GUIDE NAIK GUNUNG # MERBABU # LAWU # PRAU # SEMERU # DST # 085.643.455.685 # 7A722B86

Kami adalah salah satu penyedia jasa layanan pemandu dan event organizer naik Gunung di Pulau Jawa. Kami juga menyediakan beberapa jadwal pendakian yang bisa diakses dan diakses dalam website ini. Gunung yang sering kami kunjungi diantaranya Gunung Merbabu, Gunung Prau, Gunung Lawu, dan lainnya.

GUA PINDUL # RAFTING OYA # OFFROAD # GUA INDAH # GUA SI OYOT # 085.643.455.685 # 7A722B86

Kami adalah salah satu agen resmi reservasi Gua Pindul, Rafting Oya dan Off Road. Keuntungan reservasi melalui kami ialah mendapatkan penawaran terbaik dari kami dan tanpa antri. #Pemandu Lokal #Transport Lokal 'PAJERO' #Ban #Pelampung #Asuransi #Wedang Pindul #Toilet Banyak #Parkiran Luas

TELAGA WARNA # KAWAH SIKIDANG # GUNUNG SIKUNIR # 085.643.455.685 # 7A722B86

Dieng Plateau mempunyai potensi alam yang luar biasa indahnya sehingga sangat kami sarankan untuk mengunjunginya. Selain Telaga Warna, Kawah Sikidang dan Candi Arjuna dalam beberapa bulan terakhir baru booming Gunung Sikunir dan Gunung Prau

RESTO INDRAYANTI # MALIOBORO # PRAMBANAN # BOROUBUDUR # 085.643.455.685 # 7A722B86

Resto Indrayanti merupakan obyek wisata baru yang sekarang menjadi tujuan wisata di Yogyakarta. Malioboro menjadi tujuan akhir wisata belanja. Mari yang berminat mengunjungi segera menghubungi admin.

AVANZA # INNOVA # ELF # ELF LONG # HIACE # BIG & MICRO BUS # 085.643.455.685 # 7A722B86

Kami mempunyai berbagai macam armada dengan harga bersahabat. Kami menyarankan bagi calon wisatawan apabila hendak mencari armada untuk liburan direncanakan jauh jauh hari guna mendapatkan pelayanan yang terbaik dari kami.

Tampilkan postingan dengan label Gunung Merbabu. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Gunung Merbabu. Tampilkan semua postingan

CATATAN PERJALANAN PENDAKIAN GUNUNG MERBABU via WEKAS 2016

gunung

Gunung Merbabu merupakan gunung api aktif yang memiliki ketinggian 3142 mdpl. Secara administratif gunung ini masuk kedalam wilayah Magelang,Boyolali,Salatiga dan Semarang. Trek yang tidak terlalu sulit dan pemandangan yang indah membuat Gunung Merbabu sangat terkenal oleh kalangan pendaki khususnya untuk para pemula yang mulai mencoba mendaki diatas 3000 mdpl. Ada berbagai jalur yang dapat dipilih untuk mencapai puncaknya diantaranya yaitu via : Selo, Suwanting, Thekelan, Cuntel dan Wekas.

Pada pendakian kali ini yang beranggotakan Budi, Yohan K, Mega, Asih, Dian, Gilbert, Anggi, Ridho dan Khanif (saya sendiri) mencoba untuk mendakinya lewat sisi utara Merbabu tepatnya via Wekas, Magelang dan turun via Selo, Boyolali. Jalur ini terkenal dengan treknya yang lebih pendek dari pada jalur lain, lebih menanjak, dan minim bonus. Setelah cari-cari info mengenai jalur ini akhirnya kami sepakat berangkat pada tanggal 5 Februari 2016 menggunakan transportasi umum.

Dimulai pada hari Jumat jalan kaki dari Sekretariat MEPA-UNS pukul 07.30 menuju gerbang depan UNS untuk menunggu bus tujuan terminal tirtonadi. Cukup lama menunggu akhirnya pukul 08.05 WIB kami berangkat ditambah mas Agus yang kebetulan juga mau ke terminal. Untuk tarif nya sendiri Rp25.000,- untuk sepuluh orang. Pukul 08.20 WIB kami tiba di terminal tirtonadi dan langsung oper bus jurusan Semarang. Di dalam bus kami sempat makan dan berfoto, kami pun tertidur pulas. Sampai Salatiga kami terbangun untuk bersiap turun di Pasar Sapi, tarifnya yaitu Rp126.000,- (9 orang). Pukul 10.20 WIB kami tiba di Pasar Sapi lalu oper angkutan umum arah Pasar Ngablak dengan tarif Rp63.000,- (9 0rang). Lalu setelah sampai Pasar Ngabalak pukul 11.15 WIB kami menunggu carteran mobil yang sudah kami pesan sebelumnya. Dengan tarif Rp125.000,- kami tiba di basecamp Wekas pukul 12.05 WIB dan langsung mengurus simaksi dengan harga Rp16.000,- per orang, agak mahal memang karena turun via Selo, lain halnya jika turun kembali via Wekas yg hanya dikenakan Rp5.000,- per orang.

 basecamp 

Beres mengurus simaksi kami segera bergegas menuju masjid untuk menunaikan sholat Jumat, sedangkan sisanya menunggu di basecamp. Usai solat Jumat kami memesan makan untuk mengisi perut yang sudah keroncongan sambil berbincang-bincang dengan pemilik basecamp.

Tidak lama setelah itu hujan pun turun, memaksa kami untuk di basecamp lebih lama lagi. Dikarenakan hujan tidak kunjung reda pukul 15.30 WIBkami memutuskan untuk mulai mendaki menerobos derasnya hujan yang turun dari langit. Sebelumnya tidak lupa kami memakai jas hujan dan berdoa agar diberi kelancaran nantinya. Dengan penuh semangat yang membara kami menelusuri jalan pemukiman dan ladang penduduk. Setelah trek jalan penduduk yang agak menanjak lalu jalan berubah menjadi tanah. Mulanya trek masih landai dan belum terlalu menanjak hingga akhirnya kembali menanjak hingga pos 1. Di Pos 1 tempat tidak terlalu luas,hanya bisa didirikan sekitar 3 tenda. Kami beristirahat sejenak dan meneguk air secukupnya. Kami melanjutkan kembali hingga pos 2. Trek dari pos 1-pos 2 masih sama berupa tanah padat yang menanjak dan sangat menguras tenaga. Sampai pos 2 pukul 19.00 WIB kami mencari tempat datar dan langsung mendirikan tenda. Pos 2 meupakan tanah datar luas dan terdapat sumber air yang berasal dari pipa-pipa,tapi sayang pada saat itu air tersebut sedang tidak ada. Selesai mendirikan tenda kami berganti pakaian dan mulai memasak. Setelah matang kami lahap hingga tetes terakhir menjadikan nampan bersih kembali tanpa noda.


Perut kenyang dan kami memutuskan untuk tidur menggingat esok hari masih ada perjalanan panjang. Sabtu pukul 05.30 WIB kami bangun dan langsung sarapan untuk mengisi tenaga. Setelah sarapan kami membongkar tenda dan packing kembali ke dalam tas carrier. Pukul 09.20 WIB kami berangkat dari pos 2 menuju pos watu kumpul dengan membawa carrier dan isinya. Trek yang dilalui mulai berupa batu,selain itu vegetasi juga semakin terbuka dengan pemandangan gunung Sumbing-Sindoro yang sangat memanjakan mata. Akhirnya kami tiba di pos watu kumpul pukul 10.15 WIB dan beristirahat sejenak.
5 menit istirahat kami melanjutkan kembali hingga pertigaan yang menjadi tempat bertemunya jalur thekelan,cuntel,wekas. Di pertigaan ini kami berhenti untuk menunggu rombongan yang sebelumnya terpisah. Usai kumpul kembali kami mengambil arah kanan untuk mencapai puncak. Setelah melewati kawah pukul 11.30 WIB kami tiba di tanah yang datar dan biasa disebut helipad. Trek disini sangat menanjak dan curam,selain itu jalan sudah berubah menjadi batu, vegetasi juga sudah terbuka. Sesekali terjadi hembusan angin yang cukup kencang. Cuaca mulai mendung, kami sadar harus lebih cepat melangkah untuk sampai puncak. Hingga akhirnya kami sampai dipertigaan Syarif-Kenteng Songo,sambil menunggu rombongan yang dibelakang saya, Gilbert, Ridho, Mega, Anggi berinisiatif belok kiri untuk mampir terlebih dahulu di Puncak Syarif . Pukul 12.45 WIB kami sampai di Puncak Syarif dengan ketinggian 3119 mdpl. Di sini kami mengambil beberapa foto dan langsung kembali ke pertigaan untuk bergabung bersama rombongan. Sampai dipertigaan kami istirahat dan makan biskuit Hatari rasa durian kesukaan kami semua

Kami melanjutkan kembali mengambil arah kanan untuk menuju Puncak Kenteng Songo. Tak lama kemudian hujan pun turun lagi tanpa diundang. Kami kembali berhenti untuk memakai jas hujan. Di sini trek dari pertigaan berupa tanah datar sampai akhirnya sangat curam saat akan mencapai puncak. Di sini juga terpasang tali webbing yg berguna untuk membantu pendaki mengingat curamnya trek sebelum puncak. Pukul 14.00 WIB akhirnya kami mencapai Puncak Kenteng Songo. Puncak ini merupakan puncak tertinggi di Gunung Merbabu dengan ketinggian 3142 mdpl. Beruntung karena saat di puncak hujan reda walaupun angin bertiup kencang. Setelah istirahat dan makan cemilan kami langsung mengambil beberapa gambar dengan memegang  bendera organisasi kami. Cuaca yang kami harapkan ternyata hanyalah sesaat dan pergi begitu saja, kabut dan awan mendung kembali turun. Kami pun memutuskan untuk segera turun karena khawatir terjebak hujan dan angin kencang (badai). Pukul 14.30 WIB
kami turun lewat jalur Selo sesuai dengan apa yang kami rencanakan. Tiba di Sabana 1 pukul 16.00 WIB dan lanjut hingga pos 3 sekitar 50 menit kemudian. Di pos 3 ini banyak sekali pendaki yang mendirikan tenda karena memang tempatnya yang datar dan luas. Kami lanjut hingga Pos 2 Pukul 17.20 WIB dan akhirnya sampai Basecamp Selo Pukul 19.30 WIB
Di Basecamp Selo kami menginap dan esok paginya kembali ke Solo. Minggu Pukul 08.30 WIB  kami carter mobil pikep menuju terminal Boyolali dengan tarif Rp250.000,- Setelah sampai  kami menaiki bus menuju terminal Tirtonadi. Sampai terminal Tirtonadi kami kembali naik bus jurusan Tawangmangu untuk kembali ke kampus UNS. Akhirnya Pukul 11.30 WIB kami tiba di kampus dan kembali ke Sekretariat MEPA-UNS.
estimasiestimasi2
Catatan khusus :
  • Jarak antara jalan raya – Basecamp Wekas sangat jauh lebih dari 3 km, jadi sebaiknya jika menggunakan transportasi umum lebih baik menaiki ojek atau carter mobil
  • Untuk estimasi air tanyakan ke pemilik Basecamp apakah di Pos 2 terdapat air atau tidak karena saat pendakian kami air di Pos 2 yang biasanya mengalir lewat pipa saat itu sedang mampat
  • Saat musim penghujan sebaiknya lebih berhati-hati saat turun ataupun naik via Selo, sebab sangat sering terjadi hujan disertai angin kencang (badai)
  • Mendakilah gunung dengan bijak,bawa turun sampah, hindari vandalisme, dan jangan membuat api unggun sekalipun saat musim penghujan. Salam lestari
Ditulis oleh          :
Khanif Zulkarnaen
MEPA 14.016


Dengan Berbagi Kita Akan Menjadi Kaya ^_^
Termasuk Ketika Kita Berbagi Pengalaman, Maka Akan Ada Pengalaman Baru Yang Akan Kita Dapatkan

Pendakian Merbabu Via Wekas

Sejarah Dan Asal Usul Gunung Lawu

Gunung Lawu
 
Sobat, pernah denger nama gunung Lawu kah? Atau pernah berkunjung kesana? Kalo udah pernah, yuk sekarang simak asal-usul kenapa dinamai gunung Lawu dan gimana sih sejarah dan asal usl dari gunung yang satu ini? Kita akan temukan jawabannya di ulasan kali ini soalnya ABe bakal kupas tuntas buat kalian semua, cekidot yaa..

Kalo ngomongin gunung Lawu, udah pasti kita gak bakal lepas dari ketiga puncak gunungnya. Adapun 3 puncak gunung itu bernama puncak Hargo Dumilah, Hargo Dalem, sama Hargo Dumling. Selama ini, di kalangan masyarakat Indonesia gunung Lawu disebut sebagai gunung angker, hal ini disebabkan sama misteri-misteri berbeda yang dimiliki ama masing-masing puncak tersebut. Tau kenapa gunung Lawu dianggap sebagai tempat mistis dan sering jadi tempat sentral untuk ngelakuin bermacam-macam kegiatan spiritual? Hal itu karena emang disana ada penjaga dalam tanda petik ya ada mahluk gaibnya.

Menurut sejarah nih ya, mahluk gaib penunggu gunung Lawu ada berawal ketika kerajaan Majapahit ada di bawah pemerintahan Sinuwun Bumi Nata Bhrawijaya Pamungkas. Tepatnya saat anaknya, Raden Fatah telah menginjak dewasa dan memutuskan untuk memeluk agama Islam, bukan agama Buddha seperti yang dianut oleh kedua orang tuanya. Terus, ketika udah ngerasa mantap memeluk agama Islam, Raden Fatah pun ngebangun kerajaan Demak, sang ayah jelas ngerasa khawatir dong sobat.

Untuk menghindari kekhawatirannya, sang Prabu bertapa untuk dapetin wangsit yang bisa ngasih pencerahan ke pikirannya, dan bukannya wangsit yang didapat, malah dia mimpi kalo kerajaan Majapahit yang diperintahnya bakal kehilangan cahaya, karena cahaya kemakmuran itu justru beralih ke kerajaan Demak yang diperintah oleh sang anak. Udah tau begitu, sang Prabu pergi dari istananya tanpa ada seorang rakyat pun yang tahu trus dia kabur ke gunung Lawu.

Nah, di tengah perjalanan menuju puncak gunung Lawu, sang Prabu ketemu sama 2 orang kepala dusun yang masing-masing bernama  Dipa Menggala sama Wangsa Menggala. Kedua kepala dusun itu kemudian nemenin si Prabu dengan setia sampe puncak Hargo Dalem. Dalam perjalanan itulah sobat, sang Prabu ternyata ngangkat (bahasa kerennya sih melantik) Dipa Menggala jadi penguasa abadi gunung Lawu dan jadi boss dari semua mahluk gaib yang ada di seantero gunung, ceileh,, keren amat jabatannya..

Kalo di Dipa Menggala udah jadi boss-nya hantu-hantu di seluruh gunung Lawu, trus gimana nih sama nasib si Wangsa Menggala? Ternyata sobat, Wangsa Menggala diangkat jadi patih dengan sebutan Kyai Jalak. Dan ternyata sampe akhir hayat si Prabu, kedua kepala dusun ini menjelma jadi mahluk gaib dan menjaga gunung Lawu sampe saat ini karena kesetiaannya dan karena tanggung jawab yang diberikan oleh si Prabu untuk ngejaga gunung, jadi, banyak orang yang sampe saat ini masih setia ngelakuin kegiatan sakral atau aktivitas spiritual di gunung ini karena ada dua boss gaib yang masih setia ngejaga gunung loh. Begitu ceritanya.

Sejarah Dan Asal Usul Gunung Lawu

 

 Dibalik Mistiknya Gunung Merbabu 3.142 mdpl

Gunung Merbabu terletak di Propinsi Jawa Tengah dengan ketinggian 3142M dpl pada puncak Kenteng Songo. Gunung Merbabu berasal dari kata "meru" yang berarti gunung dan "babu" yang berarti wanita. Gunung ini dikenal sebagai gunung tidur meskipun sebenarnya memiliki 5 buah kawah: kawah Condrodimuko, Kombang, Kendang, Rebab, dan Sambernyowo. Terdapat 2 buah puncak yakni puncak Syarif (3119m) dan puncak Kenteng Songo (3142m).
Gunung Merbabu
Puncak Gn.Merbabu Dapat ditempuh dari Kopeng (salatiga) atau dari selo (Boyolali). Perjalanan akan sangat menarik bila Anda berangkat dari kopeng kembali lewat jalur selo. Pemandangan yang sangat indah dapat disaksikan disepanjang perjalanan. Banyak terdapat gunung disekitar gunung Merbabu, diantaranya Gn. Merapi, Gn.Telomoyo, Gn.Ungaran.

Pos Thekelan
Dari Jakarta bisa naik kereta api atau bus ke Semarang, Yogya, atau Solo. Dilanjutkan dengan bus jurusan Solo-Semarang turun di kota Salatiga, dilanjutkan dengan bus kecil ke Kopeng. Dari Yogya naik bus ke Magelang, dilanjutkan dengan bus kecil ke Kopeng.

Dari kopeng terdapat banyak jalur menuju ke Puncak, namun lebih baik melewati desa tekelan karena terdapat Pos yang dapat memberikan informasi maupun berbagai bantuan yang diperlukan. Pos Tekelan dapat ditempuh melalui bumi perkemahan Umbul Songo.

Di bumi perkemahan Umbul Songo Anda dapat beristirahat menunggu malam tiba, karena pendakian akan lebih baik dilakukan malam hari tiba dipuncak menjelang matahari terbit. Andapun dapat beristirahat di Pos Thekelan yang menyediakan tempat untuk tidur, terutama bila tidak membawa tenda. Dapat juga berkemah di Pos Pending karena di tiga tempat ini kita bisa memperoleh air bersih.

Masyarakat disekitar Merbabu mayoritas beragama Budha sehingga akan kita temui beberapa Vihara disekitar Kopeng. Penduduk sering melakukan meditasi atau bertapa dan banyak tempat-tempat menuju puncak yang dikeramatkan. Pantangan bagi pendaki untuk tidak buang air di Watu Gubug dan sekitar Kawah. Juga pendaki tidak diperkenankan mengenakan pakaian warna merah dan hijau.
Pada tahun baru jawa 1 suro penduduk melakukan upacara tradisional di kawah Gn. Merbabu. Pada bulan Sapar penduduk Selo (lereng Selatan Merbabu) mengadakan upacara tradisional. Anak-anak wanita di desa tekelan dibiarkan berambut gimbal untuk melindungi diri dan agar memperoleh keselamatan.

Pos IV Gn. Watu Tulis, beberapa gunung disambung dng Jembatan Setan
Perjalanan dari Pos Tekelan yang berada ditengah perkampungan penduduk, dimulai dengan melewati kebun penduduk dan hutan pinus. Dari sini kita dapat menyaksikan pemandangan yang sangat indah ke arah gunung Telomoyo dan Rawa Pening.

Di Pos Pending kita dapat menemukan mata air, juga kita akan menemukan sungai kecil (Kali Sowo). Sebelum mencapai Pos I kita akan melewati Pereng Putih kita harus berhati-hati karena sangat terjal. Kemudian kita melewati sungai kering, dari sini pemandangan sangat indah ke bawah melihat kota Salatiga terutama di malam hari.

Watu Gubug yang dikeramatkan masyarakat penuh dengan coretan para "pecinta alam".
Dari Pos I kita akan melewati hutan campuran menuju Pos II, menuju Pos III jalur mulai terbuka dan jalan mulai menanjak curam. Kita mendaki gunung Pertapan, hempasan angin yang kencang sangat terasa, apalagi berada di tempat terbuka. Kita dapat berlindung di Watu Gubug, sebuah batu berlobang yang dapat dimasuki 5 orang. Konon merupakan pintu gerbang menuju kerajaan makhluk ghaib.

Menuju Kenteng Songo jalur selebar 1 meter kiri-kanan jurang
Bila ada badai sebaiknya tidak melanjutkan perjalanan karena sangat berbahaya. Mendekati pos empat kita mendaki Gn. Watu tulis jalur agak curam dan banyak pasir maupun kerikil kecil sehingga licin, angin kencang membawa debu dan pasir sehingga harus siap menutup mata bila ada angin kencang.

Menuju Pos V jalur menurun, pos ini dikelilingi bukit dan tebing yang indah. Kita dapat turun menuju kawah Condrodimuko. Dan disini terdapat mata air, bedakan antara air minum dan air belerang.

Perjalanan dilanjutkan dengan melewati tanjakan yang sangat terjal serta jurang disisi kiri dan kanannya. Tanjakan ini dinamakan Jembatan Setan. Kemudian kita akan sampai di persimpangan, ke kiri menuju Puncak Syarif (Gunung Pregodalem) dan ke kanan menuju puncak Kenteng Songo ( Gunung Kenteng Songo) yang memanjang.

Puncak Gn. Merbabu dengan latar belakang Gn. Merapi
Dari puncak Kenteng songo kita dapat memandang Gn.Merapi dengan puncaknya yang mengepulkan asap setiap saat, nampak dekat sekali.
Ke arah barat tampak Gn.Sumbing dan Sundoro yang kelihatan sangat jelas dan indah, seolah-olah menantang untuk di daki. Lebih dekat lagi tampak Gn.Telomoyo dan Gn.Ungaran. Dari kejauhan ke arah timur tampak Gn.Lawu dengan puncaknya yang memanjang.

Menuju Puncak Kenteng Songo ini jalurnya sangat berbahaya, selain sempit hanya berkisar 1 meter lebarnya dengan sisi kiri kanan jurang bebatuan tanpa pohon, juga angin sangat kencang siap mendorong kita setiap saat. Di puncak ini terdapat batu kenteng / lumpang / berlubang dengan jumlah 9 menurut penglihatan paranormal.

Menuruni gunung Merbabu lewat jalur menuju Selo menjadi pilihan yang menarik. Kita akan melewati padang rumput dan hutan edelweis, juga bukit-bukit berbunga yang sangat indah dan menyenangkan seperti di film India yang sangat menghibur kita sehingga lupa akan segala kelelahan, kedinginan dan rasa lapar. Disepanjang jalan kita dapat menyaksikan Gn.Merapi yang kelihatan sangat dekat dengan puncak yang selalu mengeluarkan Asap.

Jalur Selo menuruni dan mendaki beberapa gunung kecil
Kita akan menuruni dan mendaki beberapa gunung kecil yang dilapisi rumput hijau tanpa pepohonan untuk berlindung dari hempasan angin. Disepanjang jalur tidak terdapat mata air dan pos peristirahatan. Kabut dan badai sering muncul dengan tiba-tiba, sehingga sangat berbahaya untuk mendirikan tenda. Jalur menuju Selo ini sangat banyak dan tidak ada rambu penunjuk jalan, sehingga sangat membingungkan pendaki.
Banyak jalur yang sering dilalui penduduk untuk mencari rumput dipuncak gunung, sehingga pendaki akan sampai diperkampungan penduduk. Sambutan yang sangat ramah dan meriah diberikan oleh penduduk Selo bagi setiap pendaki yang baru saja turun Gn.Merbabu. Apabila Anda tidak bisa berbahasa jawa ucapkan saja terima kasih.

Dari Selo dapat dilanjutkan dengan bus kecil jurusan Boyolali-Magelang, bila ingin ke yogya ambil jurusan Magelang, dan bila hendak ke Semarang atau Solo ambil jurusan Boyolali.

Rute Kopeng - Gunung Merbabu No Rute Jarak Waktu
1 Semarang/Solo - Salatiga
2 Salatiga - Kopeng (Umbul Songo) 12 km
3 Umbul Songo - Thekelan (Base Camp) 1 km 30 menit
4 Thekelan - Pos Pending 1,2 km 1 jam
5 Pos Pending - Pos I Gumuk 1,5 km 1,5 jam
6 Pos I - Pos II Lempong Sampan 785 m 1 jam
7 Pos II - Pos III Watu Gubug (Gunung Pertapan) 724 m 1 jam
8 Pos III - Pos IV (Gunung Watu Tulis) 453 m 45 menit
9 Pos IV - Pos V ( Helipad ) 630 m 30 menit
10 Pos V - Persimpangan ( Geger Sapi ) 627 m 45 menit
11 Persimpangan - Puncak Syarif ( Gn. Pregodalem ) 130 m 10 menit
12 Persimpangan - Puncak Gunung Kenteng Songo 443 m 45 menit

Rute Selo - Gunung Merbabu
1 Solo/Semarang/Yogya - Boyolali
2 Boyolali - Selo (Pasar)
3 Pasar - Base Camp (Pak Sunarto)
4 Base Camp - Shelter I (Balong)
5 Shelter I - Shelter II (Pentur)
6 Shelter II - Shelter III
7 Shelter III - Shelter IV
8 Shelter IV - Shelter V (Puncak Kenteng Songo)

sumber 
 

Dibalik Mistiknya Gunung Merbabu 3.142 mdpl

Misteri Gunung Merbabu (3.145 m)

Posted by Rayap Jalanan 11.39
Masyarakat lereng Gunung Merbabu punya cerita. Penuturan yang populer di kalangan warga dan pendaki adalah soal pasar gaib yang bernama Pasar Setan. Pasar ini dijadikan ajang transaksi gaib diantara makhluk halus. Benarkah?

Kisah Pasar Setan di Gunung Merbabu sudah jadi cerita umum yang dikenal pula di kalangan pendaki dan pecintan alam. Tempat ini bahkan dijadikan tempat pos pendakian. Pendaki akan mendirikan tenda dan beristirahat di sini.

Lokasi ini begitu dikenal. Jalan yang terjal dan medan yang cukup rumit tak jadi penghalang sejumlah pendaki untuk mengunjungi lokasi ini. Biasanya sebelum mencapai tempat ini pendaki akan singgah ke Kenthen Songo.

Pasar Setan dituturkan di sejumlah blog pecinta alam. Kisah mistisnya jarang dituturkan. Pendaki lebih tertarik dengan kondisi alamnya yang menawan.
Tidak ada catatan resmi tentang pasar setan. Sebagian kisah sulit dikonfirmasi. Katanya setiap malam pasar ini akan berubah ramai. Sayangnya hanya beberapa orang dengan kemampuan khusus saja yang bisa merasakan hal ini.

Dalam situs Merbabu.com ada nama lain selain Pasar Setan yang dipercaya sebagai pasar makhluk halus. Namanya Pasar Bubrah.
“Pasar bubrah adalah pasarnya bangsa mahkluk halus. Watu gubug di Gn.Merbabu adalah pintu gerbang menuju kerajaan Gaib,” tulis laman itu.
Salah satu postingan cerita di situs tumblr.com ini menyinggung tentang pasar setan. Kisah dengan narasumber anonim ini menyebutkan pihaknya telah melakukan pendakian ke Gunung Merbabu beberapa tahun lalu.

Cerita yang diposting 2 tahun lalu itu menuturkan sejumlah kejanggalan yang terjadi saat pendakian. Katanya sebelum sampai di puncak gunung mereka bertemu dengan jasad pria tak dikenal yang tiba-tiba lenyap.

Saat mencapai lokasi mereka juga menyaksikan keramaian pasar setan yang hanya terjadi di malam hari. Kondisi alam berubah saat itu. Diklaim hal ini sudah biasa bagi warga sekitar. Sang penulis menutupnya dengan cerita soal bungkamnya masyarakat Merbabu yang akan kena kutukan jika menuturkan kisah ini.

Jika dilihat urutan ceritanya, tentu sulit dipercaya. Banyak mitos mistis yang berkembang sulit dikonfirmasi. Sebagian terdengar aneh. Laman belantaraindonesia.org mencoba meredam kisah ini dengan menyebut penamaan Pasar Setan hanya untuk penanda saja.

Entah mana yang benar, sebuah kisah penuh misteri nyatanya selalu menyelimuti Gunung Merbabu. Sama seperti “saudara kembarnya” Gunung Merapi yang dituturkan sebagai basis kekuatan ghaib.
Menurut catatan Wikipedia.org, Merbabu adalah gunung berapi tipe B yang pernah meletus ratusan tahun yang lalu. Gunung Merbabu adalah gunung api yang bertipe Strato atau gunung berapi yang berada di wilayah Magelang dan Boyolali.

Gunung Merbabu dikenal melalui naskah-naskah masa pra-Islam sebagai Gunung Damalung atau Gunung Pamrihan. Di lerengnya pernah terdapat pertapaan terkenal dan pernah disinggahi oleh Bujangga Manik pada abad ke-15. Menurut etimologi, “merbabu” berasal dari gabungan kata “meru” (gunung) dan “abu” (abu).

Nama ini baru muncul pada catatan-catatanBelanda. Gunung ini pernah meletus pada tahun 1560 dan 1797. Dilaporkan juga pada tahun1570 pernah meletus, akan tetapi belum dilakukan konfirmasi dan penelitian lebih lanjut. Puncak gunung Merbabu berada pada ketinggian 3.145 meter di atas permukaan air laut.(http://www.solopos.com/2014/02/21/misteri-gunung-merbabu-pasar-bubrah-pasar-gaib-dan-pertapaan-bujangga-manik-491302).



Gunung yang terletak di perbatasan kota Salatiga, Magelang dan Boyolali ini memang menyimpan keindahan yang luar biasa yang sayang jika di lewatkan. Gunung tipe strato ini juga menyimpan sejuta misteri dari beberapa puncaknya dan tempat yang sangat disakralkan jika dikunjungi oleh para pendaki yang ingin menapaki puncak tertingginya yaitu Kenteng Songo (3142 Mdpl). Keindahan alam gunung ini dapat dirasakan dari dua jalur pendakian utama yaitu jalur pendakian thekelan, Kopeng dan jalur pendakian Selo, Boyolali.
Jalur Kopeng
Menikmati negeri diatas awan, Kenteng Songo dapat ditempuh dari jalur Thekelan, Kopeng, jalur ini merupakan jalur favorit para pendaki dari wilayah Salatiga dan sekitarnya dengan jarak tempuh yang tidak begitu lama dan relatif landai sehingga jalur ini paling sering di pilih oleh para pendaki dan pencinta alam yang ingin menjajal rasa penasarannya terhadap gunung tua ini. Jalur ini juga dinikmati karena ada sumber air bersih di Pos Pending yang jarang sekali ditemui jika melalui jalur Selo. 

Selepas dari pos Pending pendaki akan melalui sebuah cerukan batu besar yang dapat digunakan sebagai tempat berlindung dari badai sewaktu malam yang dinamai Watu Gubug, menjadi salah satu tempat yang disakralkan bagi penduduk lereng Gunung Merbabu. Naik sedikit keatas akan menemui pos pemancar yang dari sini pemandangan mulai terbuka dengan pemandangan puncak Kenteng Songo dan 6 puncak Merbabu yang lain yang sudah mulai terlihat selepas pos ini. Setelah menyebrangi jembatan setan maka sampailah para pendaki di puncak tertinggi Merbabu, Kenteng Songo.
Kenteng Songo, Misteri Alam Ghaib Merbabu
Setiap gunung yang ada di pulau Jawa akan memiliki cerita tersendiri terkait beberapa tempat yang unik yang terdapat di dalamnya misalnya berbicara tentang Gunung Merapi pasti akan berbicara tentang Pasar Bubrah, atau berbicara tentang Gunung Lawu pasti akan berbicara tentang Hargo Dalem sebagai tempat petilasan Brawijaya V, lalu bagaimana dengan Gunung Merbabu. 

Ada salah satu tempat di Gunung Merbabu yang menjadi tempat yang masih menjadi misteri sampai saat ini dan memiliki nilai keindahan serta keeksotisan yang tidak akan pernah terbayarkan dengan apa pun, sebut saja Kenteng Songo, puncak tertinggi Merbabu dari 7 puncak yang ada di Merbabu. Disini terdapat 4 Watu Kenteng (batu berlubang) yang tentunya kalau dilihat tanpa kasat mata hanya terdapat 4 lubang/kenteng, namun sesungguhnya terdapat 9 kenteng/lubang yang ada pada puncak ini jika dilihat secara ghaib. 

Percaya tidak percaya memang watu Kenteng Songo memang sudah ada semenjak Gunung Merbabu ini terbentuk dan disekitar sinilah terjadi aktifitas dari para makhluk halus penunggu Gunung Merbabu. Banyak sekali kejadian- kejadian yang tidak lazim yang ditemukan oleh para pendaki yang membuat camp di puncak Kenteng Songo dari kejadian fatamorgana sampai yang mendengar keramaian di puncak Kenteng Songo yang padahal tidak ada seseorang pun kecuali para pendaki yang sedang beristirahat di puncak ini.

Terkadang dapat dikatakan Kenteng Songo menjadi negeri diatas awan bukan hanya bagi para pendaki/manusia melainkan bagi para lelembut yang selalu menjaga Gunung Merbabu ini. Dari sini akan terlihat pemandangan klasik Merapi dan 6 puncak Merbabu yang lain, seperti Triangulasi, Pregodalem, Watu Gubung, maupun puncak pemancar. (Angga Riyon Nugroho)
(http://keunikan-sejarah.blogspot.com/2013/05/kenteng-songo-menapaki-keeksotisan.html).


 sumber:
http://www.solopos.com/2014/02/21/misteri-gunung-merbabu-pasar-bubrah-pasar-gaib-dan-pertapaan-bujangga-manik-491302
http://keunikan-sejarah.blogspot.com/2013/05/kenteng-songo-menapaki-keeksotisan.html
 

Misteri Gunung Merbabu (3.145 m)

Menapaki Keeksotisan Negeri di Atas Awan

Dokumentasi Ekspedisi Gunung Merbabu, 18 Agustus 2012
Sumber: www. Wikipedia.com “Gunung Merbabu” diunduh tanggal 9 Desember 2012

Ada yang bilang setiap gunung pasti akan menyimpan misteri dan kekhasan yang bisa dinikmati oleh para pencinta alam yang masih ingin menikmati keindahan dan keksotisan alam bangsanya sendiri. Tak perlu jauh- jauh harus mennghabiskan uang yang begitu banyak hanya untuk menikmati keindahan dan panorama alam Indonesia yang memukau. Justru keindahan dan keksotisan alam di Indonesia dapat kita rasakan dari tempat yang tidak begitu jauh dari kita. Siapa yang tidak tahu Gunung Merbabu (3142 Mdpl), salah satu jajaran gunung tertinggi di pulau Jawa yang merupakan gunung tua yang sudah tertidur berpuluh- puluh tahun yang lalu.
Gunung yang terletak di perbatasan kota Salatiga, Magelang dan Boyolali ini memang menyimpan keindahan yang luar biasa yang sayang jika di lewatkan. Gunung tipe strato ini juga menyimpan sejuta misteri dari beberapa puncaknya dan tempat yang sangat disakralkan jika dikunjungi oleh para pendaki yang ingin menapaki puncak tertingginya yaitu Kenteng Songo (3142 Mdpl). Keindahan alam gunung ini dapat dirasakan dari dua jalur pendakian utama yaitu jalur pendakian thekelan, Kopeng dan jalur pendakian Selo, Boyolali.
Jalur Kopeng
Menikmati negeri diatas awan, Kenteng Songo dapat ditempuh dari jalur Thekelan, Kopeng, jalur ini merupakan jalur favorit para pendaki dari wilayah Salatiga dan sekitarnya dengan jarak tempuh yang tidak begitu lama dan relatif landai sehingga jalur ini paling sering di pilih oleh para pendaki dan pencinta alam yang ingin menjajal rasa penasarannya terhadap gunung tua ini. Jalur ini juga dinikmati karena ada sumber air bersih di Pos Pending yang jarang sekali ditemui jika melalui jalur Selo. Selepas dari pos Pending pendaki akan melalui sebuah cerukan batu besar yang dapat digunakan sebagai tempat berlindung dari badai sewaktu malam yang dinamai Watu Gubug, menjadi salah satu tempat yang disakralkan bagi penduduk lereng Gunung Merbabu. Naik sedikit keatas akan menemui pos pemancar yang dari sini pemandangan mulai terbuka dengan pemandangan puncak Kenteng Songo dan 6 puncak Merbabu yang lain yang sudah mulai terlihat selepas pos ini. Setelah menyebrangi jembatan setan maka sampailah para pendaki di puncak tertinggi Merbabu, Kenteng Songo.

Jalur Selo
Kekhasan jalur ini adalah panorama dan pemandangannya yang sangat sungguh menawan diselingi dengan kumpulan bunga Edelweis dan Sabana yang membentang indah disertai juga dengan kokohnya Merapi dari kejauhan jalur ini. Keindahan bunga Edelweis yang selalu diceritakan Soe Hok Gie ketika menapaki gunung- gunung tinggi di Jawa tidak akan bisa lepas dari jalur pendakian Selo ini, yang bisa dikatakan merupakan vegetasi Edelweis terbanyak dari gunung- gunung yang lain yang ada di pulau Jawa. Kenteng Songo dapat ditempuh dalam waktu 7-8 jam melalui jalur ini dengan vegetasi hutan pinus, sabana, cemara gunung, dan Edelweis yang begitu memukau sejauh mata memandang.

Kenteng Songo, Misteri Alam Ghaib Merbabu
Setiap gunung yang ada di pulau Jawa akan memiliki cerita tersendiri terkait beberapa tempat yang unik yang terdapat di dalamnya misalnya berbicara tentang Gunung Merapi pasti akan berbicara tentang Pasar Bubrah, atau berbicara tentang Gunung Lawu pasti akan berbicara tentang Hargo Dalem sebagai tempat petilasan Brawijaya V, lalu bagaimana dengan Gunung Merbabu. Ada salah satu tempat di Gunung Merbabu yang menjadi tempat yang masih menjadi misteri sampai saat ini dan memiliki nilai keindahan serta keeksotisan yang tidak akan pernah terbayarkan dengan apa pun, sebut saja Kenteng Songo, puncak tertinggi Merbabu dari 7 puncak yang ada di Merbabu. Disini terdapat 4 Watu Kenteng (batu berlubang) yang tentunya kalau dilihat tanpa kasat mata hanya terdapat 4 lubang/kenteng, namun sesungguhnya terdapat 9 kenteng/lubang yang ada pada puncak ini jika dilihat secara ghaib. Percaya tidak percaya memang watu Kenteng Songo memang sudah ada semenjak Gunung Merbabu ini terbentuk dan disekitar sinilah terjadi aktifitas dari para makhluk halus penunggu Gunung Merbabu. Banyak sekali kejadian- kejadian yang tidak lazim yang ditemukan oleh para pendaki yang membuat camp di puncak Kenteng Songo dari kejadian fatamorgana sampai yang mendengar keramaian di puncak Kenteng Songo yang padahal tidak ada seseorang pun kecuali para pendaki yang sedang beristirahat di puncak ini. Terkadang dapat dikatakan Kenteng Songo menjadi negeri diatas awan bukan hanya bagi para pendaki/manusia melainkan bagi para lelembut yang selalu menjaga Gunung Merbabu ini. Dari sini akan terlihat pemandangan klasik Merapi dan 6 puncak Merbabu yang lain, seperti Triangulasi, Pregodalem, Watu Gubung, maupun puncak pemancar. (Angga Riyon Nugroho)
 

Menapaki Keeksotisan Negeri di Atas Awan

Sabana 2 Merbabu via Selo, Kemping Ceria :D

“Gosip yang beredar bahwa jalur Merbabu via Selo adalah level pemula saya nyatakan dengan ketetapan hati nurani yang luhur bahwa itu HOAX dan SESAT :D”

Tips penting: jangan pernah jalan kaki membawa beban kerir menuju basecamp pendakian dari jalan raya Selo. Asli jauh dan naik turun. Sekitar 2km lebih mungkin. Mending naik ojek. Kecuali kalau kamu niat dan kamu setrong silakan saja jalan, tapi mesti capek yakin deh😀. Soalnya di hari minggunya ketemu dengan pendaki asal Kediri yang jalan dari jalan raya Selo menuju basecamp. Mereka kelelahan dan gagal muncak. Mereka terjebak(atau dibohongi)  kata-kata dari sopir bus/angkot yang berkata bahwa jarak basecamp dari jalan raya Selo dekat.
***

Prolog
Alhamdulillah masih diberi kesempatan untuk bertemu bulan Ramadhan. Kesempatan beribadah sama berdoa yang lebih untuk sesuatu yang sedang saya usahakan akhir-akhir ini J. Tanggal 4 dan 5 Juni adalah akhir pekan terakhir sebelum masuk ke bulan Ramadhan. Rasanya agak gimana gitu kalau tidak disempatkan untuk piknik kemana😀. Sebenernya kemarin sih gak punya rencana, tapi ada teman yang mengajak menanjak ke Merbabu via Selo. Nah kebetulan saya belum pernah via Selo. Dari dulu biasanya selalu lewat Wekas karena secara tradisional SMA saya, SMA Muhammadiyah 2 Yogyakarta selalu melakukan pendakian  masal dan segala kegiatan grup pecinta alamnya di situ. Itu dikarenakan BHC (Bhaskara Hiking Club) berdiri di rute Merbabu via Wekas. Dulu setelah saya menjadi alumni sering ikut pendakian masal mereka meskipun saya bukan anggota dari BHC. Nyeselnya sekarang, kenapa dulu gak ikut BHC ya waktu masih SMA😀.
Akhirnya saya memutuskan untuk ikut Yudi, teman yang mengajak naik ke Merbabu via Selo. Iseng- iseng saya mengabari Radit teman in piknik saya kalau saya akan menanjak Merbabu ikut teman. Tak disangka dia tertarik bergabung karena dia belum pernah juga ke Merbabu via Selo😀. Cocok lah akhirnya saya ada teman berangkatnya setelah akhir-akhir ini solo hiking terus. Saya sangat senang soalnya Radit ini teman yang solid ketika diajak perjalanan, cocok lah pokoknya sama saya😀. H-1 tiba-tiba teman Yudi yang berjumlah 5 orang membatalkan karena berbagai alasan. Yudi pun memutuskan untuk membatalkan naik ke Merbabunya. Walah kan, malah piye iki. Dia tidak mau ikut bareng kami karena kami berangkat dari jogja hari Sabtunya jam 12 sianga an. Pengennya dia berangkat pagi soalnya males nanjak malem-malem, hadeh. Sementara pagi saya ada pekerjaan yang harus saya selesaikan dulu. Yasudah nanjak berdualah kami. Pantang batal sebelum bikin indomi telor di gunung😀.

*Hari 1, 4 Juni 2016
Jogja-Basecamp Merbabu via Selo
Semua peralatan dan logistic sudah terpacking rapi. Tinggal menyelesaikan beberapa printilan yang kadang kelupaan😀. Sembari menunggu Radit datang saya mengecek ulang barang-barang di kerir. Yak lengkap sudah. Sekitar jam 12 Radit akhirnya datang. Setelah ngobrol ngalor ngidul sebentar akhirnya kami berangkat menunggang si merah motor kesayangan saya. Rencana akan mampir ke warung legend Barokah di Selo sebelum nanjak untuk makan siang. Karena kami sama-sama belum makan dari pagi😀. Sekitar jam 12.30 kami memulai start menuju Selo. Melewati jalan Magelang cukup lancar. Sampai di Muntilan kami memutuskan lewat desa Dukun tanpa lewat Sawangan. Seperti yang sudah saya sadari bakalan lewat jalan berantakan lagi ni ke arah Selonya😀. 15 Mei 2016 lalu saya sempat nanjak ke Merapi. Dalam waktu sesingkat ini saya yakin kondisi jalan akan hampir tetap sama berantakannya😀.
Setelah melewati beberapa antrian karena bergantian memakai jalan, beberapa kali menenbus debu dari truk pasir yang lewat, berbanyak kali memakai gigi 1 akhirnya sampai juga di Selo jam 15.37. Di jalan kami juga sempat menolong ibu-ibu dan anaknya yang jatuh karena tergelincir pasir waktu berpapasan dengan kami. Memang berkendara di jalan yang berantakan seperti itu harus hati-hati dan memakai trik-trik khusus. Alhamdulillah kami yang berboncengan dan membawa 2 kerir berberat 10-15kg berhasil melaluinya dengan lancar. Langsung melipir ke warung Barokah untuk beristirahat sejenak. Pegel jari tangan ngegas ngerem terutama dihajar jalan menuju Selonya itu. Akhirnya kesampaian juga makan setelah ngampet laper selama dijalan. Radit juga ngobrol-ngobrol sama ibu pemilik warungnya karena memang kenal dan sudah menjadi langganan.
IMG_5625Warung legend langganan “Barokah” di jalan raya Selo
IMG_5819pos penarikan retribusi pendakian, sepanjang jalan ke atas itu banyak basecamp, tinggal pilih yang mana. (foto diambil hari ke 2)
Setelah cukup kami memutuskan lanjut ke basecamp. Jalannya bisa lewat Masjid Selo masuk ke utara. Ikuti jalan saja nanti ada petunjuknya. Kalau tersesat tinggal tanya penduduk sekitar. Dengan senang hati mereka akan menunjukkan jalan. Tips penting: jangan pernah jalan kaki membawa beban kerir menuju basecamp pendakian dari jalan raya Selo. Asli jauh dan naik turun. Sekitar 2km lebih mungkin. Mending naik ojek. Kecuali kalau kamu niat dan kamu setrong silakan saja jalan, tapi mesti capek yakin deh😀. Soalnya di hari minggunya ketemu dengan pendaki asal Kediri yang jalan dari jalan raya Selo menuju basecamp. Mereka kelelahan dan gagal muncak. Mereka terjebak(atau dibohongi)  kata-kata dari sopir bus/angkot yang berkata bahwa jarak basecamp dari jalan raya Selo dekat. Lu kira lagunya Ran jauh dimata dekat di hati po pak sopir😀. Ada jalan yang saking nanjaknya sampai motor saya di gigi 1 pun ndak kuat. Radit terpaksa turun huahahaha😀 #motornyalelah
IMG_5627.JPGgerbang pendakian Selo, KM 0
Basecamp (1836 mdpl) – Pos 1 Dok Malang (2189 mdpl) naik 353m jarak 1,77km
Setelah sampai di gerbang basecamp kami membayar retribusi pendakian dan parkir. Jadi semacam gang kumpulan basecamp gitu. Dicegat di depan. Setelah itu tinggal pilih mau ke basecamp pak mana yang disenangi. Ada beberapa rumah yang dijadikan basecamp. Yang cukup terkenal adalah basecamp pak Bari yang ada musholanya di kiri jalan. Atau disebelumnya ada basecamp pak Parman yang berada di kanan jalan. Kami mulai berjalan dan jam 17.17 sampai di gerbang pendakian Merbabu. Seperti yang biasanya, jalan di awal pendakian hampir selalu melewati hutan. Berjalan santai sambil sesekali mengobrol. Sangat menikmati pendakian kali ini karena saya ada temannya😀.
IMG_5816.JPGrute awal-awal, hutan multi pohon (foto diambil hari ke 2)
Jalan masih cukup landai sekali agak menanjak. Tubuh masih terasa aneh karena sedang men-sinkronkan antara gerak tubuh dan detak jantung. Adzan magrib pun tiba dan kami berhenti sejenak menunggu pergantian antara siang dengan malam. Setelah itu kami melanjutkan berjalan setelah menghidupkan senter/headlamp. Beberapa kali melewati pohon yang melintang di jalur. Harus berhati-hati ketika menerobos lewat bawah. Karena otot sedang berkontraksi tiba-tiba untuk menekuk. Dapat menyebabkan kram. Setelah 1x mengalami hampir kram akhirnya saya berhati-hati ketika menerobos ke bawah pohon. Jam 18.26 kami sampai di Pos 1 Dok Malang.
IMG_5812.JPGmenerobos pohon tumbang, harus hati-hati karena kaki menekuk bisa ketarik atau kram (foto diambil hari ke 2)
Pos 1 Dok Malang (2189 mdpl) – Pos 2 (2412 mdpl) naik 223m jarak 989m
Setelah sampai pos 1 kami beristirahat. Ya memang sering beristirahat sih dari tadi😀. Soalnya kami benar-benar nyantai menikmati pendakian sambil ngobrol ngalor ngidul dan ngerasani pendaki lain😀. hahahaha. Lanjut berjalan lagi. Jalur sudah mulai lebih menanjak dari yang sebelum-sebelumnya. Bahkan ada beberapa yang cukup terjal. Ramai juga oleh pendaki lain. saling susul menyusul. Sampai di pos bayangan Pos Kota, Simpang Macan jam 19.02. Lansung istirahat dan ngerasani pendaki lain lagi😀. Setelah dirasa cukup lanjut berjalan lagi dan akhirnya sampai di pos 2 jam 19.36
IMG_5810.JPGPos 1 Dok Malang (foto diambil hari ke 2)
IMG_5804.JPGsudah mulai nanjak-nanjak menuju pos 2 (foto diambil hari ke 2)
IMG_5801.JPGPos 2 (foto diambil hari ke 2)
Pos 2 (2412 mdpl) – Pos 3 Batu Tulis (2593 mdpl) naik 181m jarak 603m
Saya merasa cukup lelah. Beban air yang lebih banyak dari biasanya membuat pegel pundak dan pinggang😀. 3 botol air mineral 4,5L + 850ml botol luar ternyata cukup berat. Belum lagi ditambah logistik, tenda dan perlengkapan lain, memang terasa ini di pundak dan pinggang😀. pos 2 ini cukup luas dan bisa untuk mendirikan lebih dari 10 tenda. Bahkan 20 lebih. Lanjut lagi berjalan. Beberapa saat masih hutan pohon-pohon besar dengan jalur yang lebih menanjak lagi.
IMG_5798.JPGpercayalah, puncaknya masih jauh😀 (foto diambil hari ke 2)
Beberapa saat kemudian keluar dari hutan tinggal rerumputan dan pohon-pohon yang tidak terlalu besar. Di jalur kami melihat lampu-lampu senter dari pendaki lain diatas. Beh keliatan gitu diatas banget, nanjak-nanjak jelas di depan😀. Berbalik kami melihat lampu-lampu senter dari pendaki lain di Merapi. Juga jalan lurus yang sangat ramai di sebelah tenggara. Sepertinya jalan Slamet Riyadi Solo. Subahannallah indah sekali. Langit cerah. Bintang-bintang bertebaran. Gunung Merapi juga terlihat dengan jelas. Beberapa saat kami menjelepok duduk di jalur melihat pemandangan indah ini. Damai sekali rasanya hati. Lelahnya sih tetep😀. hahahaha. Sampai pos 3 Batu tulis jam 20.08.
IMG_5793.JPGpos 3 Batu Tulis (foto diambil hari ke 2)
Pos 3 Batu Tulis (2593 mdpl) – Sabana 1 (2770 mdpl) naik 177m jarak 648m
Hahaha ternyata membutuhkan waktu 1,5 jam dari pos 2 ke Pos 3. Memang sudah mulai cukup berat jalurnya. Apalagi otot perut saya sepertinya tertarik. Sakit sekali rasanya. Kami beristirahat cukup lama di pos 3 ini. Menaruh kerir dan minum banyak. Terutama saya yang lemah dan tukang haus😀. Hebat bener si Radit. Sejak dari awal pendakian masih tetep stabil ndak ngeluh capek. Asem tenan dia😀. Udara di pos 3 ini semakin dingin. Ditambah lagi kami berhenti cukup lama. Tercatat 13-15 derajat celcius di thermometer. Pos 3 sangat luas. Di kiri kanan sabana luas. Banyak tenda sudah berdiri disini. Masih jauh dari sini ke puncak. Kalau memiliki tenaga lebih menurut saya skip saja jangan camp disini. Tapi berusaha lebih naik minimal Sabana 1 lah. Tempat camp terbaik ya di Sabana 2 target kami malam ini.
IMG_5795.JPGjalan keatas itu arahnya ke Sabana 1 (foto diambil hari ke 2)
tanjakan ke sabana 1.2.JPGstep 1, tanjakan webbing😀 (foto diambil hari hari ke 2)
tanjakan ke sabana 1.JPGstep 2, tanjakan unyu😀 (foto diambil hari ke 2)
Kami pun melanjutkan berjalan dan edian ini treknya. Menurut saya trek terberat di jalur Selo ini. Sangat licin dan terjal. Di satu tempat dipasang webbing oleh komunitas/rental alat outdoor dari Jogja. Ada namanya di webbingnya tapi saya lupa tidak memfoto. Terima kasih sekali atas sumbangannya. Sangat membantu dalam menanjak maupun turun. Bener-bener ngesot saya disini. Setiap 10 langkah istirahat. Ampun kakak chapeque dik😀. Nafas ngos-ngosan degub jantung mencepat. Ketika beristirahat juga harus hati-hati karena licin dan rawan kejelungup kebelakang karena beban kerir😀. Saya  ngeri sendiri beberapa kali hampir kejelungup kebelakang. Bakalan babak belur kalau jatuh😀. Ditambah lagi malam hari pandangan terbatas. Harus benar-benar berhati-hati di jalur ini. Sempat melihat memoriam pendaki yang meninggal di jalur ini. Setelah perjuangan akhirnya sampai juga di Sabana 1 jam 21.11.
IMG_5784.JPGpos 3 Watu tulis dilihat dari atas tanjakan unyu😀 (foto diambil hari ke 2)
Sabana 1.JPGsabana 1 (foto diambil hari ke 2)
Sabana 1 (2770 mdpl) – Sabana 2 (2858 mdpl) naik 88m jarak 232m
Istirahat sejenak di Sabana 1. Kekuatan saya mendekati akhir😀. Ngantuk banget dari tadi udah menguap terus. Otot perut yang ketarik juga bikin gak nyaman. Keburu pingin geletakan tidur😀. Sementara Radit masih strong-strong aja😀. Lanjut lagi nanjak di tajakan yang tidak securam tanjakan sebelumnya. Tapi karena fisik sudah kelelahan tetep aja capek dan ngos-ngosan. Beberapa kali juga melewati pendaki yang tepar jelepok duduk di tanah😀. Setelah ngesot dan berjuang akhirnya sampai di Sabana 2 jam 21.44. Alhamdulillah. Sabana 2 cukup ramai dengan tenda-tenda pendaki. Meski begitu masih sangat-sangat luas buat mendirikan tenda. Namanya juga sabana😀. Tetapi bagian strategisnya yang dekat dengan pohon sudah diambil orang.
tanjakan ke sabana 2.JPGsabana 2 nya ada diatas sana lho😀 (foto diambil pada hari ke 2)
Kami kemudian berdiskusi dimana sebaiknya mendirikan tenda. Karena Radit melihat disebelah timur Sabana terdapat bukit yang menutupi untuk melihat sunrise. Kamipun memutuskan untuk menaiki bukit dan mendirikan tenda di sebelah pohon satu-satunya😀. Lokasi ini terbuka sih kurang cocok jika kondisi berangin. Cuaca Alhamdulillah cukup cerah angin tenang dan suhu masih kisaran 13-15 derajat celcius. Membongkar kerir, mengeluarkan tenda dan segera mendirikannya. Saya merasa sangat kelaparan dan memutuskan membuat mie instant setelah tenda berdiri. Asli lapar banget😀. Saya juga membuat kopi hangat. Sementara Radit tidak makan hanya mengemil gula jawa yang sejak tadi menjadi senjata saya melibas tanjakan😀. setelah cukup ngobrol2 akhirnya kami tidur.
*Hari ke 2, 5 Juni 2016
Sabana 2, Kemping Ceria😀
Sekitar jam 3-4 pagi saya terbangun karena kegaduhan di luar. Ternyata ada juga yang mendirikan tenda di spot kami. Radit mungkin juga terbangun. Saya berusaha tidak memperdulikannya dan mencoba terus tidur. Tapi rombongan itu ternyata cukup ribut, asem sekali😀. Salah satu etika ketika sampai ditempat camp dan sudah lebih dari jam 10 malam adalah dengan tidak terlalu ribut dan berisik. Karena tetangga kita yang menenda lebih dahulu dimungkinkan sedang beristirahat. Waktu beristirahat sangat penting ketika melakukan pendakian seperti ini untuk memulihkan tenaga. Beberapa kali juga terbangun karena cuaca cukup dingin di dalam tenda 11-13 derajat celcius😀.
IMG_5656.JPGsunrise, tampak di kanan gunung Lawu
IMG_5671.JPGterpekur dah terharu, halah😀
Akhirnya pagi pun tiba. Saya terbangun oleh alarm di hp yang saya set jam 05.00. Radit mungkin juga sudah bangun dan hanya tidur-tidur ayam. Saya keluar dari tenda dan bersiap melihat matahari terbit di ufuk timur. Memang spot kami menenda ini memang sangat cocok. Bahkan sebenarnya tidak perlu keluar dari tenda untuk melihat matahari terbit. Pemilihan tempat spot ini oleh Radit memang brilian😀. Radit pun akhirnya bangun dan menyiapkan kamera nya untuk mengambil foto. Dia memilih memfoto dan melihat sunset dari dalam tenda😀. Matahari terbit dilihat dari ketinggian selalu menimbulkan sensasi yang lain. Nuansa yang ditimbulkan susah diungkapkan dengan kata-kata. Tak henti hati mengucap kata syukur masih diberi kekuatan, kesempatan untuk melihat semua ini. Subahanallah. Seperti biasa saya menjadi mendadak galau kalau sedang terharu seperti ini😀. Melihat betapa kecilnya saya dibanding semua ini, semesta yang hanya baru secuil.
IMG_5745.JPGtempat kemping ceria kami😀
IMG_5746.JPGi feel free, halah😀
Galaunya udahan karena spot menjadi ramai orang-orang yang juga melihat matahari terbit😀. masing-masing sibuk dengan kegiatannya. Ada yang foto-foto, foto-foto sambil nulis pesan di kertas dan macem-macem lainnya. Oya kami tidak terlalu mengejar untuk melihat matahari terbit dari puncak. Bukan karena apa-apa sih. Mungkin karena kami berdua sudah pernah muncak. Jadi melihat matahari terbit dari Sabana 2 sudah cukup. Dan bahkan tidak usah ke puncak juga sudah cukup😀. Pada awalanya memang begitu kesepakatan kami. Tidak sampai ke puncak tidak apa-apa. Yang menjadi target kami adalah sampai di Sabana 2 saja sudah cukup. Saya berjalan-jalan di sekitar tenda. Melihat arah puncak yang masih menanjak terjal😀. Radit ternyata kebelet pup dan harus mencari semak-semak. Pada akhirnya saya juga menyusul kebelet dan mencari spot juga😀. hahahahaha. Untuk hal satu itu juga ada SOP/etika nya lho. Antara lain: 1. Jangan pup di dekat jalur. 2. Gali tanah dengan kedalaman secukupnya. 3. Tisu basah juga ikut dikubur sekalian. 4. Tandai tempat dengan ranting agar tidak terinjak oleh orang lain. 5. JANGAN PUP DI SUNGAI ATAU MATA AIR. Itu saja sih yang penting. Pernah baca di blog orang di gunung di Jawa Barat yg ngehits itu banyak tisu sisa bekas lap yang berceceran. Nggilani tenan jijik huek.
IMG_5697.JPGtenda kami dilihat dari bukit atas tempat kemping di sebalah kiri, Merapi di latar belakang, tempat kemah utama di sabana 2 di sebelah kanan.
cccc.JPGpegangan Edelweiss biar tetap strong setelah kamu tinggalkan, ~duh😀, jalur tanjakan terakhir menuju puncak yang terlihat terjal dan bikin chapeque pastinya😀
Kamipun menikmati suasana Sabana 2 dengan khidmat. Saya memutuskan untuk menjelajah berjalan-jalan naik ke bukit di utara spot kemah kami untuk memuaskan hasrat menjelajah saya😀. Radit memilih untuk tetap di area tenda saja. Cukup nanjak juga. Jalur ini akan bertemu dengan jalur utama di pos Watu Lumpang. Pos terakhir sebelum puncak. Jadi setelah Sabana 2 masih harus menanjak 2x bukit sebelum puncak. Yang pertama bukit hutan padang edelweiss kemudian sampai di pos Watu Lumpang. Yang kedua tanjakan terakhir setelah Watu Lumpang akhirnya area puncak. Di Watu Lumpang sempat mengobrol dengan para pendaki lain. ada 3 tenda di area Watu Lumpang. Di area ini cukup untuk mendirikan beberapa tenda. Ramai pendaki yang naik nanjak ke puncak atau yang baru turun. Saya duduk-duduk di area Watu Lumpang dan menikmati melihat-lihat para pendaki lain. Beberapa pendaki yang hot bersliweran, hahahahaha😀. Setelah cukup saya turun ke Sabana 2 melewati jalur utama.
IMG_5741.JPGjalur tanjakan terakhir menuju puncak dilihat dari Watu Lumpang
IMG_5750.JPGtempat kemah utama sabana 2 dilihat dari tempat kemah kami
_MG_7873.JPGdi kota kita tampan di gunung kita menawan😀. foto oleh Raditya AN Jati
Sampai di spot tenda Radit tampak sedang memfoto-foto. Setelah itu dia memasak mie instant + telor. Wah enak sekali sepertinya😀. Saya tergiur juga untuk membuatnya. Radit memasukkan telor di kotak sehingga tidak pecah. Penting juga itu telor. Untuk tambahan nutrisi tidak hanya mie instant saja. Sepertinya besok harus membeli egg holder😀. sempat ngobrol juga dengan pendaki asal Kediri yang merasa “ditipu” dengan gossip yang beredar bahwa Merbabu via Selo adalah rute pemula😀, huahahaha emang sesat itu gosip. Setelah dirasa cukup kami bersiap-siap berberes tenda dan packing pulang. Kali ini tenda yang membawa Radit karena akan sekalian dikembalikan ke mas Arie oleh dia. Jalur Merbabu via Selo disamping cukup berat dan terjal merupakan salah satu jalur pendakian dengan pemandangan terindah. Asli banyak spot bagus.
IMG_5751.JPGsekali lagi bendera MTB Federal Indonesia Yogyakarta berkibar di ketinggian🙂
Perjalanan Turun.
Kami mulai berjalan turun sekitar jam 10.29. Berjalan santai sambil melihat-lihat pemandangan. Tak disangka dan dinyana ketemu Yudi teman pendaki yang katanya ndak jadi nanjak ke Merbabu. Ternyata dia berangkat nanjak jam 03.00 pagi. Edan tenan kan. Padahal katanya males jalan malem-malem. Eh malah jalan pagi dini hari dia, huahahahah😀. Saya ketawain dan buli-buli😀. Ternyata temannya baru ada malam harinya, dan dia galau karena hari itu adalah minggu terakhir sebelum Ramadhan. Akhirnya mereka menanjak tanpa membawa kerir dan hanya membawa daypack berisi air dan makanan saja untuk tektok (naik langsung turun). Ampun deh tektok Merbabu via Selo jalannya yang gitu😀. Kemarin saja saya ke Merapi tektok merasa sangat kelelahan. Itu aja ndak pake muncak cuma sampai pasar bubrah saja. Ampun kalau tektok. Harus persiapan fisik lebih karena bakalan terforsir.
IMG_5771.JPGSabana 1 dilihat dari ketinggian
IMG_5774.JPGRadit menerobos gerumbul Edelweiss di Sabana 1
Itupun yang terjadi dengan Yudi dan temannya. Dia menjelepok kelelahan di Sabana 1. Yakin pasti capek sekali😀. sampai di Sabana 1 jam 10.52. Kami pamit untuk melanjutkan jalan lagi. Dan akhirnya melihat jalur dari pos 3 Watu Tulis ke Sabana 1, memang bener-bener ini jalur😀. Sempet kepeleset jatuh dan membuat bulu kaki tercabut gara-gara tergesek tanah lempung keres. Asem sakit😀. Mana banyak orang juga jadi malu dan saya ngakak-ngakak sendiri😀. Bertemu juga dengan beberapa pendaki yang berbalik tidak jadi kepuncak karena mungkin tidak keburu waktu atau kelelahan. Memang masih jauh ke puncak dari sini. Juga masih nanjak-nanjak terjal😀. sampai di Pos 3 Watu Tulis jam 11.21. Kami beristirahat cukup lama disini. Masih banyak juga yang menenda disini. Saya menaruh kerir dan geletakan. Sudah mulai pegel-pegel lagi kaki  karena menahan beban di jalur yang berat. Itupun sudah dibantu trekking pole andalan. Nek gak mbok wis tepar dengkule😀.
Lanjut berjalan lagi jalannya masih cukup curam dan sepertinya koq jauh banget ya dari pos 3 Watu Tulis ke pos 2. Mungkin gara-gara sudah capek😀. Seperti biasa jempol kaki sudah nyut-nyutan😀. Kondisi fisik masih cukup baik dalam mengimbangi Radit yang masih tetep strong, sakti tenan itu manusia😀. Akhirnya sampai juga di pos 2 jam 11.58. Masih ramai dengan pendaki lain yang menenda. Tidak istirahat disini kami langsung lanjut jalan. Beberapa saat mulai masuk ke hutan lagi. Pohon-pohon sudah mulai melebat. Kami bahkan sempat lari-larian ketika turun. Katanya Radit biar keringetan. Idene aneh-aneh aja itu memang😀. Dan akhirnya sempet juga terpeleset jatuh lagi hahahaha asem sekali😀. Melewati pos bayangan Pos Kota Simpang Macan jam 12.08. Sampai di pos 1 Dok Malang jam 12.22. Ramai pendaki yang sedang beristirahat disini. Tadi juga sempet crowded dan antri di jalur. Kami lanjut mendahului dan mulai mempercepat langkah. Saya merasa masih cukup kuat untuk kadang lari-larian waktu turun sama Radit. Walaupun jempol kaki tetep aja sakit. Kalau turun pakai sandal gunung sepertinya tidak akan sakit. Lain kali harus mencoba turun pakai sandal saja.
IMG_5807.JPGpos Kota Simpang Macan 
Kembali lagi melewati dan nerobos pohon yang melintang lewat bawah. Benar-benar berbahaya karena otot sudah lelah dan harus menekuk gitu kakinya. Rawan kram. Padahal udah tau caranya tapi tetep aja kerasa hampir kram😀. Sampai di gerbang pendakian lagi jam 12.54. Berjalan sedikit lagi sampai di tempat memarkir motor. Kami langsung bablas tidak beristirahat dulu karena dari tadi sudah niat untuk beristirahat di Warung Barokah. Alhamdulillah.
Terimakasih kepada Allah SWT yang sekali lagi memberi saya kekuatan dan kesempatan untuk melakukan perjalanan ini. Terima kasih kepada Ibu saya atas restu dan doanya.Terimakasih untuk Radit teman seperjalanan yang solid dan dapat diandalkan. Merasa aman dan nyaman berpetualang bersama dia😀. Semoga masih diberi kesempatan untuk berpetualang lagi. Aamiin. Next time kita hiking couple double date ya Dit, hahahahahaha.

Tips:
*Gossip yang beredar bahwa pendakian Merbabu via Selo adalah level pemula itu HOAX dan SESAT😀
*Jangan pernah jalan kaki membawa beban kerir menuju basecamp pendakian dari jalan raya Selo
*Lebih baik mendaki di akhir musim penghujan karena sabana nya masih hijau dan epic kalau buat foto, apalagi kalau pas cuaca cerah
*Jangan lupa membawa air yang cukup karena sepanjang jalur tidak terdapat mata air
*Hati-hati jika melewati jalur diatas pos 3 karena terjal, licin, apalagi jika mendaki malam hari

Sabana 2 Merbabu via Selo, Kemping Ceria :D