak dan menanjak. Pemandangan yang akan kita dapatkan juga biasa-biasa saja. Alih-alih padang rumput, kita hanya akan disuguhi pemandangan batu-batu cadas

Pemandangan indah baru akan kita dapatkan setelah sampai di pos 4. Rangkainan bukit yang berada di sebelah selatan Gunung Lawu tampak begitu cantik dari pos 4. Sementara di sebalah timur, beberapa gunung yang berada di propinsi Jawa Timur mulai menunjukkan “batang hidung” nya. Setelah sampai pos 5, pemandangan akan terlihat lebih indah lagi. Padang rumput hijau nan cantik akan mulai menyambut perjalanan. Juga pohon-pohon bunga edelweis. Setelah melewati pos 5, Gunung Lawu baru mau menunjukkan keindahannya. Perjalananpun akan menjadi lebih ringan. Untuk mencapai puncak Hargo Dumilah, kita harus melewati sebuah bukit yang cukup tinggi.

Dari Hargo Dumilah, kita bisa menyaksikan keindahan yang belum pernah kita lihat sebelumnya. Indescribable

BONUS

sumber : http://www.yukpiknik.com

Mendaki Gunung Lawu via Cemoro Sewu

Pendakian Gunung Lawu via Candi Cetho

Gunung Lawu (ketinggian 3.265 mdpl) terletak di perbatasan antara Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur, Kabupaten Karanganyar (Jateng) di sisi barat dan Kabupaten Magetan (Jatim) di sisi timur. Gunung dengan banyak cerita mistis dan legenda ini memiliki 3 puncak yaitu Hargo Dalem, Hargo Dumiling, dan Hargo Dumilah.

Legenda

Menurut cerita, Gunung Lawu adalah tempat Raja Majapahit Prabu Brawijaya V mengasingkan diri dan menghabiskan sisa hidupnya. Menghindari kejaran dari penguasa kerajaan Demak yang tidak lain adalah anaknya sendiri yaitu Raden Fatah. Hargo Dalem dipercaya sebagai tempat moksa (meninggal dan menyatu dengan alam) Prabu Brawijaya V. Sebelum moksa, beliau mengangkat orang kepercayaan yaitu Sunan Gunung Lawu atau juga dikenal sebagai Kyai Jalak. Konon jika kita menemui burung jalak di Gunung Lawu, itu adalah jelmaan dari Sunan Gunung Lawu.
Menurut masyarakat sekitar, Gunung Lawu memiliki 3 pintu masuk. Ibarat sebuah rumah, jalur melaui Candi Cetho adalah pintu utama, Cemoro Kandang merupakan pintu samping, dan Cemoro Sewu pintu belakang.

Lokasi

Candi Cetho terletak di Dusun Ceto, Desa Gumeng, Kecamatan Jenawi, Kabupaten Karanganyar. Berjarak kurang lebih 40 km dari kota Solo dan menempuh perjalanan sekitar 1,5 jam.
Gerbang masuk Candi Cetho
Lokasi
Jalur Candi Cetho masih sepi dibanding 2 jalur lainnya yaitu Cemoro Kandang dan Cemoro Sewu, mungkin karena berat dan jauhnya trek menuju puncak. Perjalanan normal dari basecamp menuju puncak Hargo Dumilah bisa memakan waktu 12-15 jam, wow!

Pendakian

Basecamp terletak di sebelah kanan candi dari arah kita masuk, fasilitas yang tersedia cukup lengkap di sini, Anda bisa istirahat dan packing.
Posko pendakian terletak tidak jauh dari basecamp, sekitar 15 menit Anda akan sampai di pos masuk. Setelah membayar dan mengisi data para pendaki, Anda akan memulai perjalanan panjang dari sini.
Basecamp

Posko Pendakian
Peta Jalur
Posko - Pos 1 (1 Jam)

Awal pendakian akan dimulai dari posko pendakian, jalan masih berupa cor yang keras karena ini masih masuk dalam kawasan candi. Kurang lebih 15 menit perjalanan sampailah di jalur tanah dan berbatu, setelah 15 menit menyusuri jalur yang didominasi ladang, Anda akan sampai di Candi Kethek, dinamakan Candi Kethek karena dulu di tempat ini banyak sekali kera (kethek).
Candi Kethek
Sekitar 30 menit selepas Candi Kethek akhirnya sampai di Pos 1, ada shelter dengan ukuran tidak terlalu besar tapi cukup untuk beristirahat sejenak.
Pos 1 (Mbah Branti)
Pos 1 - Pos 2 (1,5 jam)

Dari Pos 1 jalan mulai menanjak, hanya butuh waktu kurang lebih 1,5 jam untuk mencapai Pos 2. Pos 2 ditandai dengan sebuah shelter kecil di bawah pohon besar. Mohon maaf tidak ada foto di Pos 2, karena hujan mulai turun, kebetulan saya tidak membawa kamera waterproof.

Pos 2 - Pos 3 (3 jam)

Perjalanan Pos 2 menuju Pos 3 menurut saya adalah yang paling berat, saya menyebutnya sebagai "jalur neraka". Menyusuri hutan, hujan mulai turun dengan deras, trek basah dan licin, udara yang dingin, dan alas kaki yang tidak mau diajak kompromi, membuat saya hampir menyerah sampai di sini. Namun tiba-tiba saya teringat kata-kata mantan, sebut saja Bunga, 28 tahun (bukan nama sebenarnya) "putus asa itu dosa, Mas" akhirnya saya memutuskan untuk tetap melanjutkan perjalanan.
Setelah menempuh perjalan selama 3 jam, akhirnya kami sampai di Pos 3, kami memutuskan istirahat dan memasak di tempat ini. Pos 3 terdapat shelter berukuran cukup besar dan bisa memuat sekitar 10 orang. Di sini Anda juga bisa mendirikan tenda, tapi hanya cukup 2-3 tenda saja, karena tempat yang tidak terlalu luas.
Pos 3 (Cemoro Dowo)
Pos 3 - Pos 4 (2 Jam)

Di trek ini jalan masih menanjak, tetapi tidak se-ekstrim sebelumnya. Kurang lebih 2 jam Anda akan sampai di Pos 4. Di tempat ini bisa mendirikan tenda, karena tempatnya cukup datar, seperti halnya di Pos 3, hanya muat 2-3 tenda saja.
Pos 4 (Penggik)
Pos 4 - Pos 5 (2 Jam)

Trek mulai sedikit slow di sini, landai dan banyak bonus. Di jalur ini Anda kalau sedang beruntung bisa menjumpai beberapa burung Jalak, menurut kepercayaan masyarakat setempat adalah jelmaan dari Kyai Jalak (Sunan Gunung Lawu).
Di sini Anda bisa menjumpai beberapa burung Jalak
Melewati Sabana menuju Pos 5
Entah kenapa kamera saya tidak bisa menangkap 1 ekor burung pun, mungkin karena masih terlalu pagi dan cahaya belum terlalu banyak masuk.
Kurang lebih 2 jam rombongan kami akhirnya sampai di Sabana atau biasa disebut sebagai Bulak Peperangan. Konon katanya tempat ini menjadi ajang pertempuran antara Prabu Brawijaya melawan pasukan kerajaan Demak yang dipimpin Raden Fatah.
Di Bulak Peperangan ini kami memutuskan untuk mendirikan tenda, tidak lupa foto-foto buat kenang-kenangan.
Tempat camp
View Bulak Peperangan
Pemanasan dulu sebelum summit attack
Dari kiri ke kanan: Entoet, Kiki, NAZRIL IRHAM, Furqon, Daisy Eis, Wiwit, M Top, Faizal
Pos 5 (Bulak Peperangan)

Pos 5 - Hargo Dalem (2 Jam)

Setelah meninggalkan sepasang sejoli di tenda, akhirnya kami memutuskan untuk summit attack jam 9 pagi. Jalur ini lebih banyak landai dan pemandangan yang menakjubkan, selepas Sabana Anda akan menjumpai sebuah tanjakan yang mirip Tanjakan Cinta di Gunung Semeru.
"Tanjakan Cinta" milik Gunung Lawu
Melintasi Sabana
Terdapat juga mata air di sini yaitu di Gupakan Menjangan, biasa digunakan menjangan untuk mencari air minum.
Papan Petunjuk menuju Gupakan Menjangan
Gupakan Menjangan
Setelah Gupakan Manjangan, masih melewati alam terbuka dengan pemandangan indah.
Indah bukan?
Kurang lebih 1,5 jam setelah melewati alam terbuka, Anda akan sampai di Pasar Dieng atau dikenal juga di kalangan pendaki sebagai Pasar Setan. Konon katanya banyak suara-suara misterius di tempat ini (dalam hal ini posisi penulis adalah skeptis, no offense). Saat melintasi tempat ini, saya hanya mendengar suara angin, yang memang terdengar agak aneh.
Papan Pasar Dieng
Batu-batu yang berserakan
Sekitar 30 menit dari Pasar Dieng, Anda akan sampai di puncak kedua Gunung Lawu yaitu Hargo Dalem. Tempat ini dipercaya sebagai tempat moksa (meninggal dan menyatu dengan alam) Prabu Brawijaya V, terdapat petilasan dan cungkup (rumah kecil yang di tengah-tengahnya terdapat makam).

Berjalan ke arah kiri dari Hargo Dalem, ada sebuah warung tertinggi di Pulau Jawa yaitu Warung Mbok Yem. Anda bisa makan dan istirahat di sini jika tidak membawa tenda, dengan harga yang cukup terjangkau, untuk 1 porsi nasi pecel dan telor dibanderol Rp10.000 dan segelas teh manis Rp4.000, murah bukan? Untuk ukuran sebuah warung yang berada di atas ketinggian 3000 mdpl saya kira harga yang sangat murah.
Nazril Irham? Bukan, ini penulis blog lagi pose di depan warung Mbok Yem

Hargo Dalem - Hargo Dumilah (30 Menit)

Untuk menuju puncak tertinggi hanya memerlukan waktu sekitar 30 menit dengan medan yang cukup terjal.
Tugu di Hargo Dumilah

Finally 3.265 mdpl DONE!

Rincian Waktu Pendakian

Jalur
Waktu Tempuh
Basecamp - Pos 1
1 jam
Pos 1 – Pos 2
1,5 jam
Pos 2 – Pos 3
3 jam
Pos 3 – Pos 4
2 jam
Pos 4 – Pos 5
2 jam
Pos 5 – Hargo Dalem
2 jam
Hargo Dalem – Hargo Dumilah
30 menit
Total
12 jam

Estimasi waktu di atas di luar bermalam, bongkar pasang tenda, masak, makan, selfie dll.
Waktu turun kurang lebih 4-5 jam.

Tiket Masuk dan Fasilitas

  • Parkir sepeda motor Rp10.000
  • Biaya masuk dan pendaftaran Rp15.000 (Juli 2016)
Fasilitas di basecamp cukup lengkap:
  • Tempat istirahat
  • Makanan dan minuman
  • Merchandise
  • Tempat parkir
  • Toilet
  • Mushola
  • Wi-fi

Ucapan Terima Kasih

Hendro Yuliartono selaku pemimpin rombongan, Wiwit, Faizal, Daisy Eis, Entoet (Solo), Furqon (Bekasi), Kiki (Semarang), juga Mas Pi'i dan Mas Hari atas tumpangannya. KALIAN LUAR BIASA!
Special thanks to: Faizal untuk foto-fotonya.
Salam lestari dan salam rimba!

Pendakian Gunung Lawu via Candi Cetho

TikTok Mistisnya Pendakian Lawu via Candi Cetho

saya dengan background gunung lawu 
dekat wisata kebun teh kemuning
karanganyar.
 
Gunung Lawu (3265 mdpl) terletak dipulau Jawa, tepatnya di perbatasan provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur. Gunung Lawu terletak dikabupaten Karanganyar dan Magetan. Gunung Lawu sendiri terhitung melakukan aktivitas vulkanik terakhir pada tanggal 28 November 1885 silam.
 
Gunung Lawu merupakan gunung tertinggi ke 76 dari semua gunung didunia.
 
Adapun untuk mencapai puncaknya terdapat 3 jalur pendakian yang cukup populer yaitu lewat Cemoro Kandang, cemoro Sewu dan candi Cetho. Gunung Lawu memiliki 3 puncak yaitu Hargo Dalem, Hargo Dumiling dan Hargo Dumilah sebagai puncak tertinggi.
 
Di Gunung Lawuterdapat beberapa candi peninggalan Kerajaan Majapahit, diantaranya ada Candi Sukuh, Candi Cetho dan Candi Ketek. Ketiga candi tersebut masih kental, oriental belum rusak dan masih terjaga keberadaannya.. Dan yang lebih hot lagi adalah terkenal dengan keangkerannya, beralih ke mitos lain mengatakan bahwa diantara 3 Puncak Gunung Lawu diantaranya adalah salah satu tempat menghilangnya raja terakhir Kerajaan Majapahit, Raja Brawijaya. Bukan tidak mungkin dengan latar belakang sejarah yang begitu menakjubkan ini suatu saat nanti semoga anak cucu kita nanti masih bisa mendengar cerita sejarah budaya, merawat, mencintai indonesia yang juga saya sangat cintai.

singkat cerita....
Tanggal 10 Juli 2016 jam 05.00 kami berangkat dari Klaten menuju Gunung Lawu, oo iya kami berangkat dari Klaten berdua, kenapa berdua? singkat cerita begini, kami menghindari resiko pantangan dan hal2 yang konon katanya menjadi mitos di Gunung Lawu, apabila mendaki dengan rombongan ganjil maka salah satu dari rombongan / grup akan terkena kesialan / musibah.
 
Pagi itu tepat jam 07.30 kami tiba dibasecamp Gunung Lawu via Candi Cetho, setelah melakukan pendaftaran kami berdoa terlebih dulu memohon keselamatan kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. 
 
setelah itu kami naik setengah jam lebih akhirnya kami sampai dipos 1, disini mistis kental sangat terasa, ada satu pohon yang dikeramatkan oleh penduduk sekitar dan pohon tsb dibalut kain kafan putih serta bau dupa yang menyengat yang membuat aroma mistis sangat terasa disana. setelah melewati pos satu kami pun terus berjalan, 70 menitan berlalu akhirnya kami sampai dipos 2, pos 2 merupakan selter/ brak seng yang bisa digunakan apabila terjadi badai atau semacamnya.untuk mencapai pos 2 kami banyak melewati tempat2 angker dengan pohon besar dan tinggi yang menjulang . oke waktu itu masih siang dan kami pun tak terlalu takut untuk memikirkan hal tersebut. 1 jam berjalan tak terasa sudah sampai dipos 3 , disini pepohonan sudah agak tidak begitu rapat dan pohon2 yang kesannya angker juga sudah jarang ditemui, lanjut berjalan akhirnya kami sampai dipos 4, kami melakukan perengangan otot agar tidak keram secara jalur via cetho ini merupakan jalur terpanjang dan terberat dengan waktu tempuh sekitar 9-10 jam (dari sumber google yang saya baca) untuk sampai dipuncak tanpa estiminasi waktu istirahat, mungkin bisa sampai 10-12 jam atau lebih.tepat pukul satu siang akhirnya kami sampai dipos 5. dipos 5 kami sempatkan beristirahat sambil menikmati indahnya sabana bulak peperangan gunung lawu yang tanjakannya mirip sekali dengan tanjakan cinta gunung semeru..hehe
 
setelah beberapa menit beristirahat, kami lanjutkan naik keatas, setelah naik lagi kami menemui pemandangan yang sungguh luar biasa indahnya, namanya tempat itu adalah gupakan menjangan, konon kita bisa menjumpai menjangan asli disini, waktu itu kami disini sempat menjumpai 2 anjing hitam dan putih berlarian, jaraknya pun terlalu jauh dan kami yakin yang kami lihat waktu itu adalah anjing.entah siapa yang punya anjing itu kamipun juga kurang tau. setelah menikmati panorama yang ada kamipun jalan lagi dan jam 2 an lebih kami sampai dipasar dieng/pasar setan. disini ada 2 pohon dengan dua batu yang tersusun rapi menyerupai sebuah candi dan banyak sekali dupa yang membuat saya tidak betah dengan aromanya. jalan lagi akhirnya kami sampai dihargo dalem, disana terdapat beberapa selter serta sebuah tempat keramat yang digunakan orang2 utuk bersemedi dan kegiatan rohani bagi orang kejawen. tepat jam 3 kami samapai dipuncak hargo dumilah, kami sangat menikamati moment saat itu, tanpa disadari sunset telah turun dan tenggelam bersama harapan kami saat itu, akhirnya kami turun untuk ngecamp dipos 5 tanpa kami sadari bahwa ternyata persediaan air kami tinggal 11/5 liter, akhirnya kami putuskan untuk turun kebascamp saja, waktu itu malam minggu jadi suasana tidak terlalu sepi dan tidk terlalu ramai mengingat jalur cetho adalah jalur terberat, tidak terasa 15 menit sudah berlalu, kami turun dan sampai dipasar dieng, disini keanehan mulai terjadi badan kami melewati pasar dieng sangat merinding akhirnya kami mempercepat langkah kami 45 menit akhirnya sampai dipos 5, alhamdulillah. waktu itu sorepun tidak terlalu gelap karena sunset sore itu sangat cerah dan alhamdulilah kami terus percepat langkah kami tanpa istirahat sedikitpun, pos 5-4-3 telah kami turuni dan diatas pos 3 kami ssempat menggelar persediaan makanan dan memsak makanan disana.
ditempat ini keangkeran lawu mulai bermunculan, setelah kami beres mengisi persediaan perut kami, beres2 peralatan dan sebelum cabut teman saya melihat sesosok putih, tanpa menghiraukan teman saya langsung memalingkan muka dan bergegas mengikuti langka cepat saya dan perbincangan saya dengan teman saya itu seperti ini "bro, kowe neng mburi genti " cakapnya tanpa saya tau apa yang sudah terjadi "hemang koe wae dab, gek midun gek bablas mulih wae " begitu sahutku. "sambil gemeteran saya berkata " bro mbok musikmu kui disetel" mengalihkan pembicaraan waktu itu hehe
 
nah, disetellah dangdut kesukaannya, dan akhirnya iya tidak komplain lagi mueheheh aku yang ketakutan dan entah kenapa baru kali ini saya naik gunung merasa sangat merinding bahkan waktu turun kami tak merasa turun karena ketakutan kami waktu itu, mungkin bisa dibilang bukan jalan kaki bisa dibilang kami seperti melayang berlari, diturunnan waktu itu walaupun kami cepat kami juga harus memperhitungkan trek yang curam serta kanan kiri jurang. bukan itu saja tantangan yang ada ssat kami naik sempat menemukan beberaapa percabangan yang membingungkan dan bisa membuat tersesat,tak hilang akal kami menandai percabangan2 itu agar kami tidak tersesat. kembali ketopik angker "diperjalanan turun kami tetap melewati pohon pohon besar, bukan cuma itu saja kami menjumpai 2 pohon cemara besar kembar dan yang pernah saya baca merupakan gebang menuju kerajaan gaib, bau dupa dimana2.. baunya membius pemikiran kami menjadi negatif, pikirqan kami pun kemana-mana, sesekali kami menjumpai beberapa pendaki lokal yang sudah terbiasa dan saat kami menjumpai pendaki lain saat turun rasanya seperti kepala yang menemukan pundak untuk bersandar. tak terasa pelarian kami sangat cepat sampailah dipos 2, disini menjumpai beberapa rekan yang nge camp dipos 2. alhamdulillah batinku.. sempat berbincang2 bercanda dengan pendaki laen,dipos 2 dirasa sudah cukup, kami lanjut perjalanan kami, nah disinilah tempat paling angker menurut kami, banyak suara2 aneh hingap ditelinga kami" pikirku yang mendengar hal tsbt," ahh sudahlah mungkin cuman hewan "pikirku sambil berpikir positip, sebenarnya wajar saja bila banyak hal klenik yang banyak saya djumpai, secara rombongan saya cuma 2 orang, yaitu saya dan kawan saya.dan kami seperti disambut penghuni lawu, karena apa,karena saya yakin tak semua orang bisa menjumpai hal yang seperti yang kami rasa dan kami lihat, jalan cepat terus sampai beberapa kali jatuh dan tangan saya sempat sakit karena jatuh tidak siap dengan tangan menyangga tanah, lanjut sampai akhirnya dipos satu kami berada, dan disana sangat ramai beberapa pendaki wanita dan laki2, sekitar 20an oranglah.hmm asik juga ya camp rame2! setelah bertegur sapa, kami lanjutkan perjalanan kami! hehe semangat bro bc udah deket! dan setelah itu angkernya lawu pun muncul kembali, tapi kali ini suara monyet membuntuti kami, supri teman saya semakin ketakutan dan iameminta ganti posisi dengan saya "ogah bener yakk" wkwk.. suaranya pun semakn menjadi jadi, ketika menoleh suara itu hilang kami berjalan suara itu mengikuti lagi, karena saya merasa kasian akhirnya kami bertukar senter, dan aku mengalah menggunakan senter yang hampir habis baterainya. dan gak mauk untuk bertukar posisi, suara aneh itu tetap masih ada sampai suatu ketika dan kagetlah kami sudah berada didepan candi ketek, kami merasa seperti dituntun" lho disini lho rumah kami, kerajaan kami" dan tanpa pikir panjang kupalingkan mukaku berjalan menjauh dari tempat tsb.
 
sesampainya dibawah aku kembali mencium bau dupa, dan spontanlah aku berbicara " bajigur ambune dupa rabetah aku", kataku ," supri: huss lambemu mblah ngomong yongono" aku: la mambu gek! ,
 
jreng2 tibalah kami dibascamp, kami ambil id kami langsung gasspol pulang balek ke rumah.diperjalanan balek ke klaten supri menceritakan apa yang dia lihat dan dia rasa, saat dia bercerita kami cocokan apa yang ia rasa dan saya rasa, ternyata yang kami rasa kan sama dan karena itulah aku muat cerita dalam blog in! dan mistis itu memang benar adanya! 
 
dan  alhamdulillah jam 01.30 minggu pagi kami sampai dirumah.. dan sisupri menceritakan semua hal yang ia alami selama pendakian, sebenarnya masih banyak hal mistis yang kami alami dilawu, tapi saya berfikir biarlah hal tersebut tatap menjadi ke misteriusan lawu, dan kenangan malam itu akan tetap hangat dalam fikiran dan hati kecil ku.. sekiannn!!! :)
"great experience and the best"
"view from lawu mountain"
"dont take anything without pict"
"dont leave&burn anything excepted the past"
and take a step with the right ways"

-to be continued!
























tampang preman nyali tempe wakakaka #thanks

TikTok Mistisnya Pendakian Lawu via Candi Cetho