GUIDE NAIK GUNUNG # MERBABU # LAWU # PRAU # SEMERU # DST # 085.643.455.685 # 7A722B86

Kami adalah salah satu penyedia jasa layanan pemandu dan event organizer naik Gunung di Pulau Jawa. Kami juga menyediakan beberapa jadwal pendakian yang bisa diakses dan diakses dalam website ini. Gunung yang sering kami kunjungi diantaranya Gunung Merbabu, Gunung Prau, Gunung Lawu, dan lainnya.

GUA PINDUL # RAFTING OYA # OFFROAD # GUA INDAH # GUA SI OYOT # 085.643.455.685 # 7A722B86

Kami adalah salah satu agen resmi reservasi Gua Pindul, Rafting Oya dan Off Road. Keuntungan reservasi melalui kami ialah mendapatkan penawaran terbaik dari kami dan tanpa antri. #Pemandu Lokal #Transport Lokal 'PAJERO' #Ban #Pelampung #Asuransi #Wedang Pindul #Toilet Banyak #Parkiran Luas

TELAGA WARNA # KAWAH SIKIDANG # GUNUNG SIKUNIR # 085.643.455.685 # 7A722B86

Dieng Plateau mempunyai potensi alam yang luar biasa indahnya sehingga sangat kami sarankan untuk mengunjunginya. Selain Telaga Warna, Kawah Sikidang dan Candi Arjuna dalam beberapa bulan terakhir baru booming Gunung Sikunir dan Gunung Prau

RESTO INDRAYANTI # MALIOBORO # PRAMBANAN # BOROUBUDUR # 085.643.455.685 # 7A722B86

Resto Indrayanti merupakan obyek wisata baru yang sekarang menjadi tujuan wisata di Yogyakarta. Malioboro menjadi tujuan akhir wisata belanja. Mari yang berminat mengunjungi segera menghubungi admin.

AVANZA # INNOVA # ELF # ELF LONG # HIACE # BIG & MICRO BUS # 085.643.455.685 # 7A722B86

Kami mempunyai berbagai macam armada dengan harga bersahabat. Kami menyarankan bagi calon wisatawan apabila hendak mencari armada untuk liburan direncanakan jauh jauh hari guna mendapatkan pelayanan yang terbaik dari kami.

Tampilkan postingan dengan label Gunung Sumbing. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Gunung Sumbing. Tampilkan semua postingan
Misteri Asal Muasal Gunung Sumbing (3.336 m) 
dan Gunung Sindoro (3.150 m)
 
Posted by Rayap Jalanan 08.09
 

Ini hanya mitos, namun semua itu yang terjadi kini telah menjadi cagar budaya bangsa yang luar biasa nilainya di tanah air ini, Indonesia. Inilah sepenggal kisah asal muasanya Gunung Sumbing dan Gunung Sindoro.

Mitos berawal dari kisah hiduplah sepasang suami istri yang ditemani oleh dua orang anak laki-laki. Mereka hidup sebagai seorang petani, yang hidupnya selaras dengan ritme alam pedesaan. Pagi diawali dengan mencangkul, bercocok tanam. Siang, selepas sepenggalah sinar matahari, istirahat sejenak. Sore menjelang, tiba saatnya untuk pulang ke rumah. Demikian roda dinamika kehidupan setiap hari, nyaris tanpa perubahan. Akan halnya kedua anaknya, mereka selalu bertengkar sepanjang hari. Perilaku anak-anak yang sebenarnya hampir kita jumpai dalam setiap keluarga.

Karena mereka berdua selalu terlibat dalam pertengkaran, suatu ketika, kesabaran sang ayah melebihi batas. Akhirnya anak yang kedua terkena pukulan tangan ayah, mengakibatkan bibirnya robek (dalam bahasa setempat disebut “sumbing”). Hingga kini kedua anak tersebut diabadikan sebagai nama gunung Si(ndoro) dan Si(sumbing).

Ndoro adalah julukan kepada seseorang karena sikap santun, bijaksana dan selalu melindungi. Adapun sumbing diberikan kepada anak yang nomor dua karena tingkahnya. Gunung Sumbing bila dilihat dari sisi timur atau barat akan terlihat bagian tengah robek, melengkung ke bawah.

Dari sepenggal kisah diatas tentunya kita bisa mengambil bagian-bagian positif dalam kisah tersebut. Kisah di atas menganjarkan kita untuk selalu bisa bersikap arif dan bijaksana dalam melakukan apapun untuk kepentingan diri sendiri dan orang lain. Maka kita sangat diharampan memiliki sifat dan perwatakan yang brutal dengan hawa nafsu iblis merajai diri kita.

Akan tetapi tidak sampai disitu kisah dan keunikan asal muasalnya Gunung Sumbing dan Sindoro. Disisi lain belum lama ini sebuah media cetak nasional melansir tentang penemuan yang sangat misteri di Gunung Sindoro.


Kompas pada 15 Pebruari 2012 melansir telah tentang temuan “cincin api” di daerah Temanggung - Jawa Tengah. Sebagaimana kita ketahui di daerah Temanggung tepatnya di dataran tinggi Dieng disitu ditemukan banyak bangunan purbakala berupa candi-candi Hindu seperti candi Arjuna, lingga-yoni dll yang merupakan tradisi Hindu yang berasal dari India. Selama ini belum diketemukan bekas bangunan-bangunan kuno atau lebih tepatnya kompleks pemukiman penduduk kerajaan, penemuan ini berhasil diamati oleh tim ekspedisi dari lembaga pengamatan gunung nasional.

Pada penggalian dengan kedalaman 15 meter di bawah permukaan tanah ditemukan lokasi perkampungan yang ada pada masa kerajaan Mataram Kuno sekitar abad ke 8 Masehi. Lokasi pemukiman penduduik ini terletajk di dusun Liyangan, Desa Purbosari,Temanggung - Jateng. Pemukiman penduduk ini terkubur oleh materialvulkanik gunung Sindoro ketika meletus dengan sangat dahsyat pada abad ke 9 Masehi. Selanjutnya kita ketahui dari sejarah, bahwa kerajaan Mataram yang semula berada di kaki gunung Sindoro ini berpindah ke daearah Yopgyakarta atau tepatnya di kompleks Candi Prambanan - Ratu Baka atau kawasan yanvg terletak di kaki gunung Merapi.

Di kelak kemudian hari ternyata tempat ini pun dirasa kurang aman dari ancaman bencana alam. Menurut Bemelem, Merapi pernah meletus pada tahun 1006 yang memporak-porandakan kerajaan Mataram hingga akhirnya berpindah ke Jawa Timur yang dirasa lebih aman. Selanjutnya muncul kerajaan Singosari, Kediri, Majapahit dan pada abad ke 15 kembali lagi ke wilayah Jawa Tengah dengan munculnya kerajaan Mataram Baru yang beragama Islam oleh Panembahan Senopati dan Sultan Agung. Hingga saat ini sisa kerajaan itu masih hidup serperti nampak di kraton Ngayogyakartahadiningrat, Pakualaman, kasultanan Surokartohadingingrat, Mangkunegaran.

Kesimpulannya temuan pemukiman di kawasan gunung Sindoro ini sungguh luar biasa, kalu boleh usul agar kawasan itu terus digali dan dijadikan kawasan cagar budaya.

Sumber :
  • Kompas & legenda-daerah.blogspot.com
  • http://unik.kompasiana.com 

Sumber :
http://piye-ce.blogspot.co.id

Misteri Asal Muasal Gunung Sumbing (3.336 m) dan Gunung Sindoro (3.150 m)

Pendakian Gunung Sumbing via Butuh Kaliangkrik


Libur telah tiba, lembur masih ajaaaa, bonusss kagak adaaa *lagunya Tasya*
Anjayyy akhir taun kayak gini masih aja banyak kerjaan deadline, tapi kebetulan tanggal 24-25 Desember ada tanggal merah 2 hari, sempat terpikir antara mau tetep ngerjain tugas-tugas kantor atau sejenak keluar dari rutinitas. Dan setelah mikir keras akhirnya gue dan 5 sahabat memutuskan untuk piknik ke Gunung Sumbing.
Gunung Sumbing yang terletak di Jawa Tengah merupakan gunung tertinggi ke-3 se-Jawa (cmiiw). Oke langsung aja gue cerita perjalanan ke sono...
Tanggal 23 Desember setelah balik kantor sekiitar jam 9 malem gue langsung packing, yah sebenernya udah 3 hari nggak balik ke rumah karena tidur di kosan, pas sampe rumah udah mau pergi lagi. Pamit sama orang tua jadi nggak enak karena cuma mampir rumah bentar doang. Setelah kelar packing dan cium tangan ibu bapak akhirnya jam 12 malem gue berangkat ke basecamp pendaki galau di daerah Bantul. Sampe disono langsung tidur karena rencananya jam 5 pagi kami berangkat ke Gunung Sumbing.
Jam setengah 5 pagi alarm hp mulai teriak-teriak, sebenarnya masih super ngantuk tapi harus bangun karena Gunung Sumbing sudah ngawe-awe (baca: melambai-lambai). Tepat jam 5 pagi kami berangkat dengan menggunakan 3 buah motor dengan modal GPS online dan GPS manual (gunakan penduduk setempat). Oh iya, kali ini kami akan mendaki lewat jalur sejati atau jalur Kaliangkrik daerah Magelang-Temanggung. Jalur ini kebetulan aksesnya memang masih sulit, disarankan kalo kesini menggunakan motor karena mobil nggak bisa masuk ke basecamp Kaliangkrik. Sebenarnya Gunung Sumbing terdiri dari beberapa jalur pendakian, yang paling terkenal adalah jalur Garung. Tapi karena musim liburan dan jalan pasti super macet makanya kami memutuskan lewat jalur Kaliangkrik yang perjalannya via GPS cuma sekitar 3 jam dari Jogja. Setelah sempat nyasar dan melewati jalan yang super awesomness naik turunnya, kami tiba di basecamp Kaliangkrik jam 9 pagi dengan sehat wal afiat.
peta harta karun


basecamp Butuh, Kaliangkrik

halaman lahan parkir

free sticker coy

Basecamp Kaliangkrik berada di rumah pak dukuh, dengan halaman yang tidak terlalu luas paling hanya mampu menampung kurang dari 100 motor. Biaya registrasi pendakian sebesar 5 ribu per kepala bonus sticker. Setelah persiapan dan numpang eek di wc pak dukuh, sekitar jam 10 pagi kami pun berangkat ke medan perang. Tak seperti jalur Garung yang perjalanan ke pos 1 bisa naik ojeg, jalur sejati kami diwajibkan jalan kaki menitih anak tangga terdiri dari batu disusun rapi melewati perkebunan warga yang cukup menguras tenaga. Di sepanjang jalan kabut mulai menyelimuti, jadi jarak pandang hanya sekitar 20 meter.
Sampai di camp 1 jam 11.00 , kami memutuskan untuk istirahat dan menunaikan sholat Dzuhur sekalian Ashar, sebenernya belum masuk waktu sholat Dzuhur, tapi karena keburu hujan dan kemungkinan lain, kami sholat jam 11.30 . jam 12 kurang dikit kami mulai melanjutkan perjalanan ke camp 2.


sek semangat, mbah...

jalannya asoy sekali

camp satu, masih 3 lagi brooo

Jalan ke camp 2 masih terdiri dari batu susun tapi jalan mulai menanjak keras, sempat kami beberapa kali beristirahat sejanak untuk mengisi tenaga dalam *haiyah.  Di perjalanan kami juga bertemu dengan beberapa penduduk yang sedang turun dan membawa kayu bakar, setrong banget dah.
Sampai camp 2 sekitar jam 13.30 dan kami bertemu dengan pendaki lain yang sedang beristirahat. Jalan ke camp 2 sangat menguras tenaga karena jalannya 80 % menanjak. Sekitar jam 14.00 kurang dikit kami melanjutkan perjalanan ke camp 3.
semangat mazzz

eskalatornya macet bang

bentar lagi, iya bentar lagi...

sisa-sisa penyerangan negara api

camp-2, masih ada 2 camp lagi biar sampe puncak

Katanya jalan ke camp 3 jaraknya paling jauh, tapi terdiri dari tanah yang landai karena jalurnya harus memutari beberapa bukit dan jurang. Di sepanjang jalan terdapat banyak mata air atau sungai yang mengalir dari atas, mungkin hanya terisi air dikala musim hujan. Jalur ini butuh konsentrasi karena jalan yang agak sempit dengan jurang menganga di sebelah kanan, dan jika turun hujan diharapkan berhenti untuk mencari tempat beristirahat yang jauh dari lintasan air dari atas, karena di sungai sungai batu sewaktu waktu airnya bisa sangat deras dikala hujan turun, dan bisa menyeret pendaki ke dalam jurang, ini serius.
Sampai di camp 3 sekitar jam 3 sore dan kami istirahat bentar untuk makan dan melemaskan otot kaki. 

sumber air su dekat kaka


abang capek dek

camp-3, abis ini camp-4. yaiyalah

edelweisku sayang, edelweisku malang. negara api jahat

Rencana kami akan mendirikan tenda di camp 4, kira-kira jaraknya sekitar 2 – 3 jam dari camp 3. Tepat pukul 15.30 kami lanjutkan perjalanan ke camp 4, kabut tebal mulai menyelimuti, hawa dingin mulai menusuk, dan badan sudah sangat lelah. Jalan ke camp 4 lumayan menantang, jalan menanjak dan melewati batuan licin tapi disuguhi pemandangan gunung Merapi dan Merbabu di sebelah selatan,  juga padang savana miring di sekeliling jalan membuat semangat kami untuk menuju camp 4 semakin menggebu-gebu. Tepat pukul 5 sore kami sampai di camp 4.
Di camp 4 nampaknya kami udah nggak kebagian tempat untuk mendirikan tenda, terpaksa lahan savana miring kami ratakan agar dapat mendirikan sebuah tenda. Sayang banget sunset sore itu terhalang puncak sejati, jadi gue cuma bisa mangabadikan bayangan matahari terbenam doang. Kelar mendirikan tenda, hujan rintik rintik pun turun, olkru pendaki galau segera memasuki tenda lalu memasak indomie oplosan dan kopi panas. Malam pun tiba, dingin semakin menusuk kulit, setelah makan sekitar jam 7 malam kami langsung tidur karena rencana besok subuh mau summit ke puncak sejati.
sabana sebelum ke camp-4

tanjakan ini tak seberat mendaki hatimu dek...

tampak Merbabu & Merapi cantik, kayak kamu

camp-4, alhamdulillah

penuh banggg

tendanya miring dek
home sweet home
titit bakar


Entah jam berapa, hujan dan angin mulai terasa kenceng, tenda  mulai bergoyang ditiup angin, sepertinya terjadi badai. Gue nggak pengen nengokin luar karena hawanya sangat dingin, kami berlindung di dalam tenda yang dihujani aii dengan selimut dobel dan tidur berdampingan rapet biar anget. Sampai subuh ternyata hujan masih turun dan kami memutuskan menunda ke puncak nunggu cuaca bersahabat kembali. Jam 6 pagi cuaca udah mulai cerah, sayang banget kami nggak bisa menyaksikan sunrise. Sunset nggak dapet sunsrise juga nggak dapet, anda belum beruntung hiks...
Jam 8 pagi, setelah makan indomie dan sossis bakar, kami melanjutkan perjalanan ke puncak. Belum sampai beberapa langkah kami disambut oleh tanjakan di depan mata, melintasi padang savana yang kemiringannya sekitar 30-45 derajat dengan semangat indomie rasa soto koya, kami tetap melangkah hingga akhirnya sampailah di puncak sejati, asoyyy...
Puncak sejati terdiri dari bukit batu yang lumayan gede dengan angin yang kenceng banget. Beberapa pendaki lain juga udah sampe ke puncak sejati, rasanya puas setelah dari kemaren melewati jalan yang super ekstrim akhirnya terbayarkan semua setelah sampai di puncak.
sampai puncak sejati

puncak kawah

3371 mdpl

edelweis di puncak belom berbunga

jalan menuju puncak kawah

well donee !!!

Sekitar setengah jam kami berada di puncak untuk foto foto kemudian bersiap turun kembali ke tenda. Sebenernya pengen ke puncak kawah tapi karena badan udah capek kami langsung balik ke tenda dan berkemas untuk pulang ke basecamp. Alhamdulillah, Terimakasih Sumbing...
 

Pendakian Gunung Sumbing via Butuh Kaliangkrik

Pendakian Gunung Sumbing via Butuh Kaliangkrik


Libur telah tiba, lembur masih ajaaaa, bonusss kagak adaaa *lagunya Tasya*
Anjayyy akhir taun kayak gini masih aja banyak kerjaan deadline, tapi kebetulan tanggal 24-25 Desember ada tanggal merah 2 hari, sempat terpikir antara mau tetep ngerjain tugas-tugas kantor atau sejenak keluar dari rutinitas. Dan setelah mikir keras akhirnya gue dan 5 sahabat memutuskan untuk piknik ke Gunung Sumbing.
Gunung Sumbing yang terletak di Jawa Tengah merupakan gunung tertinggi ke-3 se-Jawa (cmiiw). Oke langsung aja gue cerita perjalanan ke sono...
Tanggal 23 Desember setelah balik kantor sekiitar jam 9 malem gue langsung packing, yah sebenernya udah 3 hari nggak balik ke rumah karena tidur di kosan, pas sampe rumah udah mau pergi lagi. Pamit sama orang tua jadi nggak enak karena cuma mampir rumah bentar doang. Setelah kelar packing dan cium tangan ibu bapak akhirnya jam 12 malem gue berangkat ke basecamp pendaki galau di daerah Bantul. Sampe disono langsung tidur karena rencananya jam 5 pagi kami berangkat ke Gunung Sumbing.
Jam setengah 5 pagi alarm hp mulai teriak-teriak, sebenarnya masih super ngantuk tapi harus bangun karena Gunung Sumbing sudah ngawe-awe (baca: melambai-lambai). Tepat jam 5 pagi kami berangkat dengan menggunakan 3 buah motor dengan modal GPS online dan GPS manual (gunakan penduduk setempat). Oh iya, kali ini kami akan mendaki lewat jalur sejati atau jalur Kaliangkrik daerah Magelang-Temanggung. Jalur ini kebetulan aksesnya memang masih sulit, disarankan kalo kesini menggunakan motor karena mobil nggak bisa masuk ke basecamp Kaliangkrik. Sebenarnya Gunung Sumbing terdiri dari beberapa jalur pendakian, yang paling terkenal adalah jalur Garung. Tapi karena musim liburan dan jalan pasti super macet makanya kami memutuskan lewat jalur Kaliangkrik yang perjalannya via GPS cuma sekitar 3 jam dari Jogja. Setelah sempat nyasar dan melewati jalan yang super awesomness naik turunnya, kami tiba di basecamp Kaliangkrik jam 9 pagi dengan sehat wal afiat.
peta harta karun


basecamp Butuh, Kaliangkrik

halaman lahan parkir

free sticker coy

Basecamp Kaliangkrik berada di rumah pak dukuh, dengan halaman yang tidak terlalu luas paling hanya mampu menampung kurang dari 100 motor. Biaya registrasi pendakian sebesar 5 ribu per kepala bonus sticker. Setelah persiapan dan numpang eek di wc pak dukuh, sekitar jam 10 pagi kami pun berangkat ke medan perang. Tak seperti jalur Garung yang perjalanan ke pos 1 bisa naik ojeg, jalur sejati kami diwajibkan jalan kaki menitih anak tangga terdiri dari batu disusun rapi melewati perkebunan warga yang cukup menguras tenaga. Di sepanjang jalan kabut mulai menyelimuti, jadi jarak pandang hanya sekitar 20 meter.
Sampai di camp 1 jam 11.00 , kami memutuskan untuk istirahat dan menunaikan sholat Dzuhur sekalian Ashar, sebenernya belum masuk waktu sholat Dzuhur, tapi karena keburu hujan dan kemungkinan lain, kami sholat jam 11.30 . jam 12 kurang dikit kami mulai melanjutkan perjalanan ke camp 2.


sek semangat, mbah...

jalannya asoy sekali

camp satu, masih 3 lagi brooo

Jalan ke camp 2 masih terdiri dari batu susun tapi jalan mulai menanjak keras, sempat kami beberapa kali beristirahat sejanak untuk mengisi tenaga dalam *haiyah.  Di perjalanan kami juga bertemu dengan beberapa penduduk yang sedang turun dan membawa kayu bakar, setrong banget dah.
Sampai camp 2 sekitar jam 13.30 dan kami bertemu dengan pendaki lain yang sedang beristirahat. Jalan ke camp 2 sangat menguras tenaga karena jalannya 80 % menanjak. Sekitar jam 14.00 kurang dikit kami melanjutkan perjalanan ke camp 3.
semangat mazzz

eskalatornya macet bang

bentar lagi, iya bentar lagi...

sisa-sisa penyerangan negara api

camp-2, masih ada 2 camp lagi biar sampe puncak

Katanya jalan ke camp 3 jaraknya paling jauh, tapi terdiri dari tanah yang landai karena jalurnya harus memutari beberapa bukit dan jurang. Di sepanjang jalan terdapat banyak mata air atau sungai yang mengalir dari atas, mungkin hanya terisi air dikala musim hujan. Jalur ini butuh konsentrasi karena jalan yang agak sempit dengan jurang menganga di sebelah kanan, dan jika turun hujan diharapkan berhenti untuk mencari tempat beristirahat yang jauh dari lintasan air dari atas, karena di sungai sungai batu sewaktu waktu airnya bisa sangat deras dikala hujan turun, dan bisa menyeret pendaki ke dalam jurang, ini serius.
Sampai di camp 3 sekitar jam 3 sore dan kami istirahat bentar untuk makan dan melemaskan otot kaki. 

sumber air su dekat kaka


abang capek dek

camp-3, abis ini camp-4. yaiyalah

edelweisku sayang, edelweisku malang. negara api jahat

Rencana kami akan mendirikan tenda di camp 4, kira-kira jaraknya sekitar 2 – 3 jam dari camp 3. Tepat pukul 15.30 kami lanjutkan perjalanan ke camp 4, kabut tebal mulai menyelimuti, hawa dingin mulai menusuk, dan badan sudah sangat lelah. Jalan ke camp 4 lumayan menantang, jalan menanjak dan melewati batuan licin tapi disuguhi pemandangan gunung Merapi dan Merbabu di sebelah selatan,  juga padang savana miring di sekeliling jalan membuat semangat kami untuk menuju camp 4 semakin menggebu-gebu. Tepat pukul 5 sore kami sampai di camp 4.
Di camp 4 nampaknya kami udah nggak kebagian tempat untuk mendirikan tenda, terpaksa lahan savana miring kami ratakan agar dapat mendirikan sebuah tenda. Sayang banget sunset sore itu terhalang puncak sejati, jadi gue cuma bisa mangabadikan bayangan matahari terbenam doang. Kelar mendirikan tenda, hujan rintik rintik pun turun, olkru pendaki galau segera memasuki tenda lalu memasak indomie oplosan dan kopi panas. Malam pun tiba, dingin semakin menusuk kulit, setelah makan sekitar jam 7 malam kami langsung tidur karena rencana besok subuh mau summit ke puncak sejati.
sabana sebelum ke camp-4

tanjakan ini tak seberat mendaki hatimu dek...

tampak Merbabu & Merapi cantik, kayak kamu

camp-4, alhamdulillah

penuh banggg

tendanya miring dek
home sweet home
titit bakar


Entah jam berapa, hujan dan angin mulai terasa kenceng, tenda  mulai bergoyang ditiup angin, sepertinya terjadi badai. Gue nggak pengen nengokin luar karena hawanya sangat dingin, kami berlindung di dalam tenda yang dihujani aii dengan selimut dobel dan tidur berdampingan rapet biar anget. Sampai subuh ternyata hujan masih turun dan kami memutuskan menunda ke puncak nunggu cuaca bersahabat kembali. Jam 6 pagi cuaca udah mulai cerah, sayang banget kami nggak bisa menyaksikan sunrise. Sunset nggak dapet sunsrise juga nggak dapet, anda belum beruntung hiks...
Jam 8 pagi, setelah makan indomie dan sossis bakar, kami melanjutkan perjalanan ke puncak. Belum sampai beberapa langkah kami disambut oleh tanjakan di depan mata, melintasi padang savana yang kemiringannya sekitar 30-45 derajat dengan semangat indomie rasa soto koya, kami tetap melangkah hingga akhirnya sampailah di puncak sejati, asoyyy...
Puncak sejati terdiri dari bukit batu yang lumayan gede dengan angin yang kenceng banget. Beberapa pendaki lain juga udah sampe ke puncak sejati, rasanya puas setelah dari kemaren melewati jalan yang super ekstrim akhirnya terbayarkan semua setelah sampai di puncak.
sampai puncak sejati

puncak kawah

3371 mdpl

edelweis di puncak belom berbunga

jalan menuju puncak kawah

well donee !!!

Sekitar setengah jam kami berada di puncak untuk foto foto kemudian bersiap turun kembali ke tenda. Sebenernya pengen ke puncak kawah tapi karena badan udah capek kami langsung balik ke tenda dan berkemas untuk pulang ke basecamp. Alhamdulillah, Terimakasih Sumbing...
 

Pendakian Gunung Sumbing via Butuh Kaliangkrik